❝ 44: persiapan ❞

117 31 1
                                    

"Maaf, aku kasih tahunya mendadak. Karena tiba-tiba kondisi papaku drop, dan aku udah harus ngehar materi yang seharusnya aku pahami nanti dalam dunia bisnis."

Umji masih terdiam. Pandangannya kosong. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Umji... are you angry?"

Tak ada suara maupun gerakan. Umji membeku di tempat. Tetapi, tepat saat Vernon ingin mendekati Umji, ia langsung berlari. Ia berlari sekencang mungkin sampai dengung di telinganya ini sekiranya berhenti.

Vernon terkejut, ia akhirnya mengejar gadis itu. Larinya sungguh kuat, Vernon sendiri sampai terengah-engah. Sedikit lagi Vernon bisa mengenggam tangan gadisnya—

Namun, sang gadis justru berjongkok memeluk lutut. Ia terus menenggelamkan wajahnya.

"Sayang. Sayang kamu nangis?!"

'Sayang' rasanya kata itu hanya keluar beberapa kali dari mulut Vernon saat mereka berpacaran.

"Babe, don't cry...," pinta Vernon, bersimpuh dihadapan Umji.

Sekelebat mata, Vernon pun mengelus lembut pucuk kepala Umji.

Umji mulai mengangkat kepalanya, walau terasa berat menatap mata Vernon sekarang. "Melihatmu pergi begitu cepat juga membuat hatiku sakit, Vernon," ungkapnya.

"Aku nggak marah, aku cuma sedih. Waktu kita untuk terus bersama semakin sedikit." Umji kembali menitihkan air mata. Rasanya begitu sakit, namun Umji bisa apa?

"Don't cry, princess... Kita ambil sisi positifnya aja, ya? Misalnya, kita berdua jadi lebih menghargai waktu yang tersisa."

"Vernon, kamu ngomong gitu udah kayak mau pergi selamanya aja dari kehidupanku."

"Iya juga, ya. Kamu duluan sih yang mancing."

"Ih, tapi maksudnya bukan gitu juga. Aku kan pasti bakal kangen..."

"Kamu kira aku nggak?"

Vernon menghapus bekas air mata yang menempel di pipi Umji. Tuhan, ia begitu sayang pada gadis ini. Tolong buat gadis ini menjadi gadis paling bahagia sealam semesta. Apakah itu terlalu egois?

"Let's get up." Vernon mengusap lembut punggung tangan Umji yang basah akan tangisnya.

Umji menurut, ia pun berdiri dan memperbaiki rambutnya yang agak sedikit berantakan.

Mereka bahkan masih tetap menikmati suasana senja, hanya berdua. Deburan ombak senantiasa menemani dua sejoli itu.

Jalan-jalan di pantai hari ini memang terasa sangat berkesan. Sedih, senang, takut, dan bahagia tercampur menjadi satu. Tak terbayang dalam benak Umji malam ini akan jadi seperti apa.

 Tak terbayang dalam benak Umji malam ini akan jadi seperti apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪️▫️◽️◾️◽️▫️▪️

Malam ini adalah malam terakhir sekaligus malam penutupan acara darmawisata sekolahnya. Seluruh siswa bahkan guru-guru turut menghadiri acara yang bertajuk prom night ini. Masing-masing dari peserta prom night akan mengenakan gaun maupun tuksedo sebagaimana acara formal berjalan.

Hanya dengan memikirkannya saja bisa membuat Umji jadi gila. Kira-kira akan setampan apa Vernon nanti, Umji bahkan tak mampu membayangkannya.

Saat ini Umji sedang bersiap-siap di dalam kamar hotel bersama Sinbi dan Dahyun. Sembari memakai blush on di pipi, Umji bersuara, "Gue gugup banget."

"Kenapa?" tanya Sinbi sembari tangannya sibuk mencatok rambut.

"Gue nggak percaya diri sama penampilan gue. Terutama di bagian pipi. Gue tembem banget gak, sih?"

Mendengar keluhan itu keluar dari mulut manis Umji. Sinbi seketika kegiatan catok-mencatoknya.

"You must love yourself more, Umji. Vernon aja cinta sama lo apa adanya. Lo harus lebih percaya diri lagi sama apa yang lo punya," semprot Sinbi.

Dahyun yang sedang fokus dengan maskaranya pun turut memberi tanggapan, "Setuju. Menurut gue lo harus bisa menerima diri lo apa adanya. Karena meski lo jadi diri lo sendiri itu gak menutup kemungkinan masih ada yang benci sama lo, makanya lo harus bisa mencintai diri lo sendiri dulu."

Umji menatap sendu ke arah dua temannya. Ia tak percaya bisa mendengar wejangan baik itu dari mereka. Ia sungguh bangga dan bersyukur telah diberi kesempatan untuk bisa mengenal mereka berdua, juga tiga temannya yang lain.

"Sayang banget sama kaliaaan!" seru Umji lantas memeluk mereka berdua dari belakang.

"Umji please gue lagi pake maskara," kata Dahyun, masih saja fokus menyipitkan mata.

"Ups, maaf."

"Ish! Buruan napa, Yun. Gue juga mau make up an," seloroh Sinbi.

"Ya make-up an aja, lah??? Tuh ada foundation sama highlighter di kotak make up gue."

"Maksudnya gue mau di make-up in lo. Gue gak bisa make up," kata Sinbi yang membuat Dahyun menoleh. "Hehe."

Sembari menunggu Dahyun selesai merias wajah Sinbi. Umji pun pergi ke kamar mandi untuk memakai gaun miliknya. Ia memilih gaun yang simple dan tak berlebihan, karena simple selalu menjadi jalan terbaik.

Sesaat setelah ia keluar dari kamar mandi ada berbagai macam suara teriakan dan tepuk tangan heboh menyelimuti kamar hotelnya.

"WOAAAAH!!!"

"WIH GILA!!! SUMPAH LO JI."

"SERIUSAN LO CANTIK BANGET."

"Keren!!"

"MANTAP! VERNON BAKAL KLEPEK-KLEPEK SIH KATA GUE."

Ya, ketiga temannya yang lain itu tiba-tiba saja sudah ada di dalam kamarnya. Malu banget, Umji sampai gak bisa berkata apa-apa.

 Malu banget, Umji sampai gak bisa berkata apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Beginning of Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang