!!Trigger Warning!!
Eksplisit content"Alisa kamu nggak keberatan kan?"
Alisa tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Mengambil keputusan yang akan mempengaruhi hidupnya, tentulah tidak mudah. Alisa menarik nafas panjang, menenangkan dirinya sendiri. Saat semua yang ada di meja makan, kini menatapnya, menunggu jawabannya.
"Enggak Pa" jawab Alisa, dengan nada yang parau. Dan semua yang mendengarnya, menyadarinya.
Rahang Jefri mengeras, Ia mengetuk-ngetukkan pantofelnya, pada lantai pelan. Ada apa dengan Alisa? Kenapa wanitanya tiba-tiba bersikap sangat bodoh, di depan keluarganya. Alisa benar-benar, membuatnya malu.
Mama Jefri mengernyit, mendengar jawaban Alisa yang tampak terpaksa, "Jef, kamu bener udah ngomongin ini sama Alisa kan? Jangan-jangan ini keputusan kamu sendiri"
Alisa tidak berani menatap Jefri, saat mama Jefri berkata demikian. Alisa sudah bisa membayangkan bagaimana kesalnya Jefri, dengan sikapnya. "Enggak kok Ma, kita udah ambil keputusan ini bareng-bareng" Alisa buru-buru meyakinkan, Ia tidak bisa membayangkan, jika Ia terus bersikap menyebalkan, Jefri mungkin akan sangat geram.
"Udah bicara sama keluarga Alisa?"
"Udah" jawab Jefri, menjawab pertanyaan papanya. Walau papanya bertanya pada Alisa, tapi Jefri memilih menjawabnya. Ia bisa emosi, saat mendengar Alisa bicara tanpa antusias, sedikitpun.
"Kalau gitu, kamu atur lah Jef, kapan keluarga kita, bisa ketemu sama keluarga Alisa"
"Aku nggak mau buang-buang waktu Pa, aku mau secepatnya" ucap Jefri, "mulai besok, aku bakal mempersiapkan semuanya. Papa sama Mama, nggak usah mikirin apapun, semuanya biar aku yang urus"
Alisa menelan ludah, mendengar Jefri yang sangat yakin, dengan rencana indahnya. Jefri mengatakan besok, mulai mengurusnya, itu terkesan bahwa Jefri sengaja, mempercepat untuk menikahinya. Alisa sudah tidak menemukan jalan keluar, atas semua keraguannya.
"Jangan lupa kabari Papa, kalau kamu butuh bantuan" Papa Jefri tidak begitu khawatir, mengingat selama ini Jefri selalu bisa diandalkan.
"Iya Pa" ujar Jefri, lalu meletakkan alat makannya. "Aku ke kamar duluan ya Pa" pamit Jefri, seraya berdiri. Setelah ayahnya mengangguk, Jefri menyentuh lengan Alisa.
Alisa menoleh pada Jefri, saat Jefri Menyentuhnya, walau tidak bicara apapun, Jefri mengisyaratkan melalui tatapan matanya, meminta Alisa untuk mengikutinya. Alisa segera berdiri, dan meminta ijin untuk meninggalkan meja makan, kepada orang tua Jefri. Alisa sudah mengira, Jefri sudah pasti geram, dengan kelakuannya.
Jefri menggenggam pergelangan tangan Alisa, menaiki tangga rumahnya. Ia membawa Alisa ke kamarnya, yang terletak di lantai dua. Jefri tidak tahan, untuk segera menegur Alisa, atas sikapnya, di depan keluarganya. Jefri bahkan tidak bisa menunggu, sampai makan malam selesai.
Jefri mengunci kamarnya, dari dalam. Ia menatap Alisa yang duduk di tepi ranjang, sembari menunduk, dengan kedua tangannya, yang saling menggenggam. Jefri berdecak, Ia sudah berusaha memperlakukan Alisa dengan baik, tapi Alisa hari ini, berhasil membuatnya kesal.
Jefri duduk di kursi, kini Ia berhadapan langsung, dengan Alisa. "Kenapa, Al?" Tanya Jefri, langsung pada intinya.
Alisa mengigit bibir bawahnya gusar, "Aku nggak bisa Jef" ujar Alisa sangat lirih, hampir terdengar seperti bisikan.
"Heh, kalau ngomong, liat Aku!" Jefri memperingati Alisa, yang bahkan masih menunduk, hingga sekarang. "Ngomong yang keras, Aku nggak denger kamu ngomong apa"
Alisa mengangkat dagunya, bertemu pandang, dengan mata Jefri yang terasa mengancamnya. Apapun yang terjadi, Alisa pikir Ia harus bicara. "Aku nggak bisa Jef" Alisa megulangi perkataan sebelumnya, kali ini dengan suara yang lebih yakin.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOCKED (End)
RomanceDimata Jefri, Alisa adalah miliknya. Alisa adalah wujud wanita yang paling cocok dengannya, tanpa ia sadari ia sendiri yang memaksa Alisa menjadi wanita idealnya. Jefri yakin, Alisa tidak akan meninggalkannya, karena wanita itu amat mencintainya, ta...