25 : Berpisah

129 27 0
                                    

Hai, apa kabarnya?
Semoga kalian sehat selalu yaa..

Maaf telat update, tadi lagi ngerapiin feed ig, wkwkwk.. follow juga ig-ku, starobediente. Mari berteman..

Selamat membaca ❤️

___________________________________________

Ari memutuskan memarkir mobil yang dikendarainya, di pinggir pantai ancol. Mereka berjanji akan melihat matahari terbit bersama. Ayu sudah terlelap saat perjalanan. Laki-laki itu melepas jaketnya dan menutupi tubuh Ayu dari dinginnya malam. Tubuhnya sendiri hanya memakai kaus lengan pendek berwarna hitam.

Ari keluar dari mobil dan duduk di atas kap mobil yang masih hangat. Sebatang rokok sudah dinyalakan, entah sudah berapa batang yang ia hisap malam ini. Dirinya kacau, dan kewarasannya hanya bisa diselamatkan oleh lintingan tembakau itu.

Ayu tidur dengan nyenyak, meskipun posisinya tidak nyaman. Ari memperhatikan Ayu dari luar mobil. Perasaannya kembali kacau. Ditendangnya tiang ampu penerangan jalan yang tidak jauh dari mobilnya.

"Sial! Brengsek! Gue benci dunia ini!" Ari menendangi tiang yang tidak bersalah itu, kemudian menghisap rokok yang teraselip di antara kedua jari tangan kanannya.

Setelah puas menendangi tiang itu. Ari meremas rambutnya dan berjongkok di sana. Ari juga manusia, meskipun fisiknya setegar karang, hatinya tetap terkikis perlahan, perasaannya juga bisa hancur. Ayu adalah separuh jiwa Ari. Jika ia putus dengan Ayu, bagaimana bisa ia hidup dengan separuh jiwa saja?

Setelah habis satu batang rokok, Ari memutuskan masuk kembali ke dalam mobil. Ia ingin menggenggam tangan Ayu yang hangat, tapi karena Ari dari luar mobil, Ari takut mengganggu Ayu tidur karena telapak tangannya yang dingin. Akhirnya, laki-laki itu memutuskan untuk tidur tanpa mengganggu Ayu.

•••

Ayu terbangun di dalam mobil. Gadis itu terkejut mendapati dirinya memakai jaket Ari, sedangkan pria di sampingnya itu justru tidur dengan kaus tipis tanpa penghangat. Dengan hati-hati, Ayu meletakkan kembali jaket denim itu ke pemiliknya.

Tidak lupa Ayu mengusap sudut-sudut bibirnya dengan punggung tangan. Jangan sampai ada jejak-jejak iler, Ayu bisa sangat malu jika dilihat Ari.

Ayu keluar mobil untuk menghirup udara pagi sejenak. Ayu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, pukul setengah lima pagi. Sebentar lagi, matahari terbit.

Gadis itu menengok Ari yang tidur di dalam mobil, ia tidak tega membangunkan Ari. Tapi mereka berjanji untuk melihat matahari terbit bersama. Ayu memutuskan akan membangunkan Ari sepuluh menit lagi.

Gadis bermata sipit itu menerawang pantai Ancol yang belum begitu terlihat jelas, hanya suara bisikan ombak dan angin pantai yang dapat Ayu rasakan.

"Udah lama banget nggak ke pantai. Sekarang ke pantai sama Ari." Ayu mengukir senyumnya.

Ia juga memainkan cincin imitasi berwarna emas yang tersemat di jari manisnya.

"Ari lucu banget deh. Aku nggak akan lepas cincin ini, Ri." Ayu melebarkan jemarinya ke udara. Ia begitu bahagia mengamati cincin pemberian Ari.

Sementara itu, Ari terbangun dan meregangkan otot-ototnya yang kaku. Tentu saja tidak nyaman tidur di dalam kendaraan roda empat itu.

Ari mengamati Ayu yang sudah ada di luar mobil, sedang mengamati cincin pemberiannya. Hatinya kembali sakit. Baru beberapa jam yang lalu ia berharap cintanya akan abadi bersama Ayu, tapi kenyataan pahit mendatanginya lagi. Sekarang, Ari memakai jaketnya dan ikut keluar mobil untuk menemui Ayu.

Ayu yang mendengar suara pintu mobil terbuka segera menoleh dan mendapati Ari yang sudah terbangun.

"Ari? Padahal mau aku bangunin sepuluh menit lagi."

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang