Seminggu berlalu sejak kepergian cucu ke empat Eyang Muhsin, sementara itu keenam cucu yang lain masih terus berusaha melanjutkan hidup. Perihal ditinggalkan dan meninggalkan memang menyakitkan tapi yang ditinggalkan harus tetap berjuang dengan luka yang selalu terbawa. Abyan, Malik, dan Revan ketiga lelaki dewasa itu sudah kembali menegakkan bahunya demi ketiga adiknya yang masih rapu. Meski perasaan kehilangan itu masih sering memporak-porandakan pondasi mereka, seketika mereka akan membangun pondasi baru.
Mali menatap bingkai foto Candra, sedetik kemudian dia menghela nafas. Rasanya masih sangat menyakitkan. Seminggu ini Kamar ini telah kosong, asraf yang menjadi Roomatenya Candra kini telah pindah ke kamar dua curut katanya tak kuat berada di sini karena akan selalu teringat akan Candra.
Dia mengedarkan pandangannya hingga tak lama kemudian tatapannya jatuh pada laptop milik Candra dia kemudian melangkah menuju meja, mengusap benda Peninggalan Candra. Dia tersenyum ketika mendapati emoticon senyum yang digambar menggunakan Spidol itu masih ada.
Gambar yang di buat oleh Cakra begitu tau Candra mendapatkan Laptop baru, meski waktu itu Candra ngambek karena Laptop barunya di kotori oleh adiknya tapi ternyata gambaran itu tetap terjaga memang candra seperti itu.
Lantas kembali tatapannya jatuh pada stiker bertuliskan "LOVE BANG MALIK" seulas senyum terbit.
Dia kemudian membuka laptop milik candra lantas menyalakannya. Tak lama foto keluarga Muncul dibalik layar, nampak wajah candra yang begitu ceria menatap kamera. Dia mengusap dua gambar wajah di layar.
"Eyang, Candra udah ketemukan sama eyang disana?" malik tertunduk mencoba meredakan rasa sesaknya, benteng pertahanannya tak boleh roboh.
Dia kemudian kembali menelusuri file milik candra, dia yakin jika adiknya masih hidup dia akan ngambek karena mengotak atik laptop kesayangannya.
"Loh ada file skripsi?" tanya Malik.
"dia mencoba membuka file tersebut dahinya mengkerut karena ternyata skripsi itu sudah rampung. Seketika dia bangkit lantas membuka beberapa laci, kemudian dia mendapatkan Skripsi telah berjilid antero dibawa tumpukan kertas yang menggunung.
Itu milik Candra. Segera dia menghubungi seseorang.
"Halo bang, Kirim file daftar wisudah tahun ini ya!" kata Malik begitu telpon di angkat.
Kemudian menghela nafas lelah la mengusap nama Candra pada lembar skripsi.
"Haikal Candra Abigael M" guman Malik membaca nama adiknya.
Sebuah notifikasi muncul di layarnya. Dengan cepat dia membuka Email yang baru sampai itu. Menggeser naik turun mencari sesuatu, lalu sedetik kemudian dia besimpuh di lantai.
"Maafin abang." suara Malik beegetar hebat.
Nama adiknya, Candra ternyata tertera di daftar wisuda. Ada rasa bahagia namun sesal lebih mendominasi, dulu dia selalu menuntut Candra menyelesaikan skripsinya tanpa pernah berusaha melihat perkembangan jeri payah yang dilakukan,hanya menuntut hasil tapi tak pernah menanyakan sampai mana. Malik merasa benar-benar gagal, gagal menjadi abang yang baik. Ternyata kebanggaan dirinya sebagai anak pertama hanya bentuk kesombongan nyatanya dia hanya figur tak berguna, menganggap support system semua saudaranya ternyata dia tak sadar menjadi duri tajam bagi candra.
Ternyata dia bukan sosok abang yang tegas hanya abang yang egois.
"Abang Minta maaf."
Kata yang paling di benci oleh Malik kini keluar beberapa kali di bibirnya. Dia begitu menyesal selalu menuntut candra ini dan itu dengan anggapan demi kebaikan adiknya ternyata tanpa sadar itu semua demi memenuhi ekspektasinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] End
Fanfiction"Banyak sudah kisah yang tertinggal, kau buat jadi satu kenangan Seorang sahabat pergi tanpa tangis, arungi mimpi Slamat jalan kawan cepatlah berlabuh" Tipe-x "Abang emang nggak bisa Banggain kalian tapi abang bersyukur punya adik-adik yang banggai...