8 : Demo

206 53 46
                                    

Dalam part ini, aku akan berusaha menunjukkan bagaimana kondisi demo saat 12 Mei 1998. Situasi ini sudah aku riset dari berbagai artikel dan berita, terutama dari Kompas.com

Tapi sekali lagi, ini kisah tentang Ari dan Ayu, sehingga aku tidak akan terlalu membahas politik maupun sejarah di sini.

Selamat membaca, semoga suka ❤️

___________________________________________

Ayu melihat jam yang melingkar di tangannya, sudah pukul 8. Tak biasanya, Ari belum menjemput.

"Ari belum jemput?" tanya Susanto yang menghampiri Ayu di teras rumah.

"Belum, Yah. Kemarin dia bilang, sebaiknya Ayu tidak masuk karena mau ada demo. Sepertinya Ari serius dengan omongannya," jelas Ayu.

"Demo? Kalau begitu, Ayu di rumah aja temani ibu. Kalian berdua di rumah aja, bahaya di luar nanti." Susanto ikut khawatir tentang demo itu.

"Bu, ibu!" teriak Susanto memanggil Retno, istrinya.

Retno yang sedang mencuci piring segera mematikan kran air, lalu berlari ke teras rumah. "Ada apa, Yah?"

"Ibu di rumah aja hari ini sama Ayu. Kata Ayu mau ada demo. Bahaya, Bu." Perkataan Susanto membuat Retno memucat, sungguh wanita itu khawatir dengan keluarganya yang berdarah Tionghoa.

"Nggak, Yah. Ayu harus masuk kuliah," bantah Ayu.

"Ayu!" Susanto melebarkan matanya. Dia ingin melarang Ayu masuk kuliah, tapi dia tahu putrinya itu sangat keras kepala seperti dirinya.

"Ayu nggak takut sama mereka. Ayu bisa jaga diri, Yah!" Ayu berseru untuk menunjukkan keseriusannya. Di balik alasannya dia ingin pergi kuliah, gadis ini juga ingin memastikan Ari baik-baik saja.

Dengan terpaksa, Susanto mencengkeram pergelangan tangan Ayu, dan menarik anak gadisnya itu ke kamarnya.

"Hari ini turuti Ayah! Kamu harus di rumah bersama ibu!" Susanto terus menyeret Ayu menuju kamarnya.

"Lepasin Ayu!" Segala upaya Ayu coba untuk melepaskan diri dari ayahnya. Mulai dari menahan tangannya di pintu rumah, sampai dia sedikit mencakar tangan ayahnya, tapi Susanto tidak bergeming, pria paruh baya itu hanya memikirkan keselamatan putrinya.

Pada akhirnya Susanto yang menang, dia berhasil memasukkan Ayu ke dalam kamar. Tak lupa, dia mengunci kamar Ayu dari luar.

Ayu sudah pasrah atas perbuatan ayahnya itu, dia hanya bisa terduduk dengan kesal di atas kasur. Dengan pikiran yang kalut, dia menyalakan radio, berharap tidak ada berita buruk dari lokasi demo.

•••

Sementara itu, Ari sedang menunggu bersama mahasiswa lain di Universitas Trisakti. Universitas Trisakti dipilih sebagai tempat berkumpul karena lokasi yang strategis dan paling dekat dengan gedung parlemen.

Sekarang, sudah ada ribuan mahasiswa yang akan bergerak ke gedung parlemen. Tak peduli perempuan ataupun laki-laki, semuanya memiliki semangat yang sama.

"Jam berapa mulai?" tanya Tegar.

"Jam 11. Ini masih tunggu mahasiswa kampus lain," jawab Ari dengan antusias.

Warna warni almamater tidak memisahkan mereka, justru mereka bersatu walaupun berbeda universitas. Mereka tidak pandang bulu. Beberapa mahasiswa membawa megafon untuk berorasi, termasuk Ari, teriakannya menyulut semangat para mahasiswa.

"Lihat rakyatmu ini sedang susah!" teriak Ari, disahuti dengan sorakan mahasiswa.

"Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Lihat kami, bapak-bapak berdasi! Presiden yang terhormat, tolong lihat rakyatmu di bawah sini!!" Ari masih berseru dengan megafon yang berada di tangannya.

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang