❝ 36: belajar bareng ❞

197 43 2
                                    

"Kenapa kamu mau putus sama aku?"

"Soalnya..."

"Soalnya?"

Terdapat jeda beberapa saat sebelum akhirnya Vernon menjawab, "Aku kayaknya gak akan pernah balik ke Indonesia lagi."

Tertegun. Umji pun membeku di tempat. Ia menatap nanar apa yang ada di hadapannya saat ini, Vernon.

"Aku takut kalau nanti ada saat dimana kesibukanku mengalahkan semuanya dan menjadi penyebab rusaknya hubungan kita di masa depan. Aku takut, apa yang dialami ayahku terjadi padaku juga."

Ah, ternyata karena hal ini. Umji baru tahu tentang sisi Vernon yang seperti ini. Dimana lelakinya itu sebenarnya lebih rapuh dari yang ia kira, ia juga lebih lembut dan perhatian dari yang ia sadari.

"Vernon, look at me." Umji menyentuh kedua pipi Vernon dengan hangat. "I won't make it happen."

Manik mereka saling bertemu. Ada sebuncah perasaan yang mengharu biru terbangun diantara keduanya.

"Aku janji, sesibuk apapun kita berdua, aku akan berusaha sebisa mungkin menghubungimu."

"Still... I'm afraid...,"

"No one's gonna know before they try it. So let me."

"Us, right?" ralat Vernon pada perkataan Umji.

Umji menyunggingkan bibirnya, merasa senang atas respons positif yang Vernon berikan. "Ayo kita sama-sama berjuang," ajaknya.

Vernon pun akhirnya mengangguk setuju. Ia mengelus dengan lembut telapak tangan sang gadis yang masih berada di pipinya.

"So is that true that I was your sweetest mistake?"

"Yeah, exactly. Tapi, kayaknya aku gak akan pernah menyesal menerima kesalahan yang rasanya semanis ini."

Vernon terkikih. Agak sedikit geli dengan pengadaian yang Umji ucapkan. "Maaf, ya. Akhir-akhir ini aku menjauh. Karena aku pikir dengan begitu aku jadi lebih mudah putus sama kamu... but it turns out we are both suffering."

Umji mengangguk memaklumi. Keduanya pun pulang dengan perasaan hangat, dan berjanji tidak akan membahas kembali hal yang telah terjadi hari ini.

▪️▫️◽️◾️◽️▫️▪️

Semenjak mereka berdua balikan, Umji jadi makin sering ke rumah Vernon buat belajar bersama, mengingat ujian sekolah yang sudah semakin dekat.

Kadang juga Umji belajar bersama teman-teman Vernon yang lain seperti Wawan dan Keeno. Seperti sekarang ini.

Kocak, sih. Satu jam belajar, dua jam habis capek tertawa akibat ulah Wawan.

"Wan, lo lucu banget, sih. Gak ada niatan buat jadi komedian gitu?" tanya Umji dengan polosnya.

"Nggak perlu jadi komedian, Ji. Seluruh kehidupannya aja udah sebuah komedi sitkom," celetuk Keeno.

Wawan sudah siap-siap berpose akan menampar mulut pedas Keeno. "Gue tampol ye lu. Sini lu."

Umji serta Vernon hanya bisa tertawa kencang.

"Ya gimana, ya. Gue sadar gue lucu, makanya banyak yang suka sama gue. Tapi, sorry, belum berminat jadi komedian. Minatnya jadi orang kaya aja." Wawan kemudian menyeruput tehnya dengan elegan.

Merasa ada yang tidak beres dengan jawaban Wawan, Vernon pun bersuara, "Sebentar, siapa yang bilang kalau kita semua di sini suka sama lo?"

Pecah. Udah deh, tuh. Umji ketawa sampai mukul-mukul Vernon. Keeno malah guling-guling di lantai, untung bersih.

"Memang kawanan iblis mulut sampah ya gini, nih. Huh, untung malaikat kayak gue masih bisa bersabar. Kalau kagak udah gue pites lu pada satu-satu." Wawan bergerutu sejurus dengan gerakan tangan yang mengepal kuat.

Masih berkutat pada latihan-latihan soal, Umji tampak sabar mengajar tiga serangkai yang tiap 10 soal selalu salah 7 atau lebih.

Vernon mengamati Umji lamar-lamat. Ia masih belum percaya bisa menjadi kekasih dari gadis ini. Rasanya kenyataan ini masih belum bisa sepenuhnya ia percaya.

Umji itu terlalu sempurna bagi dirinya yang biasa saja.

"Ji, lulus SMA mau kuliah dimana?" Vernon menghentikan aksi mencari jawaban soal, kini tatapannya beralih sepenuhnya ke Umji.

Sambil terus menelusuri soal-soal, Umji menjawab, "Masih belum tahu."

"Hah? Bohong, nih. Masak orang kayak lo masih belum tahu mau kuliah dimana. Minimal pasti udah pasang target, sih," sambar Wawan.

Vernon setuju dengan perkataan Wawan. Tidak masuk akal, bukan? Bukankah biasanya orang yang sudah memiliki tujuan itu justru yang berjuang keras?

"Beneran, kok. Gue masih bingung juga mau milih kuliah dimana. Seleksi SNMPTN juga belum keluar," terang Umji yang menyembunyikan beberapa fakta mengejutkan dan hanya dirinya yang tahu akan hal itu.

Ujian sekolah yang berlangsung selama kurang lebih 5 hari beserta diikuti UN susulan di minggu berikutnya, membuat otaknya mulai lelah.

Setelah ujian sekolah masih ada Pemantapan, UN, dan Pengumuman SNMPTN. Dan, semuanya telah lewat begitu saja.

Kini anak kelas tiga hanya tinggal menunggu waktu lulus. Namun sebelum itu, ada dua bulan yang bisa dihabiskan dengan membuat buku tahunan dan melakukan darmawisata bersama satu angkatan.

 Namun sebelum itu, ada dua bulan yang bisa dihabiskan dengan membuat buku tahunan dan melakukan darmawisata bersama satu angkatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️

The Beginning of Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang