33. Pertengkaran.

630 38 0
                                    


Haii ❤️ btw makasih yaa udah mau baca. Yaa walaupun masih acak-acakan hehee. Tapi nanti diperbaikin kok! Kalau ada kata atau kalimat yang salah, boleh komen sekalian koreksinya.
Happy reading!


______________________________________________

Naura mendongak menatap Dareen. "Kan Naura bisa ke bawah sarapan! Bikin orang suudzon mulu,"

"Hehe. Yaudah, di makan. Bunganya suka, gak?" Tanya Dareen.

Naura tersenyum sambil mengangguk. Ia memeluk Dareen sangat erat.

"Makasiiiiihhhh, Suami akuuu!" Gemasnya.

Dareen menuruni anak tangga bersama Naura. Langkah demi langkah mereka turuni. Naura tampak sangat bahagia dengan raut wajahnya yang sumringah. Sementara Dareen, ia terus menengok ke sana kemari mencari batang hidung ke dua orang tuanya yang tidak terlihat di sekeliling.

"Mama sama Papa, kemana ya? Kok dari tadi gak keliatan." Gumam Dareen yang kini sudah sampai di meja makan dan menarik kursi untuk ia duduki.

Naura menggeleng. Ia menarik kursi untuk ia duduki juga. Mengambil gelas lalu ia tuangkan air dan memberinya pada Dareen.

"Masih di kamar kali. Atau ... Udah berangkat."

"Mereka kan harus hadir di acara perpisahan kita, ay. Masa mereka gak dateng!" Kesal Dareen. Ia menerima gelas yang berisi air dari Naura, lalu meneguknya.

Naura menghela nafas berat. "Ya terus mau gimana lagi? Mungkin mereka emang lagi sibuk-sibuknya." Katanya. Kemudian meraih tangan Dareen dan menggenggamnya seraya mengelus-elus lembut.

"Kan ada aku, Istri kamuuu," lanjutnya yang berusaha menenangkan Dareen.

"Udah berapa kali aku bilang?! Aku enggak ada hubungan apa pun sama dia! Mama ini kenapa, sih! Aku cuman nganggep dia rekan kerja aku doang!"

"Stop, Pa! Papa selalu bilang, kalo dia rekan kerja doang! Aku udah cukup sabar ngelihat dia dari kemarin-kemarin telfon-telfon Papa. Nanya-nanyain lagi apa lah, udah makan belum, segala macem."

Teriakan itu tiba-tiba terdengar di telinga Naura dan Dareen. Mereka saling tatap satu sama lain. Merasa ada yang tidak beres, Dareen pun beranjak dari duduknya.

"Dareen! Biarin." Cegah Naura.

"Itu urusan mereka sebagai Suami Istri. Kita gak boleh ikut campur. Biarin mereka beresin masalahnya sendiri, Dareen. Dareen juga gak suka, kan, kalo ada yang ikut campur masalah Dareen?"

"Tapi ini orang tua aku, Nau. Mereka lagi berantem. Aku gak bisa diem aja! Selama ini mereka enggak pernah berantem gini!" Dareen melangkah dengan cepat menuju kamar Anisha dan Keenan.

Naura beranjak mengikuti Dareen dari belakang. Takut-takut, Suaminya memperkeruh keadaan di sana.

Sesudah sampai di kamar Anisha dan Keenan, mereka terbelalak melihat semua isi kamar hampir berantakan.

"Aku, ada pernah gak komunikasi sana-sini sama laki-laki lain selama ini?!" Teriak Anisha dengan mata yang sudah sembab, rambutnya acak-acakan, air matanya terus menerus keluar.

"Terserah! Terserah Mama mau bilang apa aja ke aku, terserah! Aku udah capek dengerin Mama ngomel-ngomel ngungkit hal sepele kayak gitu." Nafas Keenan tersengal-sengal menahan emosi yang kini kian memburu.

Ia tidak tahu lagi harus bagaimana menjelaskan, kalau ia dan rekan kerjanya ini hanya murni sebatas kerja saja. Memang, memang rekannya ini yang selalu menghubunginya terus menerus. Selama ini ia pun merespon hanya menjawab yang penting-penting saja. Yang berhubungan dengan bisnisnya.

My Sepupu Is My Love! [On Going, Sambil Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang