32 : Menghibur

82 26 0
                                    

Selamat pagii...

Tumben bgt ya aku update jam segini wkwkwk..

Makasih sulistyowati__ udah ramein chapter kemarin ❤️

Oh ya, sebentar lagi mau tamat, rencana aku di part 40, ramein guys..

___________________________________________

Pagi itu Ari ingin mengunjungi Ayu. Kemarin Ari tidak menghubungi Ayu sama sekali, karena ingin memberi waktu untuk keluarga Ayu memikirkan keadaan mereka.

Begitu selesai merapikan rambut, dan memakai jam tangan, Ari keluar kamar untuk berpamitan.

"Ayah, Ibu. Ari pergi dulu ya. Mau ke rumah Ayu."

"Ayu masih di sana? Bukannya katanya rumah mereka kebakaran?" tanya Susi.

"Iya, tapi kemarin mereka menginap di rumah tetangganya. Mungkin masih di sana. Ari nggak punya nomer telepon tetangga Ayu, jadi mau langsung Ari samperin."

"Ya sudah, hati-hati. Salam untuk mereka," ucap Heri.

Ari mengangguk dan menyalimi kedua orang tuanya.

Pagi itu, matahari bersinar cerah, namun tidak terlalu terik. Hal itu membuat Ari nyaman mengendarai motornya. Tanpa kemacetan lalu lintas yang berarti, ia berhasil mencapai rumah Pak Rahmat dalam waktu kurang dari setengah jam.

Begitu sampai, Ari segera turun dari motornya. Ia mengetuk pagar rumah Pak Rahmat menggunakan gembok yang menggantung. Tak lama kemudian, ketukannya disambut oleh Bu Rahmat.

"Oh, temennya Ayu waktu itu ya?" tanya Bu Rahmat.

Ari mengangguk. "Ayu masih di sini, Bu?"

Bu Rahmat menggelengkan kepala sebagai respon, "Sudah pergi kemarin. Mungkin lagi di toko Glodok."

"Nama tokonya apa ya, Bu?"

"Bahagia Elektronik."

"Baik, makasih Bu."

Ari membawa Amay pergi lagi menuju toko ayah Ayu di Glodok. Komplek pertokoan itu tidak terlalu ramai. Ari sempat kesulitan mencari toko ayah Ayu. Setelah sampai di sana, Ari bertemu dengan Susanto. Pria itu sedang melayani beberapa pembeli bersama seseorang berkulit sawo matang, Agus, karyawannya.

Susanto melihat Ari datang. Ari menunggu terlebih dahulu, sampai Susanto menyerahkan calon pembelinya kepada karyawannya.

"Pagi, Om. Ayu ada?" tanya Ari, begitu Susanto menghampiri Ari.

"Loh. Ayu ke kampus. Ayu belum bilang?"

"Ke kampus? Ngapain, Om? Kan libur."

"Ayu belum cerita ya?"

Ari menggeleng tanda tidak tahu apa-apa. Kemudian Susanto mengajak Ari ke tempat yang agak sepi. Pria itu menceritakan tentang keputusan keluarganya untuk pindah ke Sidoarjo. Tentu saja Ari terkejut. Laki-laki itu merasa jantungnya merosot, jatuh jauh dari tempatnya.

Ari merasa ia tidak punya waktu banyak, ia harus mencari Ayu. "Om, Ari pamit pergi dulu ke kampus."

Susanto mengangguk, "Ari. Maafin Om karena memisahkan kalian. Dan lagi, tolong lihat Ayu, hibur dia. Om tahu dia sedih, tapi dia berusaha terlihat tegar di depan kami."

Ari mengangguk, lalu menyalimi Susanto sebelum pergi.

Laki-laki itu menunggangi si Amay dengan kecepatan lumayan tinggi. Pikirannya sekarang adalah harus bertemu Ayu, secepat mungkin.

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang