❝ 07: sorry... ❞

635 113 12
                                    

Ah sial, Vernon yang sudah berada di dalam kamar masih saja terus kepikiran akan kejadian di UKS tadi. Ia teringat kata-kata terakhir yang ia lontarkan pada Umji. Gadis itu pasti marah besar dengannya saat ini.

Perasaan bersalah yang bersemayam dalam hatinya memang tidak baik dibiarkan lama-lama. Rasanya tidak tenang, apalagi ini menyangkut tentang lawan jenis.

Vernon tersadar kalau candaannya tadi sudah terlalu kelewatan, jadi ia memutuskan untuk meminta maaf secara langsung dengan Umji besok.

Bukan hanya itu saja yang membuatnya pening, tapi ocehan mamanya juga semakin memperparah keadaan. Tiffany—Mama Vernon—kalau sedang marah memang kadang menyeramkan.

"Vernon, what's wrong with you? Why are you punch your friend?!" omel Tiffany sembari mondar-mandir di depan Vernon.

"Friend? They're not my friend."

"Okay. Guys. Why do you punch all that guys?" tanya mamanya meralat kalimat sebelumnya.

"Mom, There is some mistake. I'm not wrong, but they are!" elak Vernon berusaha mengatakan kebenarannya. Namun mamanya justru tambah kebingungan.

"What do you mean?"

"They're trying to steal my money!"

"What?!" Nada Tiffany naik dua oktaf. "Then, why don't you report them to the teacher?"

"I do ... I wanna do that, but too late. Tangan mereka tiba-tiba masuk ke dalam kantongku!" jelas Vernon sambil memeragakan apa yang ia katakan.

"What!? Itu sangat tidak sopan!" sentaknya dibalas anggukan oleh Vernon. "Jadi, karena itu kamu memukul mereka?"

"Exactly."

"Uh... sorry sweetheart," ujar Tiffany yang kemudian merangkul Vernon.

Suasana mendadak mellow, tapi Vernon tak merasakan apapun karena seperti inilah kebiasaan mereka. Keluarga Vernon memang sangat menyayanginya, maklum dia anak semata wayang. Jadi, kalau ada masalah apapun ia pasti akan diceramahi satu hari satu malam. Namun, beruntung kali ini tidak.

"Oh, by the way." Tiffany perlahan melepaskan pelukannya. "Siapa gadis yang mengangkat telepon mama tadi?" tanya Tiffany.

Vernon mengangkat kedua alisnya. Sedikit terkejut. "Teman sekelasku, Mom."

"I know, Vernon. Maksud Mama nama anak itu siapa?"

"Kenapa tanya-tanya?"

"Loh, salah memangnya Mama kalau bertanya?"

"Bukan begitu, it's just ... Mama sebelumnya tidak pernah bertanya tentang teman-temanku saat aku bersekolah di LA," ungkap Vernon.

Tiffany terkekeh mendengarnya. "Ya karena Mama sudah kenal dengan teman-temanmu yang dulu tanpa harus bertanya."

Vernon terdiam, benar juga apa kata mamanya. Dulu setiap pulang sekolah selalu saja ada teman yang datang ke rumahnya. Bagaimana bisa mama menanyakan tentang mereka lagi jika mama sudah terlalu sering bertemu dengan mereka?

"Kapan-kapan ajak main ke rumah dong ceweknya," kata Tiffany menaik-naikkan kedua alisnya.

"She's not my girl!" sentak Vernon yang membuat Tiffany justru terpingkal akibat melihat pipinya perlahan memerah.

▪️▫️◽️◾️◽️▫️▪️


Esok hari pun tiba, Vernon sibuk mencari dimana gerangan gadis itu berada. Matanya melirik kesana kemari, tak kunjung ada sosok yang dicari.

Eh, tak lama, "Umji!" gadis yang dinanti pun hadir. Namun, sayang tidak berbuah manis. Ia dikacangin.

"Umji, can you hear me?"

Lagi, Vernon dikacangin.

"Umji, hello?"

Masih dikacangin.

Dan itu berlanjut sampai pulang sekolah. Wah, parah, kayaknya ini udah gawat banget, ya? Vernon sampai kehabisan akal harus bagaimana lagi untuk bisa minta maaf dengan Umji.

Saat ini Vernon tengah berdiri di depan gerbang sekolah, memasang kuda-kuda untuk mencegat seseorang. Benar, hanya ini satu-satunya cara terakhir yang ia punya, kalau ini gagal—

Belum selesai membayangkan, Vernon langsung berubah posisi merentangkan kedua tangan, berusaha menghalangi seseorang yang ingin melewatinya.

Dan ialah Umji.

"Get out of my way, can you?" pinta Umji secara lugas.

"No, I won't," tolak Vernon.

Umji mengerutkan keningnya. "What?"

Umji mencoba bergerak ke kiri, Vernon ikut. Bergerak ke kanan, Vernon juga ikut. Demi apa, mereka seperti anak kecil yang sedang bermain galasin tapi dilakuinnya di depan gerbang sekolah.

Bayangin, orang yang lewat satu persatu melirik ke arah mereka sambil menahan rasa ingin tertawa. Mati gue, batin Umji.

"Vernon, can you just stop ruining my school-life, please...?" pinta Umji kini bernada lemah.

"Okay, karena itu aku ingin minta maaf. I'm so sorry...," kata Vernon penuh penyesalan lalu mengulurkan tangan kanannya.

"Ngapain?"

"Handshake."

"Huh?"

Dengan raut wajah yang penuh rasa bingung Umji menjabat tangan Vernon. Aneh, kenapa juga dia mau mengikuti perkataan Vernon, ya.

"Wanna go home with me?" ajak Vernon.

"No, thanks," tolak Umji mentah-mentah.

"Oh, come on. Kita baru saja berbaikan tadi."

Vernon terus merajuk sementara Umji masih terdiam memikirkan untuk menjawab iya atau tidak, tapi...

"No answer means yes!" Vernon seenak jidatnya menyimpulkan semua itu dan kemudian mengenggam tangan Umji untuk diajaknya berlari kecil.

"Vernooon!!!"

say hello ke mamah tipani dulu 😍❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

say hello ke mamah tipani dulu 😍❤️

say hello ke mamah tipani dulu 😍❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Beginning of Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang