24. Gem

337 40 0
                                    

Sejak subuh Bang Revan dan Candra sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk saudara-saudaranya. Biasanya Asraf yang membantu Bang Revan tapi melihat kondisi Asraf yang tidak memungkinkan sejak 1 bulan belakangan ini, membuat Candra mengambil alih tugas tersebut.

Bukan hanya Candra sebenarnya, tapi mas Abyan juga tapi lelaki bonsor itu sudah seminggu tak pulang kerumah karena menginap di rumah sakit. Maklumlah dia sedang menjalani masa koas di rumah sakit yang kebetulan cukup jauh. Mas Abyan sebenarnya ingi PP tapi kalau di pikir-pikir capek juga jadi dia memutuska mendekam di Rumah Sakit saja.

Terlepas dari itu Candra sebenarnya kurang ahli dengan urusan dapur memotong wartel saja ada yang panjang bahkan ada sangat tipis. Hal ini tentu cukup menaikkan tensi darah Bang Revan. Tapi mau bagaimana lagi setidaknya anak itu lebih mending dari pada Bang Malik yang goreng telur saja tak bisa. Niatnya mau buat telur dadar malah jadi orak arik gosong mana tidak matang.

"Itu micinya kebanyakan mau buat orang bego?" tegur bang Revan ketika mendapati adiknya menaburkan satu sendok micin pada sayur kangkung.

"Hoax dari mana tuh? Gimana kalau ternyata Micin buat orang cerdas?"

"Bukan gimana ya Candra kelebihan micin itu nggak baik nanti bisa botak"

"Coba abang pikir deh si penemu micin, Kikunae Ikeda. kalau ada orang yang bakal botak karena micin pak Ikeda mungkin bulu mata aja dia udah abis karena rontok. "

"Jawab aja terus, kalau du tegur ya di dengerin" kata Revan

"Ya terus gimana? Sayangkan kalau sayur di buang" Bang Revan hanya menghela napas. Tak ingin dia berdebat dengan Candra yang sudah pasti berbuntut panjang. Anak itu tidak suka mengalah maka lebih baik dia yang mengalah.

Selesai dengan urusan dapur Candra lantas pergi membangunkan saudara-saudranya. Kadang Candra sedikit jengkel ketika mendapatkan tugas membangunkan saudaranga yang bagai kerbau berendam di lumpur sangat susah di bangunkan. Padahal sudah sering dia mengomel untuk tidak tidur setelah sholat subuh tapi ada saja yang sering melakukannya. Mau di patuk ayam kah rezekinya?

Cakra dan Jihano yang setengah sadar kini sudah duduk di meja makan. Peci yang mereka pakai saat sholat subuhpun belum terlepas.

"Makanya kalau di bilangin jangan begadang di dengerin... Yang tersiksa kalian sendiri, sana cuci muka" omel Bang Revan pada kedua curut. Semalam seandainya tidak ada inisiatif untuk menyita Handphone kedua adiknya mungkin dua curut itu akan bagadang hinggah subuh. Untunglah semalam saat jam satu pagi dia terbangun karena kehausan. Dan mendapati Jihano dan Cakra yang bermain game.

Dengan langkah gontai keduanya berjalan menuju kamar mandi. Sesekali saling mendorong agar bisa masuk ke kamar mandi lenih dulu.

Sementara itu Asraf dan Candra sudah menunggu saudara yang lain, lantas Bang Revan kini sedang mencuci alat dapur yang telah dipakai tadi.

Di tangga nampak bang Malik yang sudah siap berangkat kerja, dibuktikan dengan tas Laptop di tentengnya.

"Revan kamu yang masak semua ini?" tanya Bang Malik yang kini sudah duduk di meja makan.

Revan yang masih di pantri dapur mengangguk sebagai jawaban lalu kemudian melanjutkan acara cuci piring yang sebentar lagi selesai.

"Kamu tuh baru aja keluar dari rumah sakit, bukannya malah istirahat malah masak-masak. ingat kata dokter kamu nggak boleh kecapeaan," Tegur Bang Malik. Mau bagaimana pun dia masih khawatir dengan adiknya Revan.

"Udahlah bang jangan berlebihan, lagian aku tadi dibantuin sama Candra jadi nggak terlalu capek."

Malik tak dapat berkata-kata apa lagi.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang