Setelah mendengar kabar bahwa Alisa tengah mengandung anak Jefri, Dava sama sekali tidak bisa mengabaikannya. Hal itu menguasai pikirannya, hingga berhari-hari. Hingga membuat Dava tidak bisa fokus, akan hal lainnya.
Dava yang pintar, dan tidak pernah kesulitan mengambil keputusan, kini menjadi sangat plin plan. Sesaat, Ia ingin tetap mempertahankan Alisa, sesaat kemudian, Ia ragu, bisa menerima Alisa, yang tengah hamil anak Jefri.
Sekuat apapun Dava mencoba menerima, malah Dava semakin ragu. Semakin hari, semakin Dava yakin, bahwa dirinya tidak siap, untuk ini. Daripada memaksakan diri, dan akhirnya menyesali keputusannya, kemudian hari. Akhirnya, Dava mengambil keputusan yang menyakitkan.
"Gue bakal pulangin Alisa" ujar Dava, sembari memegang telepon, di telinganya. Dava bisa mendengar Jefri mendesah lega, dari ponselnya.
"Makasih banyak Dav, dimana Alisa sekarang?"
"Nanti Gue kabari lagi" ujar Dava terakhir kali, sebelum mematikan ponselnya.
Malam ini, sebelum meninggalkan Alisa, Dava ingin menghabiskan waktu bersamanya, walau hanya sebentar. Hanya makan Mi ayam berdua, dengan Alisa, membuat Dava semakin sedih, karena sebentar lagi, ia akan melepaskannya.
Sejujurnya, Dava tidak ingin melakukan ini, tapi ini benar-benar pilihan yang sangat sulit, untuknya. Menerima seseorang yang tengah hamil, anak orang lain, tentulah tidak mudah. Dan Dava dengan kepengecutannya, Ia memilih mengembalikan Alisa, kepada Jefri.
Mungkin Jefri benar, Jefri lebih berhak atas Alisa. Lagipula Dava tidak bodoh, walaupun Alisa mengatakan tidak ingin kembali pada Jefri, tapi wanita itu masih sangat mencintainya. Hal itu seolah menguatkan keputusan Dava, bahwa Ia harus mundur, dari hidup Alisa, selamanya.
Dan ini mungkin akan menjadi pertemuan terakhirnya, saat Dava menurunkan Alisa, di sebuah dermaga, di pinggir laut.
"I love you" ujar Dava terakhir kali, sebelum membiarkan Alisa turun dari mobilnya. Dava ingin menciptakan kenangan terakhir yang indah, untuk dirinya, dan Alisa.
Dava tidak bisa menahan tawanya, saat muka Alisa berubah sangat canggung. Dan saat tawa Dava meledak, Alisa pun ikut tertawa.
"Gue turun dulu ya," ujar Alisa kala itu, karena Dava beralasan akan membeli air minum dulu.
Begitu Alisa turun dari mobilnya, dan berjalan menyusuri dermaga, Dava tidak bisa menahan sakit yang begitu perih, di hatinya. Jika ditanya, Dava masih sangat mencintai Alisa, tapi Dava tidak mampu, jika harus bersamanya, dengan keadaan Alisa, yang sudah seperti ini.
Dava menjalankan mobilnya, tidak jauh, ia hanya bergeser ke jalan, yang tidak bisa dilihat Alisa, tapi Dava bisa melihat Alisa, dari sudut sini. Dava mengirim lokasi Alisa, kepada Jefri. Sebelumnya, Dava sudah meminta Jefri bersiap, di sekitar sini, supaya Alisa tidak menunggu, terlalu lama.
'jemput Alisa'
Dava mengirim pesan singkat itu, pada Jefri. Dava tidak pernah menyangka, bahwa ia akan sejahat ini, kepada Alisa. Membawa Alisa pergi, lalu memulangkannya lagi, dengan tangannya sendiri. Memikirkan itu, membuat Dava tidak bisa menahan air matanya.
Dava melihat semuanya, dari kejauhan. Jefri menghampiri Alisa, Alisa yang terkejut, dan tampak cemas. Dan Dirinya, yang tidak berbuat apa-apa. Dava menekan panggilan, untuk nomor Alisa, yang mungkin akan menjadi telepon terakhir mereka.
"Dava, buruan kesini, kenapa ada Jefri disini?"
Dava benar-benar tidak tahan, saat Alisa mengatakan itu kepadanya, melalui telepon. Itu adalah kali pertama Alisa begitu berharap padanya, dan parahnya, Dava tidak melakukan apapun, untuk menolong Alisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOCKED (End)
RomanceDimata Jefri, Alisa adalah miliknya. Alisa adalah wujud wanita yang paling cocok dengannya, tanpa ia sadari ia sendiri yang memaksa Alisa menjadi wanita idealnya. Jefri yakin, Alisa tidak akan meninggalkannya, karena wanita itu amat mencintainya, ta...