"Kalau hanya untuk mengejar laki-laki lain, buat apa sih benang biru kau sulam menjadi kelambu"
Pagi hari di mulai dengan nyanyian Candra di ruang tamu. Alunan instrumental lagu Benang biru dari Meggi Z mengalun hingga terdengar keluar rumah, bergoyang layaknya biduan pantura dengan tangan kanan yang memegang mic. Lagaknya penyanyi dandut profesional, Candra melempar mic itu ke udarah lalu menangkapnya lagi.
Jihano dan Cakra yang saat ini menikmati telur dadar buatan Bang Revan hanya menatap aneh namun tak ada niat menegur biarkan lah mahluk absurd satu itu berperilaku semaunya.
"Kalau memang sudah mendapat laki-laki lain
Untuk apa sih tuak manis
Kau suguhkan untuk diriku~" Tidak bisa dipungkiri suara Candra sangatlah bagus. Ingin sekali tuh Bang Revan mendaftarkannya di akademi dangdut tapi Candra tidak mau.Candra terlalu hebat untuk ikut lomba, kasihan peserta yang lain. Candra cukup terkenal sekampung Melati aja nggak usah se Indonesia.
Terkenal jadi maling buah mangga tetangga maksudmu? Kelakar eyang waktu itu.
Bang Revan memandang adik ke empatnya yang masih asik bernyanyi lagu dangdut di ruang tamu. Ternyata dua curut sudah ikut bergabung bersama dengan Candra padahal mereka sejak tadi memandang aneh kelakuan abangnya tapi sekarang malah ikut bergabung parahnya seraya menyawer. Bergoyang ria seraya mengibaskan uang lima ribu kepada Candra.
Keluar sudah petakilan Candra. Sekarang dia bertingkah gemulai.
"Sawerannya say!"
Cakra sudah setengah mati tertawa, memegangi perutnya yang mulai keram. Berguling di lantai dengan suara tawa khas lumba-lumbanya.
"Di kocok-kocok... Di kocok-kocok di kocok-kocok bila arisan di kocok bila arisan dikocok
Sudah pasti menang tapi nunggu giliran. Tapi cinta dan sayangku
Ku tak mau, tak mau, tak mau, tak mau
Dikocok-kocok, aah
Dikocok-kocok
Ku tak mau cintaku
Dikocok-kocok, aah~" sekarang lagu berganti.Malik yang baru keluar dari bilik kamar dengan pakaian santai, baju kaos putih dengan sarung melilit pinggangnya. Seketika di buat mengkerut melihat keadaam ruang tamu yang sudah~ ya begitulah.
Jihano yang kini bergoyang bang Jali di atas sofa, Candra yang sudah seperti biduan pantura, serta Cakra yang sudah seperti ikan yang kehabisan udara berguling di lantai.
Tak
Musik tiba-tiba berhenti. Kini mata semua melihat kearah speaker yang di letakkan di meja untuk memastikan apa gerangan yang terjadi. Rupanya dimatikan oleh Bang Malik.
"Kok di matiin sih Bang? Baru aja Candra mau goyang ngebor"
Malik tidak peduli, sekarang dia melangkah menuju teras mengambil pakan burung. Lalu dengan telaten memberikannya pada burung pipit sambil bersiul. Kelakuannya ini persis dengan kebiasaan Eyang sewaktu hidup.
Dari dalam Revan datang membawa secangkir teh dan molen Coklat, meletakkannya pada meja bundar.
"Bang tehnya diminum."
"Padahal nggak usah dibuatin nanti Abang bisa buat sendiri, tapi makasih ya Dek udah repot-repot."
"Nggak pa-pa Bang"
Kini mereka duduk bersama sambil memandangi burung pipit yang berkicau, terdiam menikmati kendaraan yang hilir mudik melintasi jalan.
Malik menyesap teh buatan Revan lalu lanjut memandangi Burung pipit.
"Nggak kerasa empat belas hari Eyang pergi." kata Bang Malik
"Kamu tau kenapa eyang suka bersiul kalau ngasih makan si pipit?"
![](https://img.wattpad.com/cover/278554082-288-k494835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] End
Fanfiction"Banyak sudah kisah yang tertinggal, kau buat jadi satu kenangan Seorang sahabat pergi tanpa tangis, arungi mimpi Slamat jalan kawan cepatlah berlabuh" Tipe-x "Abang emang nggak bisa Banggain kalian tapi abang bersyukur punya adik-adik yang banggai...