11. Malu.

1.7K 124 94
                                    

Haii ❤️ btw makasih yaa udah mau baca. Yaa walaupun masih acak-acakan hehee. Tapi nanti diperbaikin kok! Kalau ada kata atau kalimat yang salah, boleh komen sekalian koreksinya.
Happy reading ❤️

__________________________________________

Dretttt

Ya kurang lebih seperti itulah, suara ponsel Dareen berdering. Dareen menatap benci ponsel tersebut yang mengganggunya. Padahal, baru saja ia akan memainkan aksinya setelah cukup menikmati bibir indah Naura.

"ANJ**G!" Umpat Dareen. Ia beranjak mengambil ponselnya disana dan melihat siapa yang menelponnya. Sementara Naura mengubah posisinya menjadi duduk.

"Lo boleh keluar dari kamar gue sekarang," kata Dareen sambil menatap Naura yang masih terduduk di sampingnya.

Tanpa Naura jawab, ia langsung beranjak dari tempat tidur itu dan keluar dengan rasa kecewa. Melangkah menuju kamarnya lalu menguncinya.

"Ah, untung ada yang nelpon Dareen!" Batinnya merasa lega. Ia melangkah menuju tempat tidur lalu duduk.

"Lagian Dareen kenapa mesum banget sih! Sumpah Naura nyesel di titipin disini! Aaaa bibir Naura udah gak suci lagi dong?!" Rengeknya sambil memegangi bibirnya.

"Bentar, k-kenapa... Kenapa tadi Naura langsung diem pas Dareen udah nyium?" Gumamnya. Ia bingung kenapa tadi memberontak berusaha agar lepas dari Dareen, setelah Dareen cium malah terdiam seolah-oleh menikmati sentuhan bibir Dareen.

Naura menepuk-nepuk kepalanya pelan.
"Gak! Gak! Naura sadar! Jangan kebawa mesum sama Dareen!"

***

Naura mulai bosan dikamar terus sedari tadi. Perutnya pun berbunyi karena lapar. Tapi ia sungkan untuk keluar kamar apalagi nanti jika bertemu Dareen.

"Laper," gumamnya sambil mengusap-usap perutnya.

Ia beranjak dari tempat tidur. Melangkah menuju pintu dan membuka sedikit pintu untuk mengintip apakah diluar ada Dareen atau tidak. Namun nihil. Tetap saja Naura tidak bisa melihat disana ada Dareen atau tidaknya karena dapur terhalang oleh tangga.

Naura menghela nafas berat karena terpaksa harus keluar untuk mengisi perutnya yang lapar. Ia berjalan menuruni anak tangga menuju dapur.

"Dareen?!" Batinnya. Ia terkejut mendapati Dareen tengah terduduk dan makan disana. Ia merasa malu dengan Dareen karena kejadian tadi pagi.

"Ah,... Gimana ini?!" Batinnya lagi. Ia kemudian membalikkan badannya hendak kembali ke kamar.

"Makan! Ngapain mau balik lagi?! Lo mau nyusahin Mama gue, kalo lo sakit?" Bentak Dareen yang menghentikan kegiatan makannya saat melihat Naura tak jadi ke dapur.

Deg!

Mendengar bentakan Dareen, ia kembali membalikkan badannya. Melangkah pelan menghampiri Dareen disana.

"Em,.. Naura bikin mie instan aja, ya!" Pinta Naura ragu. Ia merasa tidak enak kalau memakan makanan Dareen. Lagi pula dia tetap masih malu.

"Lo gak liat disini ada makanan?" Tunjuk Dareen pada makanan didepannya itu.

"Gue udah pesen makanan buat lo juga! Kalo emang lo gak mau, bilang! Biar gue buang aja!" Bentak Dareen lagi.

Naura memejamkan matanya sambil mundur beberapa langkah mendengar bentakan Dareen. Ia takut melihat Dareen memarahinya. Rasanya ia ingin menangis saat ini juga. Ia hanya menggeleng pelan sebagai jawaban tidak.

My Sepupu Is My Love! [On Going, Sambil Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang