28. Gem

426 43 0
                                    

Dua minggu telah berlalu semenjak nasib naas yang menimpah Asraf dan Jihano, meski perban masih melilit  dan memar yang masih kentara mereka mulai melakukan kegiatan seperti biasa. Bahkan jihano sudah masuk sekolah tiga hari yang lalu, pun dengan  Candra yang  mulai kembali ngampus setelah di skors selama sepuluh hari.

Ya anak itu memang mendapatkan hukuman skorsing setelah pihak kampus mengetahui bahwa dia di geladang ke kantor polisi bersama dengan Baron dan Kawan-kawan. Meski berat menerima sanksi itu karena merasa tidak salah akan problem tersebut tapi setidaknya dia harus bersyukur karena pihak kampus tidak menjatuhinya sanksi DO.  Berbeda dengan baron dan kawan-kawan yang mendapatkan DO dari kampus.

Nampaknya kampus sudah tidak bisa mentolerir perilaku Baron yang bengal dan suka buat onar. Kejadian ini tidak sekali dua kali tetapi sudah seringkali terjadi akibatnya nama kampus sering terbawa hingga mendapatkan citra jelek.

Berbicara soal sanksi skorsing selama sepuluh hari tersebut membuat Candra harus pasang kuping karena wejangan bergantian dari Bang Malik,Bang Revan dan Mas Abyan.

Tiga kali sehari layaknya jatah makan, sarapan pagi dimulai dengan wejangan Bang Malik yang tidak pernah melenceng jauh dari pentingnya memiliki sabar dan pemikiran terbuka. Seolah terkonsep, 10 menit sebelum berangkat kerja abang pertamanya itu akan berbicara panjang kali lebar.

Marah yang tidak terkendalikan apalagi sampai melayangkan pukulan adalah satu karma yang akan menimbulkan boomerang. Menghidari perkelahian bukan berarti kamu lemah. Melainkan tidak memberikan panggung pada pembuat onar.

Jujur saja  Candra sampai hapal kalimat itu. Biasanya Bang Malik menuturkan itu setelah sarapan dan bersiap berangkat kerja.

Dan juga pada waktu siang Mas Abyan akan menelponnya saat jam makan siang selama dua minggu tidak pernah anak ketiga itu  tak meluangkan waktunya. Meski kadang Candra menggerutu karena takut membuat kegiatan Koas Masnya itu terganggu nyatanya empunya akan berkelik. Sempat Candra mengatakna Mas Abyan cerewet tapi apa kata lelaki itu.

Kamu akan menghadapi orang-orang yang banyak bicara, yang egois alias hanya cinta pada diri mereka sendiri. Lantas kenapa mesti terganggu dan kaget dengan itu semua? Mungkin kamu tidak pernah membayangkan alam yang tidak ada manusia seperti mereka. Itu mengerikan.

Candra sering mencibir mas Abyan lewat telpon mengatakan dari mana lelaki itu memperoleh kalimat puitis seperti itu. Lantas Mas Abyan akan terkekeh mendengarnya.

Nah beda halnya selepas Isya, giliran Bang Revan yang memberikan wejangan padanya. Tidak bukan hanya dia sebenarnya melainkan ke tiga saudara yang lain. Duduk diatas dipan bambu sehabis dari sholat ishya di mesjid memang sudah lama sering di lakukan. Tetapi berbeda dengan dua minggu belakangan yang mana Candra ditahan oleh bang Revan selama sepuluh menit untuk mendengarkan khotbanya.

Berbeda dengan Bang Malik dan Mas Abyan. Bang Revan memberikan wejangan berbeda di setiap malamnya pun dengan tatapan tajam yang membuat Candra layaknya anak tikus yabg berhadapan dengan seekor induk singa.

Abang bersikap keras sama kamu bukan karena Abang nggak sayang. Tapi abang menaruh harapan besar sama kamu. Kamu kebangaan abang dan semua suadara kita termasuk eyang dan Ibu. Aku harap kamu mengerti itu.

Di saat-saat seperti itu Candra akan mengangguk patuh. Karena diapun mengerti menjadi anak ke empat dari tujuh bersaudara, memiliki tiga orang kakak dan tiga adik tentulah tanggung jawab berat baginya.

Masa skorsingnya memang penuh huru-hara apa lagi dengan persiapan kunjungan Bang Revan ke rumah Mbak Andin yang tak terasa sudah H-3. Candra yang paling heboh tentu saja. Menyiapkan bingkisan dan segala macamnya bahkan sempat dia ingin memesan baju persatuan tapi untungnya itu di cegah oleh Cakra.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang