Jihano dan Abang.

530 38 0
                                    

Semalam setelah mendapatkan hukuman dari Bang Revan. Jihano mengalami Demam tinggi, mungkin karena kaget karena memang dia tidak pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya.

Tubuh tinggi Jihano meringkuk di balik selimut, sementara Cakra yang merupakan Roometnya masih setia duduk di dekatnya merawat si bungsu dengan telaten meski kadang mendumel tak jelas kepada Jihano atas kelakuannya yang kelewat batas.

"Cepat sembulah... Capek gue ngerawat lu!" meski Cakra begitu tanganya tetap lembut membasuh wajah adiknya.

"Jangan gitu, gue lagi sakit ini." kata Jihano dengan suara seraknya.

"Ya salah lu sendiri, makanya jadi orang jangan ngerokok, udah tau lu masih piyak malah nyebat. Lagian lu ngerokok buat apasih? Pengen keliatan gaul, keren apa gimana? Gue tau lu agak bandel tapi yang gue nggak percaya kenapa lu ngerokok tanpa ngajak gue!" satu pukulan pelan dari Jihano mendarat di kepala Cakra. Membuat empunya menatap tak percaya.

"Kok gue di pukul sih!"

"Anjir lu gue bukan orang yang ngajak orang untuk berbuat keburukan bareng gue!" ucap Jihano meski dengan suara serak tapi jelas ada nada jengkel di baliknya hingga mau tak mau Cakra tersenyum.

"Idih malah senyum" kata Jihano sambil mendelik seketika wajah Cakra menjadi datar.

"Kenapa lu ngerokok?"  tanya Cakra dengan tatapan yang berubah tajam membuat lelaki bertubuh bongsor di depannya itu tertenduk menautkan kedua tangannya.

"Gue cuman mau nenangin diri Ra. kata teman-teman gue, rokok bisa jadi jalan pintas buat kita lupa sama masalah yang kita hadapi." Jihano semakin menunduk dalam.

"Emang masalah lu sebesar apa sih? Anak SMA kelas 2 masalahnya segede apa sampai lu berani ngerokok?" Jihano menatap sejenak kedua manik mata cakra yang seolah mendesaknya untuk bercerita.

Sementara itu Cakra masih dengan setia menunggu Jawaban apa yang akan diberikan oleh lelaki di depannya. Namun dahinya mengkerut ketika bibir pucat dihadapnnya bergetar, lantas air mata tiba-tiba terjatuh dari kedua sisi wajah Jihano.

"padahal kita sama-sama oramg di tinggalkan. Tapi kenapa cuman gue yang semenderita ini karena kepergian Bang Candra, gue belum bisa lepas dari bang Candra... Bahkan gue nggak bisa menapik bahwa gue berharap ini cuman mimpi gue.... Kasih tau
gimana caranya gue bisa ikhlas?"
Jihano kemudian menatap Cakra yang kaku, Urat di dahinya menojol, rahannya mengeras dan matanya mulai memerah.

"ternyata bukan cuman gue yang belum bisa Ikhlas." Cakra tertundum seketika untuk menyeKa sesuatu yang hendak keluar di ujung mata.

"Dulu waktu kematian Eyang gue juga ngerokok buat ngilangin stress!" kata jihano sambil memandangi lampu di langit-langit rumah.

Cakra yang tertunduk lantas tergelak kaget lantas menuntut penjelasan dari Jihano lewat tatapannya hingga menbuat Jihano tersenyum walau matanya redup.

"Ini bukan sekali dua kali gue ngerokok, dulu gue ngerokok  dan  ketahuan sama Bang Candra."

"MAKSUD LU?!"

"dengerin dulu Bang..." Jihano menatap lembut lelaki di sampingnya lantas tersenyum membuat Cakra harus menelan kembali perkataannya, hendak marah sebenarnya namun egonya kalah dengan senyum Jihano.

"Waktu itu wajah Bang Candra merah banget, marah banget kayaknya tapi sorot mata dia kecewa bercampur sedih, nggak pernah gue liat ekspresi itu sebelumnya...." Jihano menghelas nafas panjang dadanya sesak mengingat wajah Bang Candra kala itu. "Bang Candra tanpa ngomong apapun dia narik gue menjauh dari tempat itu ke gang sempit, lantas dia nanya ke gue kenapa gue ngerokok... Gue jawab karena gue stress kehilangan Eyang dan lu tau apa yang di lakukan Bang Candra?" tenggorokan mulai Jihano tercekak.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang