Sebelum makan siang mereka sekeluarga naik mobil ke arah pusat kota dimana konser musik akan diadakan. Cita sudah tidak sabar untuk melihat sahabat-sahabatnya kembali. Sesudah menemukan tempat parkir yang khusus disediakan untuknya, mereka semua turun dari mobil. Pak Besar dan Bu Besar memang termasuk tamu istimewa bapak walikota.
Downtown terlihat sibuk dengan pemasangan-pemasangan hiasan untuk akhir tahun dan panggung terlihat disiapkan. "Vitooo!" tiba-tiba terdengar suara teriakan. Cita menoleh ke arah suara, hanya untuk melihat bahwa Kato sudah tak ada lagi disisinya. Cita mencari sumber suara, dan dari atas panggung melihat sosok gembul Aziz. Ia berlari dengan semangat ke arahnya, setelah pamit pada bu Besar. Tak lama kedua sosok yang lain Cita lihat memasuki panggung sambil menggotong amplifier besar bersama. "Allow!" tegur Cita ceria. "Hmm, kalo lo lagi seneng gini keliatan deh ceweknya," ejek Yayank. "Sana bantuin bawa barang, masih banyak tuh yang harus dipasang-pasang," lanjut Yayank. Cita menurut dan membantu membawakan microphone-microphone. Sementara Yayank sibuk menyambungkan alat-alat elektronik ke sumber listrik. Elektronik memang kemampuannya yang paling menonjol. "Gimana kabar lo?" tegur CP sambil mengucek rambut Cita, kebiasaannya yang tak pernah hilang. "Baek. Besok beneran jemput gue ya?" kata Cita memastikan. "Iyaa, takut banget sih ditinggal?" tawa CP.
Di tengah obrolan dan tawa mereka, tiba-tiba Cita melihat sosok Dani dan Harlan berjalan di ujung jalan. Jarak yang jauh dari mereka, tapi karena posisi Cita yang di atas panggung, ia dapat melihat jauh. Cita mengernyitkan mata mencoba melihat lebih jelas, dan ada tiga orang laki-laki dewasa yang berjalan di hadapan mereka. Dan salah satunya, jelas-jelas memakai sepatu orange. Tanpa berkata apa-apa, Cita meloncat dari panggung dan berlari ke arah kelompok itu. CP hanya menatapnya bingung, tapi ia tak mengikuti Cita, karena ia pikir Cita perlu kembali ke keluarganya. Ketiga sahabat laki-laki itu masih sibuk bekerja di atas panggung, ketika ada perasaan tak enak di hati CP. Ia kemudian berjalan lagi ke arah tepi panggung untuk mencari sosok Cita, hanya untuk melihat Cita mengindap-indap masuk ke arah van putih. Dan sosok terakhir yang CP lihat memasuki van itu adalah orang yang ia kenal, Harlan. Dengan panik CP berseru, "Yank! Jis! Cita masukin van itu! Ada Harlan dan gue gak tau siapa lagi disana! Kita harus bantuin dia!" CP pun meloncat dari panggung, diikuti oleh Yayank, sementara Aziz masih bingung memandang kedua sahabatnya, dan ia sudah dipanggil untuk menyiapkan grup paduan suara dan ansembel musiknya. CP dan Yayank berlari sekuat tenaga, hanya untuk melihat asap putih van itu telah pergi, membawa sahabat mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama Di Lian
AdventureCerita ini mengenai kehidupan Cita, yang menjadi yatim piatu di umur 13 tahun ketika ia menyaksikan ayahnya dibunuh di depan matanya. Ia diangkat dan disembunyikan oleh kepala sekolah sebuah asrama di kota Lian. Asrama ini adalah sekolah khusus laki...