Bab 3

795 88 9
                                    

Berbicara soal siapa yang paling receh, maka Malik Agamdwinata Muhsin layak dinobatkan sebagai yang tereceh dalam skala keluarga Grandson's of Eyang Muhsin.

Meski lelaki ber-rahang tegas ini adalah cucu tertua, namun tak ada tanda-tanda bahwa Ia memiliki wibawa layaknya anak tertua dalam keluarga. Malah semua wibawa itu di borong oleh Revan cucu kedua Eyang Muhsin.

Tingkat recehnya ini mungkin bisa dikatakan sudah memasuki level akut. Malik saking recehnya cicak jatuh dari plafon pun ditertawakan. Namun sudah sejak seminggu belakangan ini Malik jarang tertawa dan lebih banyak murung, waktunya lebih banyak tersita dengan handphone miliknya hingga ke enam saudaranya dibuat bertanya-tanya dengan sikap Malik yang tidak biasa seperti itu.

"Eyang kemana?" tanya Malik, mengintrupsi kegiatan ke 4 adiknya yang sedang sarapan.

"Lagi ke kebun teh," sahut Jihano seadaanya. lelaki berhidung bengir itu kembali menyendok nasi goreng kedalam mulut.

"Sepagi ini? Terus Eyang bareng sama siapa ke kebun teh? "

"Tadi berangkatnya sama bang Revan dan kak Asraf. Oh iya Hampir lupa, bang Revan minjam mobilnya bang Malik dulu soalnya si Injung lagi di benkel," jawab cakra.

"Asraf tumben ikut sama Eyang ke kebun teh."

" Abang lupa ya?, hari inikan jadwal check upnya Asraf. Jadi rencana sehabis dari kebun teh, mereka bakal lanjut kerumah sakit buat monitor kedaan Asraf, " jawab Candra yang kemudian diangguki oleh Abyan

Malik hanya mengangguk paham. Ia kemudian berjalan kedalam kamarnya untuk mengambil tas berwarna coklat yang berisi pakaian.

"Abang mau kemana?" tanya Abyan ketika melihat tas berwarna coklat yang dijinjing oleh Malik.

"Abang mau ke Jogja."

"Hah! Kok mendadak!?" Malik hanya terkekeh pelan melihat kekompakan keempat adiknya itu.

"gak mendadak kok, udah dari seminggu yang lalu abang rencanain buat ke Jogja. " Malik menggeser kursi dekat Cakra, meraih sebuah piring keramik untuk menaruh nasi goreng buatan Abyan dan memulai sarapannya.

"Tapi kenapa baru ngomong sekarang bang, terus di Jogja abang mau ngunjungin siapa? ibu dan bapak kan belum balik dari dinas" tanya Jihano.

"Abang bukan ke Jogja buat ketemu ibu dan bapak, tapi abang pengen ketemu seseorang di kota spesial itu."

"Mbak Sekar?" Tanya Candra dan dijawab anggukan oleh Malik. Keempat saudaranya hanya Ber-oh ria dan kemudian melanjutkan sarapan masing-masing.

Cakra yang lebih dulu selesai denga sarapannya membawa piring kotor ke wastafel dan langsung mencucinya. Sehabis itu Ia melangkah ke rak piring mengambil beberapa gelas untuk diisi air.

"Bang Malik kangen ya sama mbak Sekar?" tanya Jihano.

"Iya... "

"Tapikan kalau kangen biasanya abang Video Callan aja sama mbak Sekar, tumben banget bela-belain ke Jogja," tutur Cakra sambil menyodorkan gelas air kehadapan para abangnya. Memang cakra seperhatian itu orangnya.

"Rasanya beda. Meski bisa liat wajah tapi tetap aja ada yang kurang, tetap aja rindu."

Memang betul, meski berkabar melalui dunia virtual sangatlah mudah tapi tetap saja bertemu secara lansung adalah obat paling jitu melepas rindu.

Malik menghela nafas. Sebenarnya bukan hanya rindu yang ingin lelaki itu luruhkan, ada hal lain yang menjanggal dalam hatinya mengenai gadis bernama Sekar Ning Tias. Sudah seminggu lamanya tak ada kabar dari gadis itu, pesannya tak dibalas bahkan ditelpon pun tak diangkat. Hal ini membuat Malik pundung, tidak biasanya Sekar tak berkabar dengannya. Setidaknya selama dua tahun menjalin hubungan, Malik dan Sekar rutin dua kali seminggu melakukan video call.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang