14 : Pita Putih

129 33 1
                                    

Hai, apa kabarnya??

Kalian yang udah kangen scene demo, siap2 yaaa.. hehee..

Yuk vote, dan beri komentar yang banyak yaa

___________________________________________

Setelah hampir sepekan, kuliah diliburkan karena demi keamanan dosen dan mahasiswa akibat kerusuhan dari tanggal 12-15 Mei. Kini tampaknya kondisi mulai kondusif. Namun ternyata dibalik itu semua, mahasiswa saling menyebar informasi, mereka akan bergerak menuju gedung parlemen tanggal 18. Berusaha menguasai dan menduduki gedung berkubah hijau itu dan menuntut mundurnya Presiden Soeharto

Matahari bersinar cerah pagi hari di tanggal 17 Mei, awan pun tak berani menutupi sinarnya. Ari pergi mengunjungi rumah Ayu.

"Selamat pagi, Tante." Ari menyapa Retno, ibu Ayu, yang sedang berkebun.

"Eh, ada pacar Ayu. Masuk, Ri. Ayu ada di dalam. Tante tangannya kotor, nggak perlu salim." Retno menunjukkan kedua tangannya yang penuh dengan tanah karena sibuk mengurus tanaman.

"Oh, gak papa Tante? Ari langsung masuk nih?" tanya Ari.

"Iya, anggap rumah sendiri. Ayah Ayu sedang di halaman belakang, mengurus kebun di belakang."

"Oke, Tante. Ari permisi masuk ya," ucap Ari. Kemudian Ari masuk ke dalam rumah itu, segera menuju ke halaman belakang. Rupanya Susanto juga sedang sama sibuknya, di halaman belakang mereka ada pohon mangga, dan pohon pisang.

"Pagi, Om." Ari menyapa Susanto.

Rupanya suara Ari di halaman belakang, terdengar oleh Ayu yang sedang membersihkan dapur. Ternyata kegiatan keluarga mereka di hari Minggu adalah bersih-bersih rumah dan bercocok tanam.

"Eh, Ari. Kapan datang?" tanya Susanto, kemudian ia mencuci tangannya di kran halaman belakang.

"Baru saja, Om." Ari menyalimi Susanto.

"Ari? Kamu nggak bilang mau ke sini?" Ayu dengan langkah terburu-buru dari dapur menuju halaman belakang.

Senyuman lebar terbit dari wajah Ari, melihat kekasihnya yang sudah tidak bertemu hampir satu minggu.

"Iya, Yu. Kejutan gitu ceritanya," ucap Ari dengan kikuk. Mau bilang kangen, tapi ada ayah Ayu.

"Aku bantuin ayah kamu dulu ya, Ayu," sambungnya. Lalu netranya menghadap Susanto, "Ari bisa bantu apa nih, Om?"

Susanto tampak berpikir, "Oh, ambil aja pupuk di sebelah situ, di dalamnya sendok. Pupukin di sekitar pohon. Saya mau pindahin anakan pohon pisang ini, biar tidak berkumpul dan berebut makanan."

Ari segera menuruti perintah Susanto. Sementara Ayu kembali ke dapur, melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya. Ia juga membuat sirup di teko besar, untuk mereka, kemudian menyimpan di kulkas. Kulkas Ayu tidak memiliki freezer, dan semenjak kerusuhan, tukang es batu belum lewat sama sekali, warung pun belum buka, jadi gadis itu menaruh seteko sirup di kulkas dulu agar lebih nikmat.

Ketika matahari hampir bertengger di tempat tertinggi, kegiatan mereka sudah selesai semua. Mereka berkumpul di ruang tamu, menikmati sirup dingin buatan Ayu.

"Ari, bagaimana kabar Ayah Ibu?" tanya Retno meskipun belum mengenal ayah dan ibu Ari.

"Baik, Tante."

Ari tidak menceritakan perkelahian dengan ayah dan ibunya tentang hubungannya dengan Ayu. Ayu pun sama, tidak bercerita pada Ari, kalau ibu Ari menyuruh mereka untuk putus.

"Yah, kayaknya kita nonton tv aja di belakang. Biarin anak muda ini ngobrol." Retno mengajak Susanto untuk pergi. Namun Susanto tampak berat meninggalkan Ayu berduaan dengan Ari.

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang