Bang Candra

664 50 0
                                    

Sore itu Asraf termenung dengan tatapan lurus menatap selimut milik Candra. Tangannya perlahan menyentuh bibir kasur.

Dingin

Itu yang Asraf rasakan, bayangan dimana ketika Candra tertidur pulas di kasur ini menyapu ingatannya, seolah mimpi buruk di siang hari rasanya Asraf tak akan percaya. Ia menarik selimut milik kembarannya, menenggelamkan wajahnya. Dia menangis lagi, dadanya begitu sesak tak pernah  merasakan sesak yang membuat bernafaspun begitu menyakitkan. Suara raungan kepedihan itu teredam dibalik selimut, air mata yang keluar tidaklah sedikit membuat selimut menjadi basah.

Sementara itu Mas abyan terduduk di ambang pintu dengan tatapan kosong, lagi-lagi dia kehilangan orang yang amat berharga, lagi-lagi dia ditinggalkan. Tatapan yang begitu menyakitkan dia memukul dadanya yang begitu sesak berharap rasa sakit di dadanya hilang tetapi semakin menyakitkan bayangan candra terus menghampirinya, senyuman hangat, ketengilan, suara girang, teriakan Candra membuatnya seolah tertarik dalam delusi. kemana Candra? Dia terus bertanya bagai orang tak waras.

"ARRRGGH" berteriak prustasi Abyan menarik rambutnya. Mencoba menyalurkan rasa sakit itu. Sungguh perasaan itu menyiksanya teramat sangat.

"YA ALLAH ABYAN ISTIGFAR!" Bang Revan mencengkram tangan Abyan.

"Ini semua karena Abyan nggak bisa jagain adek-adek Abyan Bang.... aku gagal jadi abang yang baik."  Abyan sesegukan, tangan lelaki berbadan kekar itu mencengkram kemeja Bang Revan.

"Nggak ada yang salah, kamu nggak salah...Semua ini bukan kesalahan kamu." Bang Revan memeluk adiknya mencoba menenangkan.

"Abyan, kangen Candra Bang!" suara serak Abyan membuat Bang Revan tercekak. ingin rasanya dia berteriak bahwa dia juga merindukan adik keempatnya itu. Bahkan dia ingin mengatakan ribuan kali kalau saja itu bisa membuat Candra hadir dihadapannya. Ingin memeluk dan mengelus kepala si tengil Candra, sebagaimana menjadi kebiasaan pulang kerja. Tapi apa yang bisa dia lakukan?

"Ikhlaskan Candra, Byan... jangan mempersulit dia," kata Revan namun di jawab gelengan.

Bang Malik menghela nafas berat,  kepergian Candra membawa luka yang cukup dalam.

"Apa seperti ini akhirnya?" tanya Bang Malik pada dirinya sendiri.

Bayangan Candra saat berumur tujuh tahun, senyum polos, tangis kesakitan adiknya kala itu terekam jelas dikapalanya.

"Kamu sudah tenang sekarang dek, nggak ada lagi yang bakal nyakitin kamu lagi." Kembali lagi Malik menghela nafas berat. Bayangan masa kecil itu kembali menghampirinya.

Kenapa di saat seperti ini?

Flashback

"AMPUN PAK, CANDRA MINTA MAAF!" teriak Candra, anak bertubuh ringkih itu bersujud memohon ampun dilantai yang dingin. Sementara pri dewasa yang tengah memegang rotan seolah tak peduli dengan tangisan anak di depannya.

"JAWAB BAPAK, DIMANA KAMU DAPAT UANG ITU?" teriak Dani di depan muka anaknya, matanya yang memerah membuat Candra semakin ciut.

"Di kasih sama ibu." perkataaan Candra tak jelas Karena sesegukan, hal itu membuat Dani semakin marah.

Satu hantaman rotan mendarat di betis Candra, membuat anak itu kembali meraung kesakitan untuk kesekian kalinya.

"Kalau ngomong yang jelas."
Tak kembali lagi rotan beradu dengan kulit Candra. Begitu keras hingga membuat kulit anak itu sobek.

"Ngomong yang jelas atau Asraf Bapak pukul juga!" mata Candra membulat. Tidak menunggu lama Dani menyeret Asraf kehadapan Candra. Candra kecil tak habis pikir dengan Dani yang menyeret kembarannya bagai Karung beras yang tak berharga. Lelaki berahang tegas itu mulai mengangkat rotannya tinggi-tinggi akan Memukul Asraf.

GRANDSON'S EYANG MUHSIN [ NCT DREAM] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang