34. Promise (End)

12.5K 551 57
                                        

Alisa menatap lurus, pada apapun yang ada di depannya. Ia kini duduk sendiri, di bangku besi, yang terletak di taman, dekat apartemen Jefri. Ia memang kemari bersama Jefri, tapi Jefri masih membeli sesuatu entah apa.

Disaat sendirian seperti ini, Alisa tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Setelah apa yang sudah ia lalui akhir-akhir ini, Alisa merasa bodoh, saat mengira dirinya bisa lari dari masalah yang mengejarnya. Kenyataannya, selama ini ia hanya berputar-putar, di tempat yang sama. Sialan, selama ini Ia hanya membuang-buang waktu saja, dengan melakukan hal yang sia-sia.

Alisa mencintai Jefri, itu sudah pasti. Tapi apa yakin, Jefri benar-benar berubah? Jawabannya Alisa tidak yakin. Walau Jefri sudah berjanji sedemikian rupa kepadanya, walau Jefri sudah mengakui kesalahannya, kesemua orang, itu tidak menjamin Jefri akan merubah karakternya, semudah itu. Hanya saja, bedanya sekarang, Alisa sudah bisa menerimanya. Ditambah fakta, bahwa sekarang Jefri adalah satu-satunya yang akan menerimanya, karena Alisa tengah mengandung anak Jefri, benar-benar mengikat Alisa semakin erat. Dava bahkan secara terang-terangan, mengembalikan dirinya, kembali pada Jefri. Bukti bahwa pria itu sudah mundur, untuk mencintainya.

Alisa tidak menyalahkan Dava, egois, jika ia ingin terus dicintai Dava, yang Alisa sendiri bahkan ragu, jika diminta untuk mencintainya. Saat Alisa mencium Dava di rooftop, di pesta ulang tahun Marisa, Alisa berdebar, tapi itu bukan debaran yang sama, ketika ia bersama Jefri. Alisa bisa membedakannya, karena memang rasanya berbeda.

Saat mencium Dava, alisa berdebar karena kaget, dengan tindakannya sendiri, Alisa berdebar karena merasa panik, dan bingung. Alisa menyukai Dava, karena Dava selalu memperlakukannya dengan sempurna, karena Dava selalu bisa menenangkannya. Alisa menyukai Dava, karena kebaikannya, jika Dava tidak baik kepadanya, Alisa tidak yakin, apa ia masih menyukainya.

Lain halnya dengan Jefri, persetan dengan segala kebaikan Jefri, Alisa tetap mencintainya, saat Jefri membentaknya, Alisa tetap mencintainya, saat Jefri memukulinya, Alisa tetap mencintainya, saat Jefri menghina, dan merendahkannya, begitupula saat Jefri tidak pernah menghargai pendapatnya, yang tidak sesuai dengan keinginannya. Pada intinya Alisa bisa menerima semua sifat buruk itu, karena Jefri orangnya.

"Sayang"

Alisa terperanjat, saat sebuah suara mengagetkan lamunannya. Alisa menoleh kepada Jefri, yang saat ini berdiri di sampingnya. Bibirnya secara spontan, membentuk lengkungan keatas, menyambut kehadiran Jefri.

Jefri datang dengan membawa sekantong plastik, yang entah apa isinya. Jefri mendekati Alisa, tapi tidak duduk disampingnya, melainkan berjongkok di depan kaki Alisa. Ia melepaskan sandal yang Alisa kenakan, itu sandal yang Dava berikan, selama Alisa meninggalkan Jefri. Lalu Jefri menggantinya dengan sandal berwarna pink, yang baru saja ia beli. Ternyata di kantong plastik itu, adalah sepasang sandal, yang sekarang dipakai Alisa.

Alisa tadi hanya memilih asal, sandal di apartemen Jefri, dan tidak sadar, bahwa yang Ia pakai, sandal pemberian Dava. Alisa mendesah, merutuki kebodohannya, karena Jefri mungkin salah paham, karena Alisa masih menyimpan barang pemberian Dava. Harusnya Alisa sudah membuangnya, sejak ia kembali pada Jefri.

Alisa menatap punggung Jefri, yang kini berjalan menuju tempah sampah, untuk membuang sandal dari Dava. Alisa mendengus pelan, Jefri tetaplah Jefri, setelah apa yang pria itu lalui, Jefri tidak bisa menghilangkan sifat posesifnya, atau pencemburunya, yang sebesar lautan.

Jefri membanting bokongnya, di samping Alisa. Ia menatap Alisa sebentar, yang juga menatapnya. "Jangan sembarangan terima barang, dari orang lain! Cuma aku, yang boleh beliin semua kebutuhan kamu. Ngerti?" Hardik Jefri. Walaupun tampak kesal, tapi sebisa mungkin ia menahan amarah.

"Iyaa" jawab Alisa, penuh pengertian.

"Alisa, makasih udah mau kembali sama aku" ujar Jefri tiba-tiba, "maaf, karena bikin kamu, nggak punya pilihan lain"

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang