"Ugh... Huek, huek" sendawa dan suara mengeluh pusing Candra memenuhi langit-langit ruang rawat Bang Revan. Jihan
meringis sekaligus kasihan melihat saudara ke 4 nya itu terlihat tersiksa karena masuk angin.
"Ugh,, rasanya pengen muntah" keluh Candra dengan tubuh yang meringkuk bergerak gusar.
"Diem napa sih bang.... Ini Jihan susah kerokinnya kalau Abang gerak-gerak terus." tutur Jihano yang memang sedari tadi mengkerok punggung Candra.
Jengkel dan kesal sebenarnya Jihan kepada Candra. Datang dengan keadaan basa kuyup ditambah lagi bibir yang biru, maksudnya kenapa kakaknya itudak singga ke supermarket untuk membeli jas hujan seperti kebiasaanya? Paling menjengkalkan nya lagi kakaknya itu secepat kilat menerobos dan menangis terseduh memeluk bang Revan sambil mengatakan Maaf beberapa kali.
"Makanya lain kali kalau hujan neduh, tungguin redah... Jangan diterobos. Udah tau gampang sakit kalau kena ujan malah bandel." Omel bang Malik di seberang sana. Duduk di sofa panjang dengan laptop yang berada dipangkuannya.
"Ini Candra lagi nggak enak badan loh bang, lagi sakit jangan di omelin dulu. Nanti deh kalau aku dah agak mendingan baru di khotbahin."
"Keburu-"
"Keburu apa?" tanya Candra
"KEBURU LUPA!" Kompak saudara-saudara candra.
"Sialan!" umpat Candra
"Hahahahaha" riuh tawa nyaring terdengar. Nampaknya mereka tak berpikir kalau keributan mereka dapat menganggu pasien lain. Tawa mereka terus berlanjut hingga terhentikan oleh suara pintu dan lantai yang bergesekan.
Nampak seorang suster dengan alis menukik ke atas.
"Mas tolong jangan ribut ya, di ruang sebelah ada lansia. Beliau sedang istirahat," ucap si suster dengan ramah meski terselip nada jengkel.
Pintu kembali tertutup menyisakan ke 7 bujang yang salin melemparkan tatapan satu sama lain, sedetik kemudian mereka cekikikan tak jelas seolah mendengar lelucon yang sangat menggelitik.
"Gara-gara Bang Candra sih" kata Cakra
"Lah kok gue nyet?!" protes Candra.
"Ya siapa lagi kalau bukan abang, di sini yang paling tepat di salahin ya Abang Candra" celetuk Cakra.
"Wah bener-bener lu" tunjuk candra, ia berusaha meraih tubuh Cakra namun kewalahan karena di tahan oleh Abyan dan Jihan.
Sementara itu cakra tertawa gemas. Merasa bangga telah membuat abangnya kesal.
"Awas ya, gue coret dari KK!" kata Candra namun di tanggapi dengan cibikan tak peduli dari sang adik.
Dari bangsalnya Revan memperhatikan interaksi dari saudara-saudaranya. Sesekali tersenyum ketika mendapati hal lucu atau terkikik geli karena suara tawa renyah dari Bang Malik yang sudah bersimpuh di lantai. Tidak lupakan bahwa Bang Malik itu tak bisa berdiri kalau tertawa?
"Bang Revan liat sendirikan saudara-saudara abang, sebegitu sayangnya mereka sama bang Revan" kata Asraf yang saat ini berada di samping bangsal
Bang Revan tersenyum tipis.
"Tapi abang egois" guman asraf
Bang Revan tertunduk, memang dia egois kan?
"Abang cuman nggak mau kalian Khawatir"
"Asraf ngerti, makanya aku mencoba untuk tidak kecewa.. Tapi bagaimana dengan Bang Candra, Mas Abyan atau Bang Malik... Mereka pribadi yang berbeda denganku dan tidak serta merta menerima keegoisan Abang." tertunduk Bang Revan mendengar perkataan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] End
Fanfiction"Banyak sudah kisah yang tertinggal, kau buat jadi satu kenangan Seorang sahabat pergi tanpa tangis, arungi mimpi Slamat jalan kawan cepatlah berlabuh" Tipe-x "Abang emang nggak bisa Banggain kalian tapi abang bersyukur punya adik-adik yang banggai...