Hai, ketemu lagi di bab 2..
Terima kasih sudah membaca cerita ini. Ingat ya, ini setting tahun 1998, dimana kecanggihan komunikasi masih sangat terbatas.
Siapa disini yang lahir tahun 1998?
___________________________________________
Ayu berada di sisi perpustakaan sebelah barat. Sengaja ia duduk di sana, agar Ari dapat langsung melihatnya karena pintu perpustakaan sebelah timur tepat berada di seberangnya.
Indah sudah pulang lebih dulu, katanya kalau semalam saja dia meninggalkan kamar kos, sudah ada penunggunya, alias si Eka yang sudah nungguin catatan Faisal sejak kemarin. Bodohnya Indah dan Ayu, malah terlupa, dan Indah menginap di rumah Ayu. Makanya, dia bergegas pulang ke kosan, setelah menginap di rumah Ayu tadi malam.
Tak butuh waktu lama untuk Ayu, kini ia sudah seutuhnya fokus pada buku tebal yang ada di depannya. Tangan kanan gadis itu sibuk menulis dan menyalin kata demi kata dari buku tebal ke dalam buku catatannya.
Tidak terasa, sudah hampir dua jam, Ayu berada di perpustakaan. Tangannya mulai pegal menulis lembar demi lembar di bukunya.
"Kak, ini ada surat." Seorang gadis berkuncir dua, datang menghampiri Ayu.
Ayu mengernyit tak mengerti, ia bahkan tidak mengenal gadis itu. Namun, gadis itu meletakkan secarik kertas yang terlipat rapi di atas mejanya.
"Oh, aku Tari, Ekonomi semester 2. ini surat titipan dari Kak Ari. Kebetulan tadi aku lewat ruang BEM, dan Kak Ari meminta untuk memberikan surat ini ke Kak Ayu yang ada di perpustakaan," jelas Tari, seakan pertanyaan siapa dia terpampang jelas di wajah Ayu.
"Oh, gitu. Terima kasih ya, Dek." Ayu tersenyum ramah kepada juniornya itu. Kemudian Tari berpamitan pergi.
Ayu membuka lipatan kertas itu, terlihat tulisan yang rapi di sana. Seperti bukan tulisan seorang pria aktivis yang sedang terburu-buru.
Ayu, maafkan aku. Sepertinya semesta sulit sekali menyatukan kita. Rapatnya berjalan kurang lancar, mungkin aku akan datang terlambat.
Aku tidak akan menyalahkanmu, jika kamu pulang lebih dulu. Aku tidak ingin membebanimu, dengan menungguku sendirian lebih lama di perpustakaan.
Aku akan tetap menuju perpustakaan setelah rapat. Keputusan ada di kamu, Ayu. Apakah kamu akan memilih menungguku, atau pulang lebih dulu. Apapun pilihanmu, aku tidak akan kecewa, aku hargai semua pilihanmu.
-Ari-
Ayu menggigit sedikit ibu jarinya. Kemudian, pandangannya teralihkan ke buku-buku catatan di depannya. Sesungguhnya, Ayu sudah selesai mengerjakan tugas sejak setengah jam yang lalu. Kini dia hanya menyalin bab-bab penting ke dalam catatannya. Ayu bimbang, pilihan mana yang akan dia ambil.
•••
Ari mengetukkan bolpoinnya di atas meja dengan tempo cepat, kakinya bergoyang-goyang di bawah meja panjang itu. Kegelisahannya dapat terlihat jelas. Rudi menyenggol tangannya.
"Lo mau duluan?" tanya Rudi setengah berbisik.
"Tapi Rud, gue koordinator humas. Nggak mungkin gue pergi gitu aja, ini tanggung jawab gue."
"Tapi Ayu juga tanggung jawab lo, dia udah nunggu lo lama di perpus tanpa kepastian," bantah Rudi.
Dengan cepat Ari merobek selembar kertas dari buku catatannya, ditulisnya surat untuk Ayu.
Ari mengangkat tangannya. "Izin keluar sebentar," izin Ari kepada Tegar, ketua pelaksana acara Bazar Amal.
"Iya, buruan! Habis ini gue mau bahas tentang jumlah pendaftar bazar, itu tugas lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )
Ficción históricaTahun 1998. Indonesia yang kelam. Indonesia yang kacau. Ini bukan kisah sejarah maupun tentang politik. Ini kisah tentang dua insan manusia yang saling mencintai di tengah kekacauan negeri. Ayu Puspita, gadis cantik yang berasal dari keluarga turuna...