❝ 22: rumah ❞

340 75 9
                                    

Vernon berjalan mendahului Umji, kemudian berjongkok memunggungi gadis itu.

"Ngapain?" tanya Umji.

"Naik."

"HAH?!"

"Janji. Ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya."

Umji masih terdiam, tak bergerak sedikitpun.

"Umji, I know you understand what I mean before."

Rupanya Umji masih bersikeras tidak ingin merepotkan Vernon lebih dari ini. "Nggak usah, gue baik-baik aja."

Vernon yang sudah tidak tahan lagi dengan penolakan bertubi-tubi dari Umji akhirnya merasa sedikit kesal.

Ia berdiri, mulai berkacak pinggang. "Enough. I can't understand why do most women in this world, include you, are always pretend all things gonna be alright, when its not?!"

 I can't understand why do most women in this world, include you, are always pretend all things gonna be alright, when its not?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tercengang... Umji mengedipkan matanya berkali-kali. Ia tak menyangka ini baru pertama kalinya ia melihat secara langsung Vernon mengeluh seperti ini.

"Come on." Vernon kembali berjongkok dan melebarkan kedua lengannya.

Ya sudahlah. Umji menyerah, ia pun naik ke belakang punggung lelaki yang baru saja menyuarakan kekesalannya itu.

Umji yang agak was-was jika saja ia terlalu berat untuk digendong pun mencoba bertanya, "berat nggak?"

"Ringan banget. Kayak bulu ayam."

"Nggak usah hiperbola."

Vernon terbahak sekejap. "Ya lagian yang gendong kan aku, kalau merasa berat pasti aku udah keringetan sekarang."

Tanpa disadari, dua sudut di bibir gadis itu spontan tertarik melawan arah gravitasi. Bagaimana bisa ia merasa senang disaat seharusnya ia sudah harus menjauhi Vernon.

Masa depan memang selalu mengejutkan sekaligus menakutkan.

Gadis yang merasakan suasana tiba-tiba hening, kembali berusaha mencari topik.

"You do angry with me just now, right?" tanyanya, memajukan kepala.

Tersadar, Vernon langsung mengerjapkan matanya beberapa kali. "Eh? Ah! I'm sorry..."

"It's okay, since this is the first time I see you angry to me." balas Umji santai, sambil merebahkan dagunya di sebelah pundak Vernon.

"Is that so?"

Kepala Umji bergerak ke atas dan bawah, tanda membenarkan. "And it's hella cute, though," ucapnya nyaris berbisik saat menjauhkan kepalanya dari pundak laki-laki itu.

"Eh? Kamu bilang apa tadi? Coba ulang aku gak dengar."

"Bohong."

"Ih beneran. Ulang coba sekali lagi yang keras."

The Beginning of Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang