Lambaian tirai karena hembusan angin. bertiup memasuki celah jendela membawa hawa sejuk menenangkan. Anak rambut yang bergerak pelan karena tiupan sepoi menyapu wajah pemiliknya.
Mata sipit yang semula berbinar ceria namun kadang kala terpancar luka kini tengah menutup, empunya tertidur pulas di pangkuan sosok yang bisa dibilang baru kenal dua jam yang lalu.
Jiwa anak-anak amatlah sangat sederhana namun kadang rumit untuk dipahami. Dua fakta yang bertolak belakang namun selalu beriringan, Candra pun sadar bahwa kedua anak kecil yang kini terlelap dipangkuannya tidaklah jauh berbeda dengan dirinya yang dulu.
Aji dan Beni kedua anak yatim piatu yang senasib dengan Candra. Kehilangan sosok yang amat berarti saat usia dini tidaklah mudah, tubuh mungil tak akan mampu menghadapi kerasnya dunia. Mereka adalah cerminan Candra di masa lalu.
Tangan Candra tergerak mengelus halus rambut Beni yang tertidur begitu pulas. Saking pulasnya mulutnya terbuka, mungkin anak ini begitu lelah. Sejak tadi anak itu terus bertanya ini dan itu, bagaimana bisa begini dan begitu. Semua pernyaan dan ocehan tak jelas terus keluar dari bibir mungilnya membuat beberapa kali Candra mencubit pipi Beni dengan gemas.
Sebuah kurva tipis tercetak di bibir Candra. Dia bukan siapa-siapa dari kedua bocah di pangkuannya namun jika seseorang melihat mereka. Orang tersebut mungkin saja beranggapan bahwa mereka adalah kakak dan adik atau mungkin ayah dan anak saking dekatnya mereka.
Begitulah yang sekarang dirasakan oleh Saka dan Sandra yang kini berdiri di ambang pintu memerhatikan Candra yang Vibesnya seperti seorang ayah. Mereka tersenyum hangat. Candra memanglah seperti itu jika dihadapkan dengan anak kecil. Tingkah tengil dan menjengkelkannya akan berputar 360 derajat. Sikapnya akan berubah menjadi lembut dan begitu penyayang. Hingga wajar saja seseorang menaruh hati padanya.
Saka mengetuk pintu dan berhasil menarik atensi Candra yang terfokus pada dua anak yang tertidur dipangkuannya. Dengan repleks Candra menaruh telujuk di bibirnya sebagai kode pada Saka untuk tidak membuat keributan. Satu kali lagi Saka dibuat kagum oleh Candra begitupun dengan Sandra yang kini mengekor di balik tubuh Saka.
"Mereka lucu banget ya," ujar Sandra yang kini duduk di dekat Candra. Tangannya beralih mengelus surai legam milik Aji.
"Mereka berdua anak baru yang dimaksud sama Bunda panti kan? Siapa namanya?" tanya Saka dengan suara pelan takut membuat kedua bocah itu terbangun.
"Nama mereka Aji dan Beni," jawab Candra dengan singkat.
Sandra memperhatikan Candra dengan hati yang berdecak kagum. Bagaimana bisa ada lelaki seperti Candra yang karakternya hanya muncul di komik dan Novel tetapi begitu nyata di hadapannya.
Sungguh hati Sandra sudah terhanyut begitu jauh dan terjun bebas untuk Candra. Lelaki sederhana dengan banyak hal unik yang melekat pada sosoknya. Sandra mengakui meski dia dan Candra kerap kali bertengkar bahkan saling hina-cemooh ketika rapat namun tetap saja hati Sandra akan ketar-ketir ketika lelaki dihadapannya itu mengodanya dengan gombalan tak bermutuh bahkan terkesan alay. Ayolah kadang seseorang memang suka berpura-pura tidak suka padahal menginginkannya.
"Liat lu kayak gini, berasa pengen dimilikin Can," guman Sandra. Yang mana matanya masih tertuju pada Candra yang sibuk menepuk dada Beni dengan lembut
"Hah? Maksudnya?" tanya Saka yang kebetulan mendengar gumanan Sandra.
"Dimilikin, memiliki... Siapa maksudnya?" tanya Saka.
"Apaan sih?"
"Coba, tadi lu bilang... Lu kayak gini berasa pengen dimilikin. Siapa yang pengen lu miliki?" tanya Saka pada Sandra. Hingga yang ditanya sedikit gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] End
Fanfiction"Banyak sudah kisah yang tertinggal, kau buat jadi satu kenangan Seorang sahabat pergi tanpa tangis, arungi mimpi Slamat jalan kawan cepatlah berlabuh" Tipe-x "Abang emang nggak bisa Banggain kalian tapi abang bersyukur punya adik-adik yang banggai...