18 : Ancaman

110 32 0
                                    

Hai, absen dulu yuk..

Apa kabar kalian semua..

Semoga suka sama part ini.

Happy reading, jangan lupa vote dan komen yang banyak

___________________________________________

Setelah seminggu lamanya, Mbak Aisyah benar-benar kewalahan dengan absen Ari yang acak-acakan. Ari tidak melakukan absen di kelasnya, dan justru melakukan absen di kelas lain.

"Dasar Ari, bikin nambah kerjaan aja," keluh Mbak Aisyah. Namun itu tak berlangsung lama, wanita berjilbab itu pasrah hingga akhirnya memindahkan nama Ari di kelas yang dia hadiri.

Ari tersenyum sumringah saat melihat namanya sudah ada di lembar absen hari ini. Padahal itu seharusnya bukan kelasnya.

Semenjak Ari pindah kelas, teman-teman sekelas mereka sudah tidak ada yang menjahati Ayu. Tidak sepenuhnya kembali normal, Ayu tetap dijauhi meskipun mereka tidak menyakitinya. Ayu yang dulu menjadi primadona Fakultas Ekonomi, kini dipandang sebelah mata. Namun, Ari tetap bersyukur akan hal itu, setidaknya Ayu kini tidak terluka.

Sekarang Ayu, Indah, Rudi, dan Ari sedang berada di perustakaan untuk mengerjakan tugas. Ayu membolak-balik lembar dalam buku yang ia pegang.

"Kenapa, Yu?" tanya Indah.

"Kayaknya bukunya kurang lengkap, gue mau cari buku lain aja."

"Gue ikut!" seru Ari yang tidak ingin membiarkan sedetik pun Ayu sendirian.

"Nggak usah, bisa ambil sendiri kok," cegah Ayu sebelum Ari berdiri dari kursinya.

"Yakin?"

Ayu mengangguk.

"Ari! Lo aneh banget deh! Ini juga masih sama-sama perpus, tempatnya rame. Nggak mungkin lah, ada yang apa-apain Ayu. Biarin Ayu napas dikit, risih juga kali, lo ngintilin dia mulu." Indah menginterupsi.

"Eh, aku nggak risih kok." Ayu tersenyum sambil meluruskan pernyataan Indah.

"Iya, gue yang risih," ucap Indah sambil terkekeh.

"Tapi, betul kata Indah. Aman lah, orang raknya juga keliatan dari sini," imbuh Rudi.

Ari berpikir sejenak, rak buku bagian ekonomi memang terlihat dari sini, jadi Ari rasa aman. Laki-laki itu juga tak ingin terlalu mengekang Ayu, jadi ia setuju membiarkan Ayu pergi sendiri.

"Oke, di rak yang kelihatan dari sini aja," ucap Ari.

Ayu pun pergi menuju rak bagian ekonomi. Ari mengawasinya bagai elang, tidak membiarkan sedetik pun Ayu lepas dari pandangannya.

"Hati-hati, mata lo keluar nanti!" sarkas Rudi.

"Diem, berisik lo!" Ari tetap menajamkan pandangannya pada Ayu.

Di sisi lain, Ayu mengambil beberapa buku dan mencari apa yang ia mau. Namun tidak ada satu pun, buku yang Ayu inginkan. Akhirnya gadis itu memutari rak, berharap buku yang ia cari ada di sana.

Ari gelagapan begitu Ayu menghilang tertutup rak.

"Santai aja, cuma cari buku doang," ucap Indah menenangkan.

"Gue ke sana aja!" ucap Ari.

Sebelum Indah dan Rudi dapat mencegah, Ari sudah berjalan menuju rak buku tempat Ayu berada. Ari melihat Ayu dengan selembar kertas, dan berwajah pucat.

"Ayu!"

Ayu yang merasa namanya dipanggil segera menoleh ke sumber suara, dan kertas yang digenggamnya segera dia sembunyikan di balik tubuh mungilnya.

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang