29. Dermaga Kayu

5.9K 461 73
                                    

Jefri sudah tidak tahan, ia berjalan cepat mendekati Alisa, ikut berjongkok, supaya mensejajari tubuh Alisa yang kini bersimpuh. Tanpa mengatakan apapun, Jefri segera merengkuh Alisa, ke dalam pelukannya.

Hatinya sakit sekali, melihat Alisa yang begitu kecewa, dan frustasi. Karena keegoisannya, Alisa harus merasakan kekecewaan, yang tidak pernah ia harapkan, seperti ini. Jefri sadar, ia begitu gegabah, dengan mengambil keputusan, saat Ia dikuasi kemarahan. Tapi saat itu Jefri tidak bisa memikirkan cara lain, untuk mempertahankan Alisa di sisinya.

Alisa masih tidak bisa berhenti menangis, hingga terisak-isak, hingga kepalanya pusing, dan perutnya mual. Alisa bisa menjalani hidup yang menyedihkan, tapi tidak semengenaskan ini. Bahunya tidak sekuat itu, untuk menanggung semua ini. Yang paling menyakitkan dari ini semua adalah, kenapa Jefri tega melakukan ini kepadanya? Alisa tidak habis pikir, kenapa Jefri sampai melakukan ini, lalu membohonginya?

"Kenapa?" Alisa mencoba bicara dengan jelas, ditengah isak tangisnya, "kenapa kamu tega ngelakuin ini, ke aku Jef?"

"Hidup kamu sempurna, kenapa kamu ngehancurin hidup aku?" Tanya Alisa sekali lagi, dengan diliputi kesedihan yang semakin terasa menyesakkan.

Hati Jefri mencelos, ikut merasakan kepedihan Alisa. "maafin aku Alisa," Jefri tidak menemukan kalimat lain, selain minta maaf.

Suara desiran ombak, mengiringi tangis Alisa yang semakin pilu. Walau cuaca di tempat itu sangat dingin, Alisa benar-benar tidak bisa merasakannya, sakit di hatinya yang teramat dalam, mengalahkan semuanya.

"Tenang dulu Alisa" Jefri berusaha membuat Alisa tenang, "kita akan segera menikah, dan semua akan selesai"

Tiba-tiba tangis Alisa berhenti, ia menjauhkan kepalanya, dari dekapan Jefri. Alisa mendongak, untuk menatap mata Jefri, yang sudah lama tidak ia tatap. Bagaimana bisa, Jefri mengatakan hal konyol, disaat Alisa sedang hancur-hancurnya.

"Apa kamu bilang?" Tanya Alisa, tidak habis pikir. "Menikah, dan semuanya akan selesai?" Alisa mengulangi, ucapan Jefri.

"YANG ADA AKU MAKIN KACAU, SEUMUR HIDUP!" Bentak Alisa di depan Jefri. "AKU CUMA MAU HIDUP NORMAL, DAN KENAPA KAMU NGGAK BISA NGEBIARIN AKU SEDETIK AJA, BUAT BERNAFAS!"

"KENAPAAAA?" Alisa berteriak semakin keras. Jika tidak dalam keadaan yang kalut seperti ini, Alisa tidak akan berani membentak Jefri. Tapi sudah Alisa katakan, sakit dihatinya, teramat dalam, mengalahkan semua rasa lainnya, yang juga menghinggapinya.

Alisa menatap Jefri, yang hari ini tampak lebih pengecut, dari dirinya. Jefri hanya menunduk, seolah tidak tau harus mengatakan apa. Jefri tidak pernah tampak seperti ini, ini cukup mengejutkan untuk Alisa.

"Aku janji, aku akan berubah Alisa. Aku nggak akan nyakitin kamu lagi, aku mohon jangan pergi lagi Alisa" ujar Jefri, dengan suara yang lemah, dan mengiba.

Alisa menggeleng, Ia mengigit telapak tangannya, untuk menahan Isak tangisnya. Kenapa Jefri tidak mengerti juga?

Alisa mejauhkan tangannya, dari giginya, "bukan itu maksud aku!" Ujar Alisa. "Aku nggak butuh janji kamu! Aku butuh kepercayaan Jef, dan sayangnya, AKU UDAH NGGAK BISA LAGI, PERCAYA SAMA KAMU!" Alisa menunjuk Jefri dengan telunjuknya. Alisa tidak akan bisa menikah, tanpa rasa percaya.

"Kasih tau aku, gimana supaya aku bisa percaya lagi sama kamu?" Alisa sungguh-sungguh bertanya, pada Jefri. Karena sejujurnya Alisa ingin bisa percaya kepada Jefri seperti dulu? Tapi bagaimana caranya? Alisa sudah tidak bisa, menemukan caranya.

Jefri terdiam, karena tidak bisa menemukan jawaban, dari pertanyaan Alisa. Ia yang berkali-kali, mengoyak kepercayaan Alisa. Hingga membuat Alisa tidak bisa percaya lagi, padanya.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang