dibalik Tragedi

550 44 2
                                    

Mobil melaju dengan keadaan oleng akibat pengemudi yang begitu mabuk akibat pengaruh alkohol, tak peduli dengan umpatan beberapa pengguna jalan yang di layangkan padanya, lelaki itu seolah menutup telinganya dia dalam keadaan emosi yang tak dapat terkendali.

Menancap gas begitu dalam. mobil sedan itu meluncur bak anak panah yabg melesat

CKIITT

BRAKK

Lelaki bertubuh tegap itu terbangun dari tidur, nafasnya menderu begitu pula dengan keringat yang mengucur deras membasahi tubuhn. Dia menunduk menatap kedua tangan yang bergetar, saat ini dirinya ketakutan hingga ingin mati saja.

Bayangan seseorang yang terbanting jauh akibat hantaman mobil yang begitu keras. Sosok yang terkulai lemas di jalan akibat perbuatannya.

"Baron, udah bagun sini sarapan sama Mbak dan mas di bawah." wanita dengan senyum menenangkan muncul dari balik pintu.

"Iya mbak, Aku cuci muka dulu," jawab Baron dan hanya di jawab anggukan oleh wanita berlesung pipi tersebut, lalu segera pergi meninggalkan Baron yang masih mencoba meredam rasa takutnya.

Baron menatap dirinya di depan kaca, bayangan dimana Candra terpental dan menghantam aspal kembali melintas dalam pikirannya. Sungguh tak ada niat untuk menyakiti lelaki itu, bahkan dia yang notabenenya tak pernah berdoa dan memohon pada tuhan kini mengharapkan hal baik untuk Candra.

Seberapapun dendamnya Baron pada Candra dia tidaklah sekejam itu hingga ingin melenyapkan nyawa. Kini hatinya bergetar, rasa takut mulai mendominasi.

"Baron kenapa belum turun juga? Mas Tegar dari tadi nunggu dibawah." teriak wanta berlesung pipi didepan kamar Baron.

"Iya Mbak, tunggu sebentar." Baron kemudian bergegas keluar membuka pintu kamar dengan tergesa karena tidak enak dengan wanita yang sejak tadi memanggilnya.

"Yuk kita sarapan".

Baron hanya mengangguklalu kemudian  mengikuti langkah wanita dihadapannya.

Di meja makan sudah ada lelaki dengan pakaian rapi lengkap dengan tas kerja yang di letakkan di kursi sebelah kanan.

"Udah Bangun kamu Baron, sarapan Gih mbakmu masak banyak pagi ini," kata Lelaki itu.

"Baron kamu harus makan yang banyak, apalagi kemarin kamu baru aja sampai dari Bandung, perjalanan sampai sini bikin capek loh, meski kamu mungkin masih agak lesu makan yang banyak biar staminanya pulih." Mas tegar memberikan beberapa potong telur gulung ke piring Baron.

Baron hanya bisa tertunduk dia kemudian menatap dalam mata Mas Tegar. Dia ingin bercerita tentang apa yang dia alami, tak sanggup harus menyimpannya sendirian.

"Mas, Mbak... Baron Nabrak orang" hening. Tangan Tegar yang awalnya hendak menyuapkan nasi ke mulutnya menjadi terhenti, begitu juga dengan Sekar yang kini memandang Baron dengan tatapan tak percaya.

"Kamu bilang apa?" tanya tegar. Dia bukannya tuli hanya saja dia tak dapat mempercayai pernyataan adik iparnya itu.

"Baron nabrak orang dan sekarang Baron nggak tau gimana keadaan orang tersebut." kata Baron dengan suara semakin merendah, dia memang beringas dan terkenal bengal tapi meski begitu dia juga seorang adik yang takut dengan kemarahan sang kakak.

Satu tamparan membuat pandagan Baron menghitam, tamparan yang begitu keras bahkan sampai menimbukan bekad yang sangat jelas.

Dia menciut kala mata amarah dari Sekar menyorot tajam, belum pernah dia melihat Mbak Sekar semarah ini sebelumnya.

"Brengsek Lo Ron! Terus ini alasan lo jauh-jauh ke Jogja cuman buat kabur dari perbuatan lo yang nggak bertanggung jawab itu! ANJING LO! Gimana keadaan orang itu bahkan lo nggak tau?!" Mbak Sekar berubah 180 derajat tak ada senyum menenangkan hanya ada raut wajah penuh emosi yang memuncak. Tangganya bergerak memukul tubuh Baron secara membabi buta tak peduli dengan wajah adiknya yang memelas.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang