7. Coffe Shop

8.2K 540 103
                                    

Trigger Warning!!
Abusive content

Hari ini, Alisa full bekerja di kantor. Tidak ada janji temu dengan klien, atau survey lokasi. Alisa disibukkan dengan pekerjaannya, Ia menghubungi kontak-kontak yang ada di databasenya, untuk ia tawari aset. Gita hari ini tidak masuk, suasana kantor lebih sepi, tanpanya.

Jam 12 siang, Alisa menutup laptopnya. Beberapa teman-temannya, juga melakukan hal yang sama, mereka menjeda pekerjaannya, untuk istirahat selama satu jam. Saat akan keluar untuk istirahat, Alisa tidak sengaja melihat Dava, yang tampak masih sibuk dengan pekerjaannya. Alisa teringat sesuatu, ia harus mengembalikan payung Dava, sebelum lupa. Alisa membuka tasnya, lalu mengeluarkan payung lipat, milik Dava.

Alisa berjalan menuju ruangan Dava, yang berpartisi kaca. Saat Alisa membuka pintunya, Dava menoleh kearahnya. "Hey" sapa Alisa, "nggak makan siang, Dav?"

Dava menghentikan pekerjaannya, ia tanpa sadar tersenyum, saat Alisa mendatanginya, "habis ini, nanggung."

Alisa berjalan mendekati meja Dava. Alisa menyerahkan Payung milik Dava. "Payung Lo, makasih ya"

"Akhirnya, kali ini Lo nggak lupa"

Alisa tertawa, "ya udah, kalau gitu Gue keluar dulu" Alisa berjalan, meninggalkan ruangan, staff IT.

"Alisa" panggil Dava sebelum, Alisa membuka pintu. "Mau minum kopi Al? Di deket kantor, ada coffe shop baru" lanjut Dava, setelah Alisa menoleh ke arahnya.

Alisa terdiam beberapa saat, "boleh" jawabnya kemudian.

Alisa, dan Dava kini sudah berada di coffe shop, yang terletak tidak jauh dari kantornya. Tempat ini baru buka, 3 hari yang lalu, keadaannya pun masih sepi pengunjung.

Mereka menggambil duduk, di samping kaca, bagian depan. Minum kopi sembari menikmati pemandangan jalan, memang tidak ada lawan. Alisa memesan caffe latte, dan Dava memesan cappucino. Tidak lama setelah pesan, minuman mereka diantar.

Mereka banyak mengobrolkan, hal-hal kecil. Entahlah, Alisa merasa senang bicara dengan Dava. Alisa tidak akan bosan, Jika harus ngobrol berlama-lama dengannya. Dengan Dava, Alisa bebas untuk mengatakan apapun, tanpa takut Dava akan marah.

"Lo inget kedai yang jual ayam rica pedes, yang di Deket kampus nggak?" Tanya Dava.

"Inget bangett" Alisa langsung mengingatnya, ia dulu sering makan di kedai itu, paling sering, dengan Dava. Ayam rica adalah favorit mereka.

"Kok Gue jadi pengen kesana sih" saat Dava menanyakan hal itu, Alisa langsung teringat rasanya. Lama sekali, Alisa tidak makan disana.

Dava terkekeh, "next time, kesana mau?"

"Mau lah" Alisa sangat bersemangat, walau itu masih rencana.

Obrolan mereka terhenti, saat ponsel Alisa yang berada di atas meja, berdering. Dava melirik nama yang ada di layar Alisa. Tersemat nama Jefri, dengan Simbol hati di akhir namanya.

Alisa buru-buru mengangkat panggilan, dari Jefri. "Hallo"

"Dimana?"

Alisa menarik nafas panjang, "di kantor Jef," Ia menjawab bersamaan, dengan jantungnya yang berdegup kencang.

"Sama siapa?"

"Samaa Gita" Alisa mengigit bibir bawahnya, dengan was-was, menunggu respon Jefri. Sementara Dava hanya memandanginya, dengan dahi mengernyit. Untuk apa yang Alisa lakukan saat ini, ia memutuskan berbohong, adalah opsi terbaik.

Jefri tidak menjawab, hingga beberapa detik, "enak banget kayaknya, minum kopi apa sih?"

Alisa tercekat, perasaan takut, mulai menghinggapinya. Perlahan, ia mulai menyebarkan pandangannya ke seisi cafe, Alisa dengan takut menoleh ke dinding kaca, sampingnya tepat, yang langsung menghadap jalan.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang