29. Gem

446 43 0
                                    

Pagi di rumah bercat hijau mudah tidaklah sama seperti biasanya. Suara bising penggorengan, tempuran alat masak, gemercik minyak yang dipanaskan tergantikan dengan kehebohan Candra yang sudah sejak subuh naik turung tangga sambil mulut yang tak berhenti komat-kamit.

Sebenarnya apa yang membuat lelaki berkulit tan itu sesibuk ini?  Candra layaknya ibu-ibu rempong saat ini, sibuk mengurus keperluan yang akan dibawah oleh Bang Revan kerumah keluargan Mbak Andin.

Menenteng Hanger dimana Jas berwarna abu-abu dan celana berbahan kain berwarna senada yang sudah di setrika.  Itu milik Bang Revan, pemiliknya kini masih ditahan oleh Bang Malik. Nampaknya Bang Malik memberikan beberapa wejangan sebelum berangkat.

"Jihano, Cakra... Bangun nanti kesiangan, Aduh kalian udah dibilangin jangan tidur sehabis subuhan masih aja ngeyel. Dasar kuping panci!" Cakra dan Jihano menggereng tertahan ketika Candra menyeret tubuh mereka menjauh dari kasur.

"Jihan masih ngantuk bang" keluh Jihano dengan suara serak, Mencoba mengumpulkan nyawanya. Sedangkan Cakra sudah terduduk dengan wajah blang plush tatapan kosong masih mencoba mengumpulkan nyawanya.

"Buruan siap-siap abis itu bantuin abang Nyiapin bingkisan buat Mbak Andin!" Final dengan perintahnya Candra melangkah keluar meninggalkan kedua adiknya yang masih setengah sadar. Dia kembali melanjutkan kegiatannya

Di tangga dia berpapasan dengan Mas Abyan dengan seragam koasnya. Nampaknya lelaki itu baru saja sampai, Candra meringis begitu melihat kantung mata Mas Abyan yang begitu terlihat jelas, dimana lagi sorot mata kelelahan yang tersirat dengan jelas.

"Mas Abyan istirahat dulu ya nanti Candra bangunin 30 menit sebelum berangkat." Tutur Candra dengan penuh perhatian berhasil membuat senyum terbit di wajah Mas Abyan.

Lelaki bertubuh kekar itu mengusap puncuk kepala Candra. Membuat empuhnya sedikit menunduk lalu tersenyum puas. Mas Abyan tau Adiknya itu sangat menyukai kepalanya di elus dan itu memang menjadi kegemarannya pula.

"Bang Candra pilih kasih ya" kata Cakra pada jihano dan di balas anggukan.

Candra memutar bola matanya jengah, lalu tanpa memperdulikan cibiran dua curut dia segera melangkah menuju kamarnya.

"Kalian nggak boleh kayak gitu, kasihan Bang Candra, pingkal sana sini buat ngurusin kita," Kata Mas Abyan kepada kedua adiknya.

"sana siap-siap" Jihano dan Cakra lantas berlari  menuju kamar mandi tak lupa dengan drama saling senggol dan berakhir Cakra harus kalah karena  kakinya tak sengaja menabrak meja.

Sementara itu Candra kini membatu Asraf untuk bersiap-siap.

Dengan lembut dia membersikan kacamata milik adiknya lalu memasangkannya pada Asraf. seketika dia tersenyum puas melihat mahakaryanya sendiri.

Asraf menggerakkan kacamatanya tak nyaman. Memang belum terbiasa karena terhitung dua hari yang lalu dokter merekomendasikannya menggunkana Alat bantu melihat tersebut. Walaupun hanya membantu sedikit karena penglihatannya masih cukup buram meski sudah memakai kaca mata tapi setidaknya lebih baik.

"Makasih Bang" kata Asraf sambil tersenyum dan dijawab dengan acungan jempol dari Candra jangan lupakan senyum lebar khasnya.

Tak berlebihan kalau Asraf mengatakan senyum milik Candra adalah obat penenang paling efektif yang pernah ada. Hatinya akan hangat, segala perasaan resa akan terkubur hanya ketika lelaki dihadapannya menyebutkan namanya.

"Asraf... Abang keluar dulu ya mau beresin barang-barang kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu panggil aja."

Cakra segera keluar dari kamar dan berlanjut dengan kegiatannya yang lain. Kembali mondar-mandir hingga tak terasa ayam berkokok nyaring. Dia melirik jam sudah pukul tujuh pagi, masih ada dua jam sebelum berangkat jadi dia memutuskan untuk menuju teras belakang membawakan makanan Untuk opet dan kedua kucing Mas Abyan.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang