24 : Malam Panjang

129 26 0
                                    

Terima kasih sudah baca ❤️
Kalau misal suka boleh banget votenya..

__________________________________________

Sekitar pukul sepuluh malam, acara komedi digantikan dengan live music. Tidak dikenal siapa yang bernyanyi.

"Ayu, mau pergi?" tanya Ari.

"Pulang?"

Ari menggeleng. "Nggak, kamu malam ini nggak pulang. Ayah kamu sudah beri izin tadi."

Ayu mengerutkan kening. Ayahnya memberi izin? Ayu sampai takjub, bagaimana Ari menaklukkan pria kaku itu sampai bisa memberi izin.

"Ke mana kita habis ini?" tanya Ayu.

"Nggak tahu, jalan aja." Ari juga sebenarnya tidak tahu ke mana tujuanya. Tidakan impulsifnya itu, hanya ingin membawa Ayu tetap berada di sisinya semalaman ini.

"Kamu nggak capek?" Ayu khawatir karena Ari belum berisitrahat sejak tadi pergi ke PRJ.

"Nggak kok." Ari bicara jujur.

Memang terdengar klise, tapi lelah dan capek yang dirasa Ari hilang ketika bersama Ayu.

"Ayo." Tanpa diminta, Ari menggenggam tangan Ayu, dan membawa kembali gadis itu ke dalam mobil. Dibawanya mobil itu semakin menjauhi kafe.

Mereka berkendara tidak menentu arah. Hanya menikmati obrolan-obrolan tidak penting dari mereka. Ari tidak menyinggung sedikit pun tentang perjanjian dengan orang tuanya.

"Ari! Itu rame banget! Itu yang namanya Parkit ya?" tanya Ayu. Di depannya banyak mobil berjejer rapi dan sangat ramai orang.

Parkit atau Parkir Timur di kawasan Senayan, memang terlihat ramai sekali. Berbagai macam mobil modifikasi berjejer untuk dipamerkan keunggulannya.

"Aku ingin coba ke sana deh," ucap Ayu.

"Yakin? Emang kamu tertarik sama mobil?" tanya Ari.

"Nggak sih, tapi penasaran aja. Ayo ke sana."

Ari menuruti keinginan Ayu. Laki-laki itu memarkir rapi mobil itu di antara mobil modifikasi lainnya. Tentu saja mobil yang dikendarai Ari mengundang perhatian. Masalahnya mobil itu terlalu, standar.

Ari dan Ayu masih berada di dalam mobil. Ari melihat orang-orang di sekitarnya, ada yang membawa seplastik besar berisi cairan, yang sepertinya berisi, alkohol. Memang Ari sudah tahu, di sana mereka bisa membeli alkohol murah dari kedai maduma. Yang konon katanya singkatan dari masuk, duduk, mabuk. Kedai itu cocok bagi mereka yang tidak mampu membeli minuman mahal di kelab-kelab malam.

"Yu, jangan lihat aneh-aneh ya. Tetep di dekat aku. Jangan tanggepin kalau diajak ngomong orang nggak dikenal." Ari masuk ke mode siaga.

"Iya, Ri. Aku juga udah besar, ngerti kok."

Ari pun turun dari mobil, Ayu mengekori di belakangnya. Tidak sedetik pun, Ari melepas genggamannya dari tangan Ayu.

Ayu mengitari mobil-mobil modifikasi di depannya. Sesungguhnya, ia tidak tahu menahu tentang mobil. Tapi gadis itu hanya penasaran, tempat seperti apa yang selalu ramai dengan anak muda di malam minggu itu.

Setelah hampir setengah jam mereka berkeliling, Ayu tampak sudah tidak lagi penasaran.

"Sudah puas lihat-lihatnya?" tanya Ari.

Ayu mengangguk. "Dasarnya aku nggak ngerti mobil, jadi nggak tahu deh ini serunya apa."

Ari tertawa mendengar celetukkan Ayu. "Bukan itu aja yang seru bagi mereka, Yu. Tuh lihat, pada mabuk-mabukan."

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang