12. Dompet Alisa

7.6K 502 137
                                    

TRIGGER WARNING!!
16+
ABUSIVE CONTENT


"Aku udah mikirin ini mateng-mateng, aku mau kita putus"

jantung Alisa berdegup kencang, setelah berhasil mengucapkan apa yang sedari tadi, ingin ia utarakan.

"Jangan becanda" Jefri masih menanggapi, dengan acuh.

Alisa terdiam, sempat muncul dipikirannya, bahwa ia tidak mau menyangkal. Tapi hatinya, keukuh ingin memutuskan. "Aku nggak becanda, Jeff"

Jefri menarik nafas panjang, mengambil remot tv di atas meja, lalu mematikannya. Kini ia memfokuskan perhatiannya pada Alisa, yang menunduk. "Coba ngomong sekali lagi, sambil lihat Aku"

Alisa mengangkat wajahnya, bertemu pandang dengan tatapan Jefri yang mengintimidasi. "Aku mau kita putus" ujar Alisa, setelah menelan ludah.

Jefri mendekati Alisa, Alisa beringsut mundur, tapi terhalang oleh sandaran sofa yang ia duduki. Ia menatap lekat Alisa dengan tatapan tajamnya, seperti singa yang siap menerkam kucing pincang, di depannya. "Kenapa?" Tanyanya. Tidak dipungkiri, Jefri cukup terkejut, Alisa berani mengatakan hal semacam itu kepadanya. Pasalnya selama menjalin hubungan 2 tahun lebih, ini kali pertamanya Alisa meminta putus, darinya. Tapi Jefri tidak panik, ia yakin bisa merubah keputusan Alisa, paling lama dalam hitungan jam.

"Aku rasa hubungan kita, udah nggak sehat. Jadi lebih baik, kita berhenti disini" jelas Alisa, masih dengan suara bergetarnya.

"Lebih baik buat siapa?" Tanya Jefri, "buat aku, apa kamu?" Jefri menonyor pelipis kiri Alisa dengan telunjuknya.

Pertahanan Alisa runtuh, air mata mulai lolos dari pelupuk matanya. Seketika, ia tidak tahu lagi, harus memberi alasan apa. Sebenernya ada banyak alasan, yang membuatnya ingin mengakhiri hubungannya, dengan Jefri. Tetapi Jefri berhasil mengintimidasinya, membuat Alisa Melupakan idenya. Apa yang harus ia katakan, untuk menguatkan keputusannya?

Jefri mencengkram dagu Alisa, membunuh gadisnya perlahan, dengan tatapannya. Lalu ia memanggut bibir tipis Alisa, dengan bibir tebalnya. Mencium dengan penuh obsesi, dan dominasi, menyatakan bahwa Alisa tidak memiliki hak, untuk menghakiri hubungan mereka. Jefri merasakan, tangan ringkih Alisa, berusaha mendorong dada bidangnya, untuk menyudahi ciuman mereka. Tapi Jefri tidak gentar, ia meneksplor setiap gigi Alisa, dan bermain dengan lidahnya. Setelah puas, ia baru melepaskan ciumannya. Alisa tampak sesak, nafasnya terengah-engah karena ciuman intens, yang diberikan Jefri barusan.

"Siapa yang suruh bilang kayak gitu? Dava? Iya?"

Alisa tercekat, saat mendengar nama Dava, disebut Jefri. "Ini keputusan aku sendiri, Jef."

"Aku nggak mau nyakitin kamu, jadi jangan ngomong kayak gitu lagi, oke?" Jefri berdiri, berjalan meninggalkan Alisa.

"Ini alasannya!" Ujar Alisa, berhasil menghentikan langkah Jefri. "Kamu nggak pernah dengerin aku, kamu nggak pernah kasih aku kesempatan buat ambil keputusan aku sendiri. Kamu cuma mikirin apa yang kamu mau, kamu nggak pernah peduli aku bahagia atau enggak. Kamu egois Jef, dan sekarang aku sadar, aku udah nggak tahan" nafas Alisa memburu, ia merasa sangat lega setelah mengatakan semuanya, kepada Jefri. Sesaat ia tidak peduli, dengan kemarahan Jefri yang mungkin, akan ia terima.

"Aku mau pergi" ucap Alisa lirih, sembari berjalan melewati, punggung Jefri.

Jefri terpaku, mendengar penjelasan Alisa. Selama berpacaran, ini kali pertamanya Alisa terlihat sangat yakin, dengan apa yang ia ucapkan. Jefri membeku, seolah lupa akan apa yang harus ia lakukan. Apapun alasan Alisa, ia tidak akan mengijinkan Alisa pergi, dari hidupnya. Ia menginginkan Alisa, untuk selamanya.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang