Bonus Chapter 1.0: Pernikahan

214 33 8
                                    

4 Tahun Kemudian...

Lama tak terdengar kabarnya, kini Umji sukses menitihkan karirnya di dunia fashion. Ia sempat menjadi model di beberapa majalah dan brand-brand terkenal. Namanya santer terdengar di beberapa kota di Indonesia.

Empat tahun berjalan begitu cepat. Ia tak sadar bahwa dirinya sudah menginjak usia 22. Cukup matang untuk menjadi seorang pengantin, tetapi di pikirannya belum ada terlintas sama sekali tentang hal ini.

Ya, karena calonnya belum ada.

Umji masih belum bisa melupakan seseorang yang sempat singgah di hatinya dan menjadi satu hal yang ia damba-dambakan akan selalu ada selamanya dalam hidupnya. Entah bagaimana kabar pemuda itu sekarang, ia tak tahu.

Yang ia ketahui, ia pernah berjuang.

Berjuang untuk mengejar mimpi dan tujuannya selama dua tahun. Rencana yang ia pikir akan bisa dijalani dengan mudah. Ternyata malah gagal tanpa syarat.

"Eh, Umji! Ya ampun, udah lama gak ketemu. Gimana kabar lo?" sapa perempuan yang kini berada di hadapannya.

"Baik. Lo sendiri gimana, Ren?"

"Haduh, ya gitu deh. Masih pusing mikirin mau cari kerja di mana," sahutnya. Ia adalah Erena.

"Umji lagi nggak sibuk? Kok bisa datang ke acara ini?" tanya gadis lainnya yang ada di belakang Erena.

"Demi Sinbi, gue relain job-job hari ini gak gue ambil," jawab Umji pada gadis yang ternyata Yelena.

"Anjayyy." Erena menyela untuk memuji.

Dua tahun lalu, Umji pernah berencana untuk belajar dengan beasiswa di luar negeri. Dan tujuannya adalah ke California, karena di sana lah tempat Los Angeles dan laki-laki yang pernah menjalin kasih dengannya berada.

Namun sayang, hidup memang tak selalu berjalan sesuai rencana. Umji yang telah gagal beberapa kali membuatnya memutuskan untuk menyerah akan impiannya dan menggapai hal
lain yang bisa ia gapai. Meski tidak ada nama 'Vernon' di dalam tujuannya.

"Oh iya, Soya gak datang?"

"Loh, Soya justru jadi yang pertama datang ke sini," seloroh Dahyun, yang sejak tadi asyik memakan kacang-kacangan.

Umji mengangkat kedua alisnya. "Hah, iya?"

"Kan gaun pengantin yang dipakai Sinbi itu dari butiknya Soya," jawab Erena.

Umji membulatkan mulutnya. "Oh ya? Astaga gue baru tahu."

"Soya ke sini juga bareng sama calon suaminya."

"WHAT. UDAH JADI CALON SUAMI?"

Erena terkekeh. "Iya, teman-teman kita yang dulunya anti 'cinta' malah nikah duluan sekarang."

"Bener-bener, gak ada yang tahu masa depan bakal gimana, ya?" Umji tergelak ketika mengatakannya. Karena hal itu juga berlaku untuknya.

"Lo sendiri gimana, Ji? Belum ada pasangan?"

Ditanya begitu oleh Erena, ia pun bingung harus berkata apa. Di sisi lain ia juga malu pada teman-temannya jika ia jujur.

"Hmm... belum..."

"Serius? Gue pikir lo udah ada. Cantik begini masa belum ada pawangnya, sih."

Dahyun kemudian menyikut Erena pelan. "Dah jangan didengerin, Ji. Erena kayaknya habis dari sirkel Ibu-Ibu Arisan deh, agak bawel."

Umji terkikih. Ia paham kalau Dahyun sedang melindunginya dari masa lalu. Ia tak sudi melupakannya, tetapi untuk mengingatnya juga ia tak ingin.

"Hey, guys! Wah hari ini full member, ya," sapa seseorang yang baru saja bergabung ke kerumunan. Ialah Soya.

"Puji Tuhan, ya."

"Eh Sinbi gimana tuh, Soy?" tanya Umji.

"Aman. Tadi dia sempet nangis."

"Hah?! Kenapa?"

"Perutnya melar. Jadi gaunnya agak sempit di pinggang."

Suara tawa yang begitu kencang terdengar dari kejauhan. Asalnya adalah tentu saja dari para sohib Sinbi. Mereka tak kuasa menahan tawa mendengar dari Soya tentang apa yang telah terjadi pada Sinbi di hari pernikahannya ini. Wanita itu memang selalu penuh kejutan.

"Oh iya, tadi Sinbi juga sempet bilang loh. Dia kirim undangan nikah ini ke seluruh teman kelas sama teman dekat dia waktu SMA," ucap Soya memberikan informasi yang tidak ditanyakan oleh siapapun.

Umji mengedipkan matanya beberapa kali. Apakah mungkin Sinbi juga mengirimkannya pada laki-laki itu...?

Ingin bertanya, tapi ia tidak punya keberanian. Ia tak ingin ekspetasinya hancur berkeping-keping.

Acara pernikahan milik Sinbi pun dimulai. Dari bangku penonton, teman-temannya semua menyaksikan bagaimana gugupnya Sinbi. Senyum yang dipaksakan, kaki yang terlihat gemetar, sampai sorot penglihatannya yang kesana kemari tak bisa diam.

Di sisi lain, sang mempelai pria justru terlihat tenang dan tersenyum begitu hangat. Layaknya seorang pria yang sungguh-sungguh mencintai wanitanya.

Mungkin hari ini Umji bernasib sama dengan Sinbi. Merasa gelisah, kedua bola matanya sibuk mengedarkan pandangan ke sekitar guna mencari sebuah objek nyata yang telah ia nanti-nanti.

Namun, nihil. Sosok itu tidak muncul barang sedetik pun dalam penglihatannya.

Tiba saat pelemparan bunga pengantin. Umji tidak berharap banyak akan bisa menangkapnya, sih. Tetapi sudah terlanjur ada di tengah, mau tidak mau ia juga harus ikut antusias dengan agenda ini.

Satu!

Dua!

Tiga!

HAP!

Umji tidak menangkapnya. Bahkan teman-temannya juga tidak.

Lantas siapa orang yang berhasil menangkap bunga tersebut?

Lantas siapa orang yang berhasil menangkap bunga tersebut?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HUAAAAA UMJIIII 😭❤️😭❤️😭❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HUAAAAA UMJIIII 😭❤️😭❤️😭❤️

anyways, bonchap nya ada sisa satu bagian lagi heheheh (kayaknya). maaf banget ya lg mode slow update makanya lama 😔

The Beginning of Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang