Bab 4

699 82 2
                                    

Abyan benar-benar menepati janjinya untuk memberikan pelajaran pada Cakra, dan entah apa yang dilakukan Abyan terhadap adiknya hingga anak itu tak berani duduk bersebelahan dengan sang kakak.

Cakra memilih duduk di kursi paling pojok, yang mana jaraknya di selingi oleh tiga kursi dari kursi Abyan.

"Good the morgan! Everybody." suara Cakra menginvasi secara tiba-tiba. Lelaki itu tersenyum lebar ketika melihat Revan dan Asraf tengah bergelut dengan alat dapur.

"Eh, tumbeng abang udah ready, abang ada kelas pagi?" tanya Asraf yang tengah membuka kulit bawang.

"Ada rapat himpunan," jawab
Candra lalu berjalan kearah pantri lalu mengambil setoples kerupuk udang untuk ia makan yang mana menjadi kebiasaanya di pagi hari.

Asraf mengangguk paham, kemudian melanjutkan acara mengupas bawangnya.

"Siapa tuh yang ngomong Good the morgan," tanya Malik yang baru saja keluar dari kamarnya. Revan hanya melirik Candra sekilas lalu kembali bergelut dengan telur dadarnya.

"Kamu tuh ya Candra, jangan suka melesetin takutnya jadi kebiasaan. Good morning, bukan Good the morgan." tutur Malik.

"Good morning brother Malik!" ucap Candra dengan aksen britisnya. Terlalu pagi untuk mendebat kakaknya maka dari itu dia memilih mengalah saja.

"Pagi bang, mas, kak. Pagi Eyang," sapa Jihano yang kemudian berjalan menuju meja makan di mana Abyan, Cakra serta Eyangnya duduk disana. Kini cucu bungsu Eyang Malik sudah rapih dengan seragam sekolahnya.

"Pagi...," jawab ke-enam saudaranya secara serantak.

"Bang Candra bantuin Asraf bawaain ini dong ke meja." Asraf menyodorkan sebuah nampan berisi tempe orek dan telur dadar.

"Ada lagi? " tanya Candra dan jawab gelengan oleh Asraf.

"Tinggal nasi sama sayur bening, tapi nanti biar Asraf sama bang Revan yang bawa ke meja." kata Asraf

Candra meraih nampan yang diberikan Asraf dan segerah membawanya menuju meja di mana Mas Abyan, Cakra, dan Jihano serta Eyang sudah berada di sana.

Setelah selesai menata lauk makanan di meja, Candra menggeser kursi di dekat Abyan. Lalu melihat sisi kanan kirinya, salah satu alisnya terangkat menandakan bahwa dia dilanda perasaan heran. Tidak biasanya Mas Abyan dan Cakra duduk berjauhan bahkan sampai di selingi oleh tiga kursi. Sepengamatan Candra kedua bujang itu tidak terpisahkan namun hari ini tingkah mereka aneh.

"Kalian kenapa?" Pada akhirnya Candra bertanya kepada kedua saudaranya itu. Abyan hanya melirik sebentar lalu kembali fokus pada handphonenya sedangkan Cakra, anak itu juga sama.

"Biasalah bang. Satunya suka ngejekin orang, satunya lagi baperan. Ketemu kalau gak adu bacot, ya baku hantam." tutur Jihano.

Candra mengangguk paham, bukan hal yang perluh di khawatirkan mengingat kedua saudaranya itu tidak pernah tahan untuk saling mendiamkan satu sama lain dalam waktu yang lama. Jadi, tidak perluh di ambil pusing.

Beberapa menit kemudian, Revan dan Asraf datang dari arah dapur membawa nasi dan sayur bening yang baru selesai mereka masak. Jihano dengan sigap meraih nasi yang dibawah Asraf agar sang kakak tidak kesusahan mengendalikan remot control kursi rodanya.

"Padahal kakak bisa bawa sendiri nasinya." pungkas Asraf. Jihano hanya tersenyum menanggapi.

Abyan menggeser kursi untuk Asraf. Bersama dengan Candra, mereka mengangkat tubuh Asraf untuk duduk di kursi.

"Malik di mana? Kok belum gabung buat sarapan?" tanya Eyang Muhsin setelah menyadari cucu pertamanya belum hadir di tengah-tengah mereka.

"Tadi Candra ketemu di dapur tapi sekarang kemana ya?" Candra mengedarkan pandagannya namun nihil tak menemukan sosok Malik.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang