Chapter 30

1.2K 26 2
                                    

Cita masih tak mengeluarkan suara ketika tubuh kecilnya dilempar ke hadapan lelaki bersepatu orange di hadapannya. Dari sudut pandangan matanya, ia melihat Harlan dan Dani berdiri pucat di dekat dinding gubuk yang Cita belum pernah datangi sebelumnya. Cita telah tinggal lama dan akrab dengan hutan Chesne. Tetapi bahkan ia tak pernah melihat gubuk tempat persekongkolan ini berkumpul. Sapu tangan bau yang tadi dipergunakan untuk mengikat mulutnya pun dibuka. Pada detik yang sama...

"AN**NG!! PEMBUNUH BA**S*T!! M*TI LO! MAT***IIII!!!" Cita meronta hendak meloncat menerkam lelaki berbadan besar itu. Tali yang mengikat Cita ditarik ke belakang oleh lelaki kecil yang tadi bergumul dengan Cita. Betis Cita kemudian diinjak keras ke lantai. Cita tak peduli. Mulutnya ramai berteriak memaki. Sementara lelaki bersepatu orange hanya memandangnya dengan pandangan terkesima. Lebih mirip oleh pandangan penasaran dan kagum ketika kita melihat pemandangan ajaib di hadapan kita. Harlan dan Dani memandang seram. Tanpa mereka sadari, mata mereka berkaca-kaca karena takut oleh intensitas Cita.

Tanpa peduli oleh caci maki Cita, lelaki yang dipanggil Bos Mark oleh bawahan-bawahannya bertanya, "Siapa anak laki-laki ini, Scar?" ditujukan kepada lelaki kecil yang masih menginjak keras betis Cita.

"Gak tau juga, Bos. Dia tadi tiba-tiba ada di mobil belakang van kita, bersembunyi."

Dengan suara keras Mark bertanya ke seisi ruangan yang berisi sekitar 8 orang, termasuk Cita, "ADA YANG KENAL ANAK INI?"

Suara jawaban yang keluar begitu kontras dengan suara keras tadi, hingga hampir-hampir tak terdengar.

"Saya...saya kenal," dan muka-muka kasar lelaki dewasa disitu berpaling ke sosok tinggi Harlan.

"Siapa dia, Harlan?"

"Dia murid 3V. Namanya Vito."

"Vito? Hmm...," Mark menggaruk kepalanya. Dia masih tidak mengerti kenapa anak kecil ini memanggil dia pembunuh. Memang membunuh hanya bagian dari bisnis yang dilakukannya. Tetapi di kota ini, di kota ini dia cuma pernah sekali membunuh. Itu pun untuk sesosok lelaki tak penting yang berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Sementara sosok lain yang mengetahui tentang pembunuhan itu adalah anak perempuan. Ia yakin itu. Lalu apa hubungannya dengan anak lelaki di hadapannya ini?

Cita masih berentet dengan caci makinya. Entah karena capai mendengar suara Cita atau apa, yang pasti Mark mendekati Cita yang berlutut lalu kemudian menamparnya keras. Cita tak sadar diri.

Asrama Di LianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang