Hai, apa kabarnya?
Aku mau nanya nih, kalian lebih suka cerita ini happy ending atau sad ending?
___________________________________________
Ayu dilanda kepanikan. Ia tidak dapat menemukan di mana ayah dan ibunya. Detak jantung dan napasnya tidak beraturan, adrenalin menguasai tubuhnya.
Skenario-skenario terburuk berjalan cepat di pikiran Ayu. Bagaimana jika ayah ibunya berada di dalam rumah? Bagaimana jika mereka tidak berhasil meloloskan diri?
"Ayah! Ibu!" teriak Ayu. Ia tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan kasihan.
Ari ikut mencari keberadaan suami istri itu, Susanto dan Retno. Mereka berdua melihat ke sekeliling, menghampiri satu per satu kerumunan orang yang menonton. Ayu seperti akan meledak. Wajahnya sudah banjir keringat dan air mata.
"Ayu!"
Ayu dan Ari menoleh ke sumber suara. Wanita yang memanggil Ayu, berdiri tak jauh darinya, ia memakai jaket rajut berwarna abu-abu dengan rok panjang hitam di atas mata kaki. Kedua tangannya terlipat di depan dada, mengeratkan jaket rajutnya. Itu Bu Rahmat, tetangga Ayu. Bu Rahmat berlari kecil ke arah Ayu.
"Ayah dan Ibu kamu ada di rumah saya. Tadi dibawa suami buat tenangin diri. Ayo ke sana dulu," ajaknya.
Ayu mengembuskan napas lega. Ketakutan yang berkecamuk di kepalanya perlahan memudar. Skenario terburuk yang sempat ada di pikirannya juga menghilang.
"Ari, ayo ke rumah Bu Rahmat."
Dengan langkah cepat, Ari dan Ayu mengekori Bu Rahmat berjalan ke arah rumah miliknya. Api yang menjalar di rumah Ayu mulai bisa dijinakkan oleh pemadam kebakaran. Sehingga, rumah Bu Rahmat yang ada di sebelah rumah Ayu menjadi lebih aman.
Detik bersamaan Ayu menapakkan kaki di halaman rumah Bu Rahmat, ia melihat Susanto dan Retno sedang duduk di teras, tubuh mereka diselimuti dengan selimut tipis berwarna merah.
"Ayah! Ibu!" Ayu berlari memeluk ayah dan ibunya satu per satu.
"Kenapa bisa kebakaran, Bu?" tanya Ayu.
Retno membelai lembut belakang kepala Ayu. Wanita itu masih terlihat sesenggukan dan tidak sanggup berkata-kata.
"Konsleting listrik sepertinya, Yu." Susanto yang menjawab.
Ayu menghela napas panjang. Ia tidak percaya, cobaan ini bisa datang padanya.
"Terus kita akan tinggal di mana, Yah?" tanya Ayu, kemudian menggigit bibir bawahnya, tanda kekhawatiran.
Susanto diam sejenak, "Ayah sudah memikirkan ini matang-matang. Mungkin kita akan tinggal di toko ayah di Glodok. Barang di sana belum banyak, karena setelah penjarahan juga kita belum bisa mengisi dagangan lagi. Kalau di toko Ibu, tidak akan cukup untuk kita bertiga tidur."
Retno teduduk lemas dan menangis, "Astaga! Cobaan apa lagi ini? Ya Tuhan. Barang kita, surat berharga, baju-baju."
Susanto turut duduk di sebelah istrinya. Ia memeluk Retno dan berusaha menenangkannya. Begitu pula Ari, ia merangkul Ayu dan mengusap bahu gadis itu, untuk memberikan sedikit kekuatan.
Tak lama kemudian, seorang petugas pemadam kebakaran mendatangi mereka. Dan menginfokan bahwa api berhasil dipadamkan. Susanto berterima kasih padanya, karena berhasil memadamkan api dan tidak menjalar lebih jauh.
"Kalian tidur di sini aja dulu, malam ini. Nggak mungkin kan ke Glodok jam segini," tawar Pak Rahmat.
Mereka berterima kasih. Beruntung mereka memiliki tetangga yang baik hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )
Historical FictionTahun 1998. Indonesia yang kelam. Indonesia yang kacau. Ini bukan kisah sejarah maupun tentang politik. Ini kisah tentang dua insan manusia yang saling mencintai di tengah kekacauan negeri. Ayu Puspita, gadis cantik yang berasal dari keluarga turuna...