Bab 14-G-E-M

514 57 1
                                    

Candra termenung sambil mengigit pulpennya, sesekali dia menghembuskan nafas berat, lalu mengetuk meja. Tatapan mata yang kosong namun pikirannya merambat jauh tak berjarak. Semua reka adegan yang terjadi kemarin terus berputar di otaknya. Berputar bagai roll film rusak dan berujung membuatnya sakit hati.

Sejak awal dia paling menghindari pertemuan dengan Danur tapi terkadang doanya selalu di jawab berkebalikan dengan apa yang diminta. Tapi sebenarnya Candra tidak dapat menepis perasaan bahwa dia tak bisa membenci Bapak. Bagaimanapun dia memupuk rasa benci itu akan selalu layu jika teringat pesan Eyang.

Orang tua memang sangat rumit untuk di mengerti oleh anak-anaknya. Kadang kala orang tua bersifat egois dan banyak maunya... Tapi bukan berarti tidak peka. Jadi sebagai anak harus mengerti juga posisi orang tua. Tidak boleh membenci dan marah hanya karena Bapak atau Ibu memarahi dan banyak mengatur, mengekang mau ini dan itu. Boleh jadi mereka memikirkan masa depan kalian sebelum kalian memikirkannya. Itulah sebabnya kadang orang tua bersikap sedikit menjengkelkan.... Yah lakukan saja ada waktunya mereka akan membebaskan kalian memilih jalan sendiri.

Sialnya Candra kembali terhanyut dalam kenangan itu. Masih jelas diingatannya dia yang duduk di pangkuan eyang sambil memakan Jambu biji yang eyang bawa dari kebun.

Jika Eyang ada di hadapannya saat ini, dia akan mengatakan pada Eyang bahwa Danur mantan menantu beliau tidak masuk dalam sosok yang harus di mengerti oleh anak-anaknya, sikap otoriter bapak pada anak-anak sudah sangat belebihan.

"Candra.... Candra, Woi Can!" Candra terhenyak kaget ketika Saka berteriak tepat di telinga hingga berdengung. Refleks Candra menempeleng laki-laki di sampingnya.

"Astaga, nyantai dong!" Protes Saka sambil mengelus kepalanya yang berdenyut. Candra kalau mukul kadang suka serius.

"Sorry Sa... Gue reflek, abisnya main teriak dekat kuping, kalau gue budek gimana?"

"Ya... Habisnya lu dari tadi mengahayal terus... Di kiranya lu lagi sawan apa gimana, kan bisa berabe kalau lu kejang-kejang pas lagi rapat gini.... mana dukun jauh!" ucap Saka masih mengelus kepalanya.

Candra menghelus dada untuk bersabar, mengingatkan dirinya untuk tidak melayani Saka. Meskipun Candra ini 11-12 dengan saka, tapi ibaratnya kulit ketemu kulit tetap aja bikin sakit kalau di tepukin. Maksudnya Candra memang sifatnya tengil tetapi Saka lebih tengil lagi jadi kalau ketemu kadang ya seperti itu.

"Sabar Ndra, Saka emang kayak gitu... Oke jadi sekarang gimana masukan lu tentang kegiatan kita di hari sabtu?" Dimas di ujung meja sana mulai menanyakan pendapat Candra.

Alis Candra menukik ke atas, memang selama rapat mereka bahas apa, sama sekali dia tidak mengetahui apa-apa.

"Emang kita mau ngapain?" pertanyaan Candra sukses membuat mata tertuju padanya. Dapat dilihat Dimas yang kini melotot tak percaya bahkan sedang menahan kesal.

"Astaga Candra gue pikir selama rapat lu merhatiin dengan serius, ternyata lu nggak lebih dari sekedar duduk sambil bengong," kata Dimas sambil menahan intonasi suaranya.

Candra menyegir tanpa dosa, membuat anggota rapat menghempaskan tubuh mereka ke kursi.

Mereka kemudian menghela nafas panjang, selain saka maka mereka harus bersabar dengan Candra. Tidak bisa di pungkiri anak yang mendeklarasikan dirinya sebagai budak organisasi itu memiliki solusi yang selalu cemerlan dan sangat pandai memahami situasi. Tapi itu kalau otaknya jalan kalau tidak, ya akan seperti sekarang.

"Candra....Candra!" gadis berkucir kuda yang duduk tidak jauh dari bangku Dimas mulai menggeleng tak percaya.

"Iya Neng Sandra ku tersayang," Balas Candra manja membuat Sandra menghela nafas panjang. Sudah terbiasa dia dengan sikap Candra yang selalu berkata manis.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang