15 : Menguasai

97 38 2
                                    

Hai, part ini penuh dengan sejarah. Berdasarkan sumber wikipedia dan kompas.com. Jika ternyata ada kesalahan, tolong beritahu saya. Saya akan menerima dengan terbuka.

Jangan lupa vote dan komentar yaa..
Sudah susah2 saya meriset 🙏 terima kasih

_________________________________________

Atas keberanian Ari, Rudi juga ikut angkat tangan. Diikuti beberapa mahasiswa lain.

"Maafin Rudi, Bu, tapi Rudi nggak bisa tinggalin Ari di sana sendirian," gumam Rudi.

"Gue nggak paksa lo ikut," ucap Ari.

"Dengan lo ikut, sama dengan paksa gue ikut," sahut Rudi.

"Turunin tangan lo, kalau nggak berani."

"Nggak, gue setia kawan."

Ari berdecak, "Jangan repotin gue kalau di sana."

"Gue akan repotin, lo di mana pun lo berada."

Ari menggelengkan kepala, sebenarnya dia juga bersyukur, sahabatnya itu ikut dengannya, Rudi selalu setia kawan, dan dapat diandalkan.

Setelah Adnan mencatat 20 orang di garis depan, rapat membahas strategi dimulai. Selang satu jam, akhirnya mereka bisa pulang.

"Gue nginep rumah lo."

Rudi mengangguk, paham jika sahabatnya itu tidak akan pulang. "Bayar."

"Pelit lo, perhitungan."

"Biasalah, romantis, rokok makan gratis."

"Iya, berangkat! Warteg!" Ari menyampirkan ranselnya ke pundak.

Kemudian keduanya, dengan motor masing-masing, mencari warteg yang masih buka, dan makan malam bersama. Tak lupa sebatang rokok gratis juga diberikan untuk Rudi.

•••

Tepat pukul 9 pagi di tanggal 19 Mei, Ari sudah berada di gedung parlemen. Bersama seribu mahasiswa lain, ya, seribu, karena ada 50 lebih kampus yang bergabung untuk demo hari ini. Meskipun 20 puluh tampak sedikit bagi satu universitas, namun jika ada 50 kampus yang bersuara sama, jadilah seribu mahasiswa berdiri di sini.

Seribu mahasiswa yang bergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta, dengan semangat membara, bermental baja, berani, dan siap mati, demi Indonesia. Menyuarakan suara rakyat, yang seharusnya menjadi tugas Dewan Perwakilan Rakyat.

Aparat militer tidak berseragam namun bersenjata, siaga di setiap sudut ibu kota. Water canon, kendaraan lapis baja, juga tidak absen dalam persiapan menghadapi demo mahasiswa hari itu. Tak kalah juga, sniper yang berjaga di puncak gedung tinggi.

Melihat persiapan militer yang seperti itu, tak membuat semangat mahasiswa luntur. Mahasiswa hanya ingin meminta presiden yang sudah menjabat 30 tahun lebih itu, untuk mundur.

Tadi malam, para ketua senat bermalam di halaman gedung parlemen. 50 orang lebih yang menjabat sebagai ketua senat menolak pulang, sampai Soeharto mundur. Meskipun sudah ada pernyataan ketua DPR/MPR RI, yang meminta Soeharto untuk mundur.

Dipimpin oleh Henri dari IKIP Jakarta, sebagai koordinator aksi, dan juga Heru dari UI, sebagai koordinator lapangan, demo berlangsung tertib, hingga kelompok massa tambahan sebanyak 50 orang dari masing-masing kampus datang. Berikutnya juga masih sama, pukul 12 siang, ribuan mahasiswa sudah berkumpul di luar gedung parlemen.

"Kayaknya hari ini bakal aman," ucap Ari.

"Iya, Ri. Semoga yaa," sahut Rudi.

Harapan mereka ternyata sia-sia, menjelang malam, rombongan massa, disuruh beralih ke monas, karena akan ada demonstrasi akbar keesokan hari yang dipimpin Amien Rais.

KITA DI ANTARA REFORMASI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang