"BERHENTI LO, ANJING!" ujar Pria itu, sembari berjalan cepat, ke arah Jefri.
Jefri berdecak, saat menyadari pria tadi mengejarnya, saat Ia berbalik, pria itu langsung memukul rahangnya. Jefri terdorong, hingga hampir jatuh.
Jefri tidak panik, saat menyadari pria tadi, kini membawa dua temannya. Salah satu temannya kini meringsek maju, dan menendang perutnya.
Jefri terjatuh ditanah, entah ada apa dengannya, Ia tampak sengaja, untuk tidak melawan. Jefri membiarkan tiga pria itu, menghajarnya bergantian, tanpa ampun.Jefri melenguh kesakitan, saat merasakan punggungnya, dipukul oleh benda yang keras. salah satu pria itu memukul punggung Jefri, dengan botol kaca, bekas bir, hingga pecah. Walau mereka berkelahi, di depan bar, yang tidak sepi, tapi tidak ada yang berani melerai. Beberapa orang yang melihat, memilih pura-pura buta, daripada ikut campur, sesuatu yang menurut mereka, berbahaya.
Jefri tersenyum miring, dengan sudut bibirnya yang sudah berdarah. Ia seperti sengaja, menyakiti dirinya sendiri. kemeja abunya, kini terdapat bercak darah dimana-mana, dan kotor, akibat tanah. Wajahnya seketika lebam, dan berdarah-darah, rambutnya yang panjang, yang tidak ia ikat, berantakan di sekitar mukanya.
Jefri meringkuk, sembari memegangi perutnya yang terasa snagat sakit, tidak butuh waktu lama, tiga pria itu, membuat tubuhnya babak belur.
"Alisaaa" desah Jefri lirih, di sela-sela kesakitannya. Tanpa Alisa, Jefri benar-benar akan melewati hari-hari, yang menyakitkan.
Pria yang ditabrak Jefri tadi, menghentikan, dua temannya, untuk berhenti memukuli Jefri. Melihat kondisi Jefri yang sudah tidak berdaya, pria itu berjongkok, di depan Jefri, ia menjambak rambut depan Jefri kuat,membuat Jefri kini menatapnya. "Kalau lemah, jangan sok jagoan!" Ujar pria itu, sembari tersenyum meremehkan.
Walau sudah sekarat, Jefri tidak gentar, untuk terus memprovokasi. Ia tidak semudah itu, menyerah. Jefri menatap pria tadi dengan tatapan menantang, dan tersenyum miring, "BRENGSEK!!" teriak Jefri di depan mukanya, terakhir Jefri meludahi wajah pria tadi.
Wajah pria tadi memerah, karena amarah, Ia mengelap, bekas air liur Jefri, yang ada di mukanya. "SIALANNN!" Pekiknya, lalu memukul rahang Jefri yang sudah lebam, bersamaan dengan ia melepas, cengkramannya pada rambut Jefri.
Pria itu berdiri, dan menendangi tubuh Jefri membabi buta, sampai Ia puas, Ia benar-benar tidak peduli, Jefri akan mati, atau tidak. Lagipula Jefri sepertinya, memang cari mati. Setelah merasa puas, pria itu, berhenti, dan mengajak teman-temannya, untuk meninggalkan Jefri.
Setalah berdiam diposisi meringkuk, cukup lama, menikmati kesakitannya, yang tidak lebih pedih, dari sakit hatinya, Jefri bergerak dengan sempoyongan, untuk bisa duduk. lalu Ia menggeser tubuhnya, hingga punggungnya bersandar, pada body mobilnya.
Jefri menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya, yang robek. Ia mendengus, lalu sedetik kemudian, tertawa seorang diri. Beberapa yang melihatnya, akan menganggap Jefri tengah mabuk. Jefri mentertawakan dirinya, yang begitu menyedihkan.
Jefri tidak bisa baik-baik saja, setelah Alisa memilih meninggalkannya. Ia tersenyum miris, membayangkan bagaimana Alisa bisa hidup tenang, tanpa Jefri disisinya. Jefri tau betul, dirinya tidak sempurna, tapi Ia selalu berusaha keras, membuat Alisa bahagia, disisinya. Nyatanya, sulit sekali membahagiakannya. Alisa selalu ingin berniat pergi darinya, Dan sekarang, tujuan Alisa sudah tercapai, Alisa berhasil pergi, meninggalkan Jefri yang akan mati, perlahan-lahan.
Alisa membuka matanya secara tiba-tiba, ditengah tidurnya, Alisa bermimpi buruk. Alisa segera bangun, dan menyalakan lampu kamar. Jam dinding menunjukkan pukul 1 dini hari, dan Alisa tidak bisa tertidur, setelah itu. Di dalam mimpinya, Jefri berhasil menemukannya, dan pria itu menghajarnyaz tanpa ampun.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOCKED (End)
RomanceDimata Jefri, Alisa adalah miliknya. Alisa adalah wujud wanita yang paling cocok dengannya, tanpa ia sadari ia sendiri yang memaksa Alisa menjadi wanita idealnya. Jefri yakin, Alisa tidak akan meninggalkannya, karena wanita itu amat mencintainya, ta...