Bab 2

1.3K 98 1
                                    

Hangat mentari pagi ini
Antar 'ku pulang dari bermimpi
Ramah tersenyum matahari
Inginkan aku 'tuk bernyanyi

Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami

Perlahan kau bangunkan aku
Antarkan segelas kopi
Dengar canda adik-adikku
Inginkan aku segera bersatu

Damai Kami Sepanjang Hari-Iwan Fals

Eyang Muhsin mungkin saja tua dalam hal umur bahkan bisa dikatakan dia dalam usia rentah, namun pria tua ini lebih dari pada sekedar manusia berumur lanjut setidaknya untuk ke tujuh cucunya.

Ia bukan hanya sekedar lelaki tua yang hanya tau menikmati sepuntung tembakau linting dewe dan suka bersiul sambil memberi makan burung pipit. Tetapi dia lebih dari semua itu. keriput wajahnya menandakan bahwa dia telah banyak melalui fase kehidupan, kalau kata orang pahit, manis, asam, pekat semua sudah dirasakannya. Tak heran dia tak pernah lupa memberikan nasehat kepada cucunya kapan saja ketika jika ada kesempatan.

Suatu waktu dia pernah mengatakan kepada cucu-cucunya untuk belajar pada pohon kelapa dan padi. Ia mengharapkan para cucunya itu menjadi kelapa yang punya banyak Manfaat bagi orang lain dan dapat tumbuh dimana saja, memiliki sifat layaknya padi yang makin berisi makin merunduk.

Cara didik Eyang Muhsin ke cucu-cucunya tak ada bedanya ketika ia mendidik anak-anaknya dahulu. Tak perlu jadi yang sempurna atau terbaik, cukup jadi sederhana dan apa adanya.

Dibandingkan menekankan kata HARUS Eyang Muhsin terkesan legowo dan lebih banyak berkata SEBAIKNYA.

Yang mana hal sekecil ini kadang terlupakan dikalangan orang tua. Kadang mereka tanpa sadar telalu banyak menuntut tanpa ingin mengerti, tanpa memberi bimbinga, akibatnya bukannya lurus malah bengkok. Ketika sudah seperti itu anaklah yang disalahkan. Pria tua itu tak ingin salah didik maka ia lebih banyak memberikan kebebasan memilih dan berpikir kepada cucu-cucunya selama itu baik LANJUTKAN adalah kata yang selalu keluar dari mulutnya.

Tante-tante yang kesepian
Bertingkah seperti perawan
Berlomba-lomba mencari pasangan
Persis oplet tua yang cari omprengan
Di ujung jalan
Saling berebut cari muatan

Alunan lagu dari seniman musik indonesia Iwan Fals yang terdengar dari radio jadul milik Eyang Muhsin yang menemani suasana pagi yang cerah. Terlihat Jihano sedang menggunting rumput yang kini mulai meninggi dan Asraf yang sedang menyiram tomat-tomat yang kini sudah terlihat berbunga.

Selop, dasi, gaun model Paris
Eye shadow, parfum impor
Duduk di belakang setir mobil Mercedes
Pasangannya seorang pemuda
Yang klimaksnya melebihi dosis
Sebesar burung belibis
Hei, aku mendesis

Eyang Muhsin memang peminat nomor satu Iwan Fals, bahkan sampai saat ini dia masih saja takjub dengan lirik dan genre musik yang dibawakan musisi legenda satu ini. Bukan hanya dirinya Candra dan Asraf pun menyukainya tidak heran ketika penggalan lirik aku mendesis, Cakra serta Asraf mendesis secara bersamaan.

Tuan yang merasa hidung belang
Keranjingan main perempuan
Tak peduli itu istri orang
Yang penting bisa ngasah pedang
Warisan dari nenek moyang
Pedang tajam wanita ditendang.

"Eyang, baju yang ada di dekat lemari itu udah di cuci apa belum? Soalnya Cakra mau nyuci jadi sekalian aja. " Cakra muncul dari dalam rumah sambil membawa setumpuk pakaian kotor. Eyang mengecilkan volume radionya.
"Belum nak. Tolong juga sekalian cuciin handuk eyang ya, tadi kayaknya Apin sama Opet ngompol disana. "

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang