❝ 16: biru ❞

399 83 15
                                    

"Terus kenapa, Ru?! Kalau kamu gak cerita aku gak bakal bisa tenang."

"Karena gue sayang sama lo, Umji! Gue gak mau buat lo cemas!" pekik Biru, ia menunduk, badannya tampak bergetar, Umji pikir ia menangis.

Namun, dia justru tertawa.

"Sinetron banget gak sih jawaban gue?" sambungnya kembali dengan tawa yang renyah.

"Apaan, sih. Gak lucu tahu, Ru." balas Umji, namun tindakannya sungguh berlawanan.

"Gak lucu tapi kenapa lo senyum?"

Sumpah, Umji tidak sadar kalau ia justru tersenyum. "Gue cuma kangen lihat senyum lo aja."

Sekarang, justru Biru yang tergugu kehabisan kata-kata. Ia seratus persen kehilangan muka saat mendengar jawaban jujur Umji barusan.

"Kok diem? Cepetan cerita!" omel Umji, yang mau tak mau membuat Biru menurut.

Ia mulai berjalan menuju tempat duduk yang ada di depan ruang guru. Umji hanya mengikutinya dari belakang.

Biru ketika berjalan ... terlihat lebih lambat dari biasanya.

"Yaudah, gue ceritain. Tapi, janji ya jangan bilang siapa-siapa?" kata Biru, menaikkan jari kelingkingnya.

Umji mengangguk kemudian menautkan jari kelingkingnya pada milik Biru. "Janji."

"Gue ... bulan depan bakal pindah sekolah, Ji."

"E-Eh...?" Hanya itu? Umji menyahut sisanya dalam hati.

Hal begitu kan sepele sekali, mengapa Biru sampai harus merahasiakannya?

"Plis, jangan kasih tahu siapa-siapa, ya. Soalnya gue gak mau mereka bahas kalau gue bakal pindah. Gue mau fokus buat banyak kenangan sama mereka apalagi sama lo," balas Biru, ia tersenyum namun senyumnya tak semanis saat itu.

Entah mengapa, Umji bisa merasakannya.

"Kalau tahu gitu, kenapa kamu malah menghindar beberapa hari ini dari aku?!" cerca Umji, kedua tangannya ia silangkan di depan dada.

Dengan senyum yang sama, Biru kembali berucap, "yaaah, gue cuma bingung mau hadapin lo kayak gimana. Rasanya gue masih belum siap untuk kehilangan teman terbaik gue,"

Umji mengembuskan napas panjang. "Lebay, deh. Cuma pindah sekolah aja dibilang kehilangan.

Inget, ya, aku bakal selalu ada dan siap sedia buat jadi teman kamu dimanapun itu!"

Biru terkikih kemudian mem-'pukpuk' kepala Umji saking gemasnya.

"Gue yakin saat kita pisah nanti lo pasti bakal lebih bahagia, Ji," ungkap Biru.

▪️▫️◽️◾️◽️▫️▪️

Selama satu bulan ini, Umji sudah menghabiskan lima puluh persen waktunya bersama Biru. Ia benar-benar menghargai setiap detiknya bersama laki-laki itu.

Ada saat dimana Biru tidak masuk sekolah dan selama satu hari penuh ia tak bisa dihubungi oleh siapapun, bahkan Umji sekalipun.

Sampai, pernah suatu kali, Umji tak sengaja memergoki Biru sedang berdiam diri di pojok perpustakaan. Ia mendengar isak tangis dari arah Biru.

Namun, setiap kali Umji memergokinya, ia selalu salah.

"Biru! Kamu nangis?! Kamu—"

"HAHAHAHA LUCU BANGET ACARANYA!"  ucap Biru memotong pertanyaan Umji, ia terlihat sedang menyaksikan sebuah acara komedi yang ada di ponselnya.

Ya, Umji selalu melihat Biru justru tertawa. Tertawa yang sampai mengeluarkan air mata. Tertawa yang sangat dibuat-buat.

Tak butuh waktu lama untuk semua itu terungkap. Tepat dua bulan kemudian, saat Biru sudah resmi pindah dari sekolah.

Ada gosip beredar luas selama seminggu di sekolahnya. Mereka berkata kalau Biru ternyata sudah meninggal. Biru ternyata sudah lama mengidap Parkinson's Disease.

Penyakit yang menyebabkan penderitanya kesulitan mengatur gerakan tubuhnya, termasuk saat berbicara, berjalan, dan menulis.

Lalu, yang lebih parah penyakit itu tidak dapat disembuhkan.

Tak ayal Umji merasa sangat dikhianati. Ia pikir ia teman baik Biru, tapi mengapa Biru tidak pernah sama sekali cerita dengannya?

Kenapa, Biru selalu membohonginya?

Sekarang, akibat dari semua itu, Umji lah yang disalahkan oleh hampir semua teman kelasnya.

Mereka menuding bahwa Umji sengaja menyembunyikan penyakit yang diderita Biru dari teman-temannya.

Ini gila, padahal Umji sendiri tidak tahu Biru punya penyakit?

Atau, Umji saja yang tidak mau mencari tahu kalau Biru memang sedang sakit.

Umji merasa sangat bersalah, baik pada diri sendiri maupun pada Biru serta teman-temannya.

Ia tak tahu mesti berbuat apa lagi, selain menerima semuanya. Akhir masa SMP nya berjalan kurang lebih seperti masa percobaan untuk berada di neraka.

Umji tak akan pernah bisa membenci Biru, dan Umji pun sepertinya tak akan pernah bisa lagi...

...berteman dengan laki-laki lain seperti saat dirinya bersama Biru.

berteman dengan laki-laki lain seperti saat dirinya bersama Biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yeay selesai juga plesbek nya kakak umji ;-;)

buat kalian yang gak tahu Penyakit Parkinson.

buat kalian yang gak tahu Penyakit Parkinson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

serem udah gak usah dibayangin :((

The Beginning of Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang