19. Jadi Gimana?

1.5K 101 3
                                    

Haii ❤️ btw makasih yaa udah mau baca. Yaa walaupun masih acak-acakan hehee. Tapi nanti diperbaikin kok! Kalau ada kata atau kalimat yang salah, boleh komen sekalian koreksinya.
Happy reading!

__________________________________________


Naura menoleh ke arah Dareen. "Tapi kita masih sekolah, jadi enggak perlu se-kamar, kan," kata Naura berusaha menolak.

"Lagian kita cuman nikah sirih," lanjutnya.

Dareen tersenyum menyeringai mendengar perkataan Naura. "Tapi nanti setelah kita lulus, Lo sama gue nikah beneran secara negara. Bukan. cuman. nikah. sirih." Jelas Dareen menekankan setiap perkataannya di akhir.

"Mama mau ke atas dulu. Liat Naura sama Dareen," kata Anisha.

Keenan dengan cepat menahan tangan Anisha agar tidak jadi melangkah. "Udah, biarin aja, mungkin lagi seneng-seneng."

"Heum, yaudah," Anisha mengangguk. Lalu kembali ke tempatnya semula.

"Ck. NAURA, KALO GUE BILANGIN GAK USAH NGEYEL!" Tegas Dareen. Ia kesal melihat Naura tetap tidak mendengarkan perkataannya.

Naura diam. Hanya diam. Ia melirik ke arah lain. Bukankah sekarang Naura berhak kesal dan ngambek sama Dareen? Secara ia sudah menjadi istrinya.

Dareen beranjak dan melangkah mendekati Naura. Kemudian mendaratkan bibirnya ke bibir Naura tanpa aba-aba atau izin pada Naura.
Hal itu membuat Naura sontak memelototkan matanya. Ia memejamkan mata dan berusaha memberontak menjauhkan tubuh Dareen darinya.

Dareen yang mendapati Naura terus memberontak menolak ciumannya, akhirnya terpaksa dengan kesal menyudahinya. Ia mengusap bibir Naura pelan yang bekas ia cium.

"Sorry, but gue tadi kesel." Kata Dareen tak berekspresi.

Naura melirik Dareen sekilas. Kemudian melengos pergi keluar menuju kamarnya. Lagi-lagi Dareen berdecak. Kali ini ia pasrah dengan membiarkan Naura pergi dari kamarnya. Lagi pula, ia merasa tidak enak karena tadi lancang mencium Naura tanpa izin. Ia tahu kalau Naura tidak suka dengan perlakuannya tadi.

***

Galang meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja belajarnya setelah mandi. Kemudian mendaratkan pantatnya di atas kasur. Menyalakan data dan mengecek WhatsApp. Galang baru sempat memegang ponsel setelah tadi sibuk dengan kegiatan di sekolahnya.

Ting
Ting
Ting

Beberapa pesan mulai bermunculan masuk. Mulai dari grup Osis, grup kelas, grup keluarganya, serta pesan dari salah satu perempuan yang saat ini ia sayangi, ya, Naura. Galang membuka pesan dari Naura. Namun, ia malah hanya melihat pesan tersebut tanpa ingin membalasnya.

"Huh! Ck. Gue pasti bisa tanpa Naura." Gumamnya. Lalu meletakkan kembali ponselnya.

Tak lama ia setelah meletakkan ponselnya, ponsel tersebut berbunyi. Membuat Galang harus kembali mengambil benda pipih itu.

Melihat nama yang terpampang di layar ponselnya memanggil, Galang berdecak malas untuk mengangkat panggilan tersebut. Terpaksa, mau tak mau ia harus mengangkatnya. Bisa berisik mulut si penelpon kalau tidak sampai ia angkat.

"Apa?" Tanya Galang tanpa basa-basi.

"LAMA BANGET SIH! MENTANG-MENTANG BUKAN DARI SI NAURA," kata si penelpon dengan suara keras.

Galang sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya. Sudah ia duga, di angkat dengan tidak di angkat sama saja. Pasti bakal berisik.

"Santai Ale! Masih mending gue angkat juga," kata Galang yang tak kalah kesal.

My Sepupu Is My Love! [On Going, Sambil Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang