1 : Salam

728 99 80
                                    

Hai, selamat datang ke cerita ini. Siapapun kamu, cerita dong, kenapa bisa nyasar ke sini? 😁

Selamat membaca, semoga suka. Terima kasih sudah mampir.

__________________________________________

"Ayu, dapat salam."

Ayu yang semula fokus menulis tugas di perpustakaan, mengalihkan fokusnya pada Indah. Sahabatnya yang berasal dari Jawa Tengah itu sedang menyengir lebar, dan mengambil tempat duduk di depan Ayu.

"Salam?" Kening Ayu berkerut, menunjukkan sikap heran.

Indah menganggukkan kepalanya.

"Baru sepuluh menit lo pergi ke toilet. Terus lo bilang, gue dapat salam? Ketemu siapa lo di toilet?" tanya Ayu.

"Bukan di toilet. Tapi dia salamnya pas gue mau balik dari toilet ke perpus."

"Siapa sih?"

"Ari."

"Ari? Ari Gunawan?" Tatapan seakan bertanya kenapa Ari Gunawan menitip salam untuknya, terpampang jelas di wajah cantik Ayu.

"Iya, Ari Gunawan. Kita sering kok ambil kelas yang sama. Dia kayaknya suka sama lo."

"Ngaco! Teori dari mana?"

Indah menggelengkan kepalanya. "Rasa suka itu nggak perlu teori dari sini," ucap Indah sambil menunjuk sisi pelipisnya, "tapi dari sini." Telunjuk indah berpindah ke tengah dadanya.

"Lo jurusan Ekonomi atau jurusan Sastra?"

"Nggak perlu masuk jurusan sastra untuk tahu urusan hati."

"Makin ngaco lo!" pungkas Ayu, ia kembali melanjutkan tugasnya.

•••

Ari dan Rudi. Kedua bujangan itu sedang berada di papan pengumuman di depan perpustakaan, menempel poster untuk kegiatan tahunan, Bazar Amal, BEM mereka. Ari, selaku koordinator tim humas, wajib turun tangan dalam publikasi acara, salah satunya menyebar informasi lewat poster itu.

"Akhirnya kelar juga!"

"Apaan lo? Orang gue dari tadi yang naik-naik buat nempelin."

"Tapi, Ri. Gerah! Kita udah keliling hampir sepertiga lingkungan kampus kita. Udah bantuin nempel puluhan poster di tiap papan pengumuman jurusan." Tangan Rudi bergerak mengipas-ngipas wajahnya.

"Ya udah, sobat gue ini mau apa? Es teh? Ayo lah berangkat!" ucap Ari.

"Ayo! Es kelapa muda juga boleh kali."

"Ngelunjak lo!" Ari menjitak kepala Rudi dengan pelan.

"Eh, itu Ayu!" seru Rudi, menunjuk ke arah balik punggung Ari.

Spontan Ari menoleh.

"Kena tipu dia!" Rudi tertawa terbahak-bahak.

"Sialan!"

"Lagian lo udah suka Ayu dari jaman mahasiswa baru sampai sekarang semester lima masih aja nggak berani."

"Bukan nggak berani, tapi Ayu beda level. Kalau gue ada di level pinggang gue, Ayu ada di level sejengkal di atas kepala gue."

"Ada-ada aja lo! Level apaan yang lo omongin?"

"Ayu itu pujaannya semua cowok. Andalannya Fakultas Ekonomi dalam kecantikan," terang Ari.

"Iya sih. Gue akuin. Ayu emang cantik."

"Awas lo rebut Ayu dari gue!"

"Lah! Situ sendiri belum ngedeketin!" protes Rudi.

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang