12 : Salah

142 41 14
                                    

Hai, apa kabarnya? Semoga sehat selalu ya..

Makasih banget yang sudah baca cerita ini. Beri dukungan yang banyak untuk Ari dan Ayu dengan mewarnai bintang..

Semoga part ini bisa memuaskan kalian, happy reading ❤️

___________________________________________

"Ari, jas almamaternya aku kembalikan setelah aku cuci ya. Karena kena darah tadi," ucap Ayu setelah selesai mandi.

"Oh iya, Ayu. Nggak papa, simpan aja dulu," balas Ari.

Retno menyuruh Ayu duduk di ruang tamu, kemudian ia mulai mengintrogasi Ayu. "Kenapa kamu kabur, Yu?"

Ayu menggigit bibir bawahnya, dan melirik Ari. "Karena Ayu khawatir sama Ari, Bu. Kemarin ada demo, tapi tidak ada kabar sedikit pun dari Ari," jelas Ayu.

Terdengar desahan panjang dari Retno. "Lain kali izin aja, jangan diulangi."

"Memangnya kalau Ayu izin, Ibu akan izinin Ayu untuk pergi? Enggak kan?" bantah gadis itu.

Ari segera menengahi pertengkaran ibu dan anak itu.

"Ayu, lain kali, jangan pergi dari rumah karena aku. Seandainya tadi aku tidak melihatmu, bagaimana? Apa kamu tega melihat orang tua kamu dan aku kehilangan kamu?"

Ayu menatap mata Ari dengan dalam. "Tapi, Ri-"

Kini tangan Ari bergerak membelai rambut panjang Ayu. "Kamu tenang aja, aku bisa jaga diri. Bantu aku dengan berdoa dari sini. Percaya sama aku kalau aku akan selalu mencari cara untuk pulang dengan selamat. Nurut sama orang tua dan aku ya."

Ayu mengangguk setuju. Sekarang ketiganya akan makan malam.

Setelah setengah jam, Ayu, Ari dan Retno sudah menyelesaikan makan malamnya. Jam dinding masih terus berdetak, sementara sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Bu, ayah gimana ya? Kok belum pulang?" tanya Ayu sambil duduk dari dalam ruang tamu dan melihat ke arah pagar luar.

"Iya, ibu juga khawatir. Kemana ayahmu ya?"

"Tante, mau aku cariin Om Susanto? Ari akan coba jalan ke glodok."

Bukan Retno yang menjawab, tetapi Ayu yang menjawab, "Eh, jangan Ari. Bukan maksud mengusir, tapi apa tidak sebaiknya kamu pulang saja? Orang tua kamu gimana? Nggak cariin?"

Ari tampak berpikir sejenak. Sebenarnya dia sudah biasa pulang terlambat, karena urusan organisasi. Tapi pasti kali ini berbeda, orang tuanya akan cemas karena Ari belum pulang dan melihat berita kerusuhan di luar sana.

"Iya, Ari. Kamu lebih baik pulang," sahut Retno.

"Apa nggak papa kalau Ari pulang sekarang?" Sejujurnya Ari khawatir, meninggalkan Ayu dan ibunya di rumah sendirian. Bagaimana kalau ada orang jahat yang tahu, keberadaan dua orang keturunan Tionghoa tanpa perlindungan di sini, dan bagaimana jika mereka ingin menjarah rumah ini?

"Kamu tenang aja, depan komplek sudah di barikade warga. Pasti orang luar tidak ada yang berani masuk," kata Ayu seakan tahu apa yang ada dipikiran Ari.

"Dan Tante yakin, pasti sebentar lagi Om akan pulang," imbuh Retno.

"Ya udah kalau gitu, Ari pamit pulang ya." Kemudian Ari menyalimi Retno dan membelai lembut kepala Ayu yang terluka, "Cepat sembuh Ayu."

Ayu tersenyum dan mengangguk. Ari pun pergi bersama motor kesayangannya.

•••

"Dari mana kamu, Ari?" tanya Susi.

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang