Selama hampir menyentuh angka 6 bulan, hubungan mereka terpantau baik-baik saja sejauh ini, atau bahkan sangat baik. Vernon merasa bahagia di masa-masa SMA kelas 2-nya ini.
"Kamu kok bisa, sih. Akrab sama Tobi sama Chandra cuma dalam waktu 2 hari."
Bisa menjalin hubungan dengan Umji membuatnya semakin banyak punya kenalan dan hari-harinya ikut semakin berwarna.
"Iya dong, gini-gini aku itu social butterfly, tahu."
"Heleh."
Akhir semester dua sudah menanti, sebentar lagi mereka akan memasuki akhir masa SMA. Sang gadis merasa semua ini terlalu singkat untuknya yang baru saja merasakan apa itu rasa sayang, bahagia, dan cinta secara bersamaan.
"Umji, aku ke belakang bentar, ya."
Umji mengangguk di saat Vernon telah beranjak dari kursinya.
Hari ini, mereka menghabiskan waktu luang dengan bersantai di kedai pinggir kota. Memesan waffle diselimuti sirup maple dipadu hiasan buah stroberi juga secangkir caramel macchiato hangat.
Suasana satu menit pertama tanpa Vernon masih terasa normal. Hingga beberapa saat kemudian, ia mulai menyadari kalau ada seorang lelaki menatapnya dari kejauhan.
Ia tidak begitu yakin sih kalau yang sedang dipandang itu dia. Tapi, saat ini mata lelaki itu dengan jelas menatapnya intens.
Dengan rasa bingung dan panik yang menggerayangi isi pikiran, Umji mencoba untuk tidak menghiraukannya dan menggulir aplikasi Twitter di smartphone nya.
"Hai, Kak."
Umji menoleh ke kanan-kiri-belakang-nya.
"Ngomong sama saya?"
"Iya dong, Kak. Sama siapa lagi memang."
Umji tertawa canggung. "Eum, siapa, ya?"
Sukma terkekeh. "Oh iya, maaf lupa perkenalin diri, Kak. Saya Sukma adiknya Samudera Biru. Kakak tahu, kan?"
Melotot. Umji mengekspresikan keterkejutannya.
"Biru sering cerita tentang kakak tiap hari, sering kasih lihat foto kakak juga," tambah Sukma seraya melebarkan senyumnya.
"Maaf." Kepala Umji refleks menunduk.
Sukma yang kebingungan dengan permohonan maaf Umji yang tiba-tiba langsung menggeleng. "Kenapa minta maaf, Kak?"
"Gara-gara aku, Biru—"
"Kak," Sukma menyela. "Sebelum kakak menyalahkan diri sendiri. Saya mau kasih tahu kalau sebenarnya Biru sendiri sudah siap menerima risiko yang akan ia hadapi jika lebih jauh mengenal kak Umji."
Kericuhan yang ada di sekitarnya mendadak senyap. Angin sepoi-sepoi terasa menusuk masuk tanpa permisi membelai anak rambutnya.
"Sebelum pergi jauh, Biru pernah berpesan, katanya apapun yang akan terjadi ini semua sudah takdirnya. Dan, Biru gak pernah menyesal telah menghabiskan waktunya bersama kak Umji. Katanya juga, kak Umji adalah alasannya untuk berhasil menerima apa yang udah menjadi takdirnya."
Merasa terhenyak, Umji mulai menggaruk tengkuk lehernya. Ia merasa beban di punggungnya hilang sepenuhnya mendengar pernyataan pemuda yang diketahui adalah adik dari mendiang Biru.
"Kak Umji?"
Interupsi tadi berhasil menyadarkan lamunan gadis yang kebingungan harus mengekspresikannya seperti apa.
"Eh? Iya. Makasih..."
Umji tidak pandai berkata-kata. Hanya respons tubuhnya ini kadang tidak bisa dikontrol.
Sampai tanpa sadar, ia telah meneteskan cairan bening dari mata cantiknya itu.
Sukma kontan panik, ia bertanya-tanya kenapa gadis ini menangis. Ia sempat menoleh ke belakang, ke tempat teman-temannya yang lain berada.
Mereka hanya bisa tertawa sekaligus mengarahkan telunjuk ke arahnya.
"Kak—"
Belum sempat bertanya, tubuhnya mendadak didorong secara kasar, oleh siapa lagi kalau bukan kekasih gadis yang tengah menangis tadi.
"Hey, who are you?!" bentak Vernon lumayan keras, hingga mampu mengalihkan pandangan orang-orang disekitar.
Umji buru-buru menggenggam lengan Vernon. "Stop, Vernon. Dia gak salah."
Vernon mengangkat alisnya sebelah.
"Sukma, makasih, ya. Udah kasih tahu hal itu ke aku. Makasih juga ke Biru karena udah pernah hadir di hidupku," ucap Umji, masih menggenggam lengan Vernon yang kebingungan.
"Nggak, harusnya saya saya yang berterima kasih, Kak. Berkat kak Umji, kakak saya—Biru jadi lebih bahagia walau dengan hidup yang sesingkat itu."
Umji kembali menjatuhkan air matanya, air mata bahagia.
"Biru?" Vernon menyela. "Oh, are you his sibling?"
Sukma mendadak keringat dingin. Jujur dia lemah banget sama bahasa inggris.
"Ah... eum... yes yes," jawabnya, walau gak tahu arti dari pertanyaan Vernon.
"Oh, well. I'm her boyfriend, Vernon. Glad to know you."
BOYFRIEND??? Oke, untuk yang satu itu Sukma jelas tahu betul artinya.
"Pacar?! Beneran, kak?"
"Iya, bener. Dia pacar aku." Umji agak sedikit tersipu memperkenalkan pacarnya ke orang lain. Hm, jadi begini ya rasanya.
"Wah! Selamat, ya kak! Saya ikut senang dengarnya. Dan, Biru juga pasti bahagia lihat kak Umji udah bahagia." Sukma memperlihatkan guratan senyum dengan tulus.
"Semoga langgeng, ya, Kak."
Setelah itu, Sukma kembali pergi berkumpul dengan temannya yang lain.
Umji dan Vernon lanjut memakan apa yang mereka pesan.
"Enak ya, jadi Biru," celetuk Vernon.
"Hm?"
"Iya, karena dia bisa jadi teman sekaligus cinta pertama kamu."
Umji tersedak, mendengar pernyataan dari pacarnya yang terlihat sedang cemburu itu.
"Are you jealous?"
"Absolutely, YES."
Umji terpingkal-pingkal mendengar jawaban blak-blakan Vernon.
"Denger, ya. Walau dia cinta pertama aku. Tapi kamu tetap yang pertama di hati aku sekarang."
Kalau saja Vernon punya keberanian yang tinggi, mungkin sekarang ia akan berteriak dengan nada 5 oktaf akibat ucapan gadis itu.
Hari ini, Umji merasa semua beban yang ada di hati dan pikirannya benar-benar hilang sempurna. Semoga kedepannya kebahagiaan ini bisa terus berlanjut.
Namun, yang namanya harapan hanya bisa menjadi khayalan. Tak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk kebahagiaan itu sendiri.
hAAAAAIIIII AKHIRNYA FF INI UPDATE JUGA HUHUHUHUH. aku panjangin nih khusus buat part ini karena udah lama banget gak update 🥰❤️
...jujur aku gak tau masih ada yang nungguin atau bahkan baca ff ini atau nggak :"D
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning of Love (✓)
Fanfic╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈─➤ ❝If we are together, I'm not afraid anymore❞ ______ +au +semibaku +lokal [ chwe vernon x kim yewon // #VERJI #HAMSSOLLIE ft. 98l ] credit cover wattpad by: iunmin at DeviantArt © by LALA, 2019.