Chapter 8

2K 34 0
                                    

Setelah kami menyelesaikan tugas brunch di kafetaria, kami kembali ke arah rumahku membawa disinfektan dan teman-temannya. Seharian kami menggosok, membersihkan rumahku. Yayank yang biasanya menghabiskan hari Sabtunya mengutak-atik alat-alat elektronik, Aziz yang selalu berhubungan dengan musik, dan CP yang hobi main bola dengan rela mengubah rumahku kembali ke keadaannya semula. Kami bekerja keras sambil bercanda dan saling mencela. Aku hanya salah satu dari anak laki-laki di antara mereka. Satu-satunya yang memanggilku “Cita” ketika berinteraksi denganku adalah CP. 

Kami baru selesai membersihkan rumahku jauh di sore hari. Yayank memindahkan alat-alat elektronik percobaannya ke rumahku, begitu pun dengan Aziz. Aku membiarkan mereka menjadikan rumah ini sebagai rumah mereka sendiri.

Malam itu di atas bunk tempat tidurku, kupandangi dengan seksama box korek api di genggaman tanganku. Apa yang bisa aku lakukan dengan ini?  Larut ke tengah malam, jauh sesudah lampu-lampu dimatikan, lama sesudah dengkuran-dengkuran sahabat-sahabat baruku terdengar, aku masih terbangun dan tak tahu pasti hendak melakukan apa dengan satu-satunya petunjuk yang kupunya.


Asrama Di LianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang