33 : Pergi

90 22 0
                                    

Ada yang tungguin cerita ini up nggak ya?

⚠️ Ambil positifnya, buang negatifnya yaa.
___________________________________________

Ari memenuhi paru-parunya dengan lintingan tembakau di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya berada di saku celana pendeknya. Ia menikmati sinar rembulan yang menerangi jalanan di gang depan rumahnya itu.

Tak lama kemudian, sahabatnya Rudi datang menemui Ari. Ari mengeluarkan asap residu rokok dari celah bibirnya.

"Dateng juga lo," kata Ari kemudian mematikan sisa rokok yang tinggal seperempat dan membuangnya ke tempat sampah.

"Iya lah, lo minta gue dateng," sahut yang diajak bicara.

"Ayu mau pergi besok."

Rudi melebarkan matanya. "Pergi? Pergi ke mana?"

"Jawa. Dia putus kuliah."

Rudi mengembuskan napas kasar. Pantas saja Ari terlihat lesu dan kacau.

"Nongkrong dulu lah," ucap Rudi. Ia ingin menghibur temannya itu.

"Ke mana?" tanya Ari.

"Ikut gue."

Akhirnya dua bujangan itu pergi ke bar yang menjual alkohol mulai dari harga yang murah hingga yang mahal. Tak perlu waktu lama bagi bartender untuk memberikan pesanan mereka.

Ari menyesap minuman berwarna coklat bening itu dari gelas lebar miliknya. Awalnya ia sedikit mengernyit karena serangan rasa pahit di lidahnya. Setelah beberapa tegukan, ia mulai beradaptasi dengan rasa getir itu.

Rudi ikut meneguk minuman pesanannya. Rudi sendiri hanya memesan soda untuknya. Ia akan membawa kawannya itu pulang nanti, tidak mungkin ia menyetir dalam kondisi mabuk.

"Rud, menurut lo kenapa Tuhan benci gue sama Ayu?"

Rudi mulai menyimak curhatan temannya itu.

"Kata siapa Tuhan benci lo berdua?"

"Kalau Tuhan gak benci, kenapa gue sama Ayu terus dipisahkan?"

"Tuhan itu sayang kalian berdua, makanya dia uji kalian. Ya supaya cinta kalian makin kuat."

"Tapi gue nggak kuat Rud."

Rudi menepuk pundak Ari dua kali. "Lo kuat, Ri. Pikiran lo sendiri yang bikin lo lemah."

Ari kembali menyesap minuman beralkohol itu. Alkohol tidak menyelesaikan masalah, tapi alkohol bisa menjadi pelarian sementara baginya. Membuat otaknya bisa berhenti sejenak memikirkan segala posibilitas atas hubungannya dengan Ayu.

"Gue takut, Rud."

"Takut kenapa?"

"Saat ini gue yakin, bisa jalanin hubungan jarak jauh sama Ayu. Gue bahkan hibur Ayu, bilang kalau kita pasti berhasil melalui ini semua." Ari mendengus, "Omong kosong. Gue nggak yakin sama sekali, Rud."

Rudi terdiam, seluruh kata-kata bijak yang terlintas di dalam otaknya tidak bisa menghibur Ari saat ini.

"Lo pasti bisa. Kalau lo nyerah, Ayu juga ikut nyerah. Lo mau hubungan lo sama Ayu berakhir gitu aja?"

Ari yang sejak tadi hanya mengamati gelas kaca di tangannya, kini ia menatap mata Rudi dengan yakin. "Nggak, gue mau terus sama Ayu."

"Nah, lo udah tahu jawabannya. Jadi lo udah tahu harus gimana kan?"

Ari mengembuskan napas kasar. "Gue harus gimana, Rud? Gue nggak ngerti."

"Bertahan, Ri. Cuma itu. Bertahan."

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang