14. Whiskey

7.9K 502 188
                                    

Alisa menutup matanya dengan lengannya, saat pria itu tepat di depannya, dan tengah mengacungkan pisau kearahnya. Tapi sedetik kemudian, ia mendengar suara lain. Alisa membuka matanya. Ia menghembuskan nafas lega, saat Jefri bersamanya.

Alisa menyaksikan Jefri menendang pria gila itu, hingga terjatuh, dan pisau lepas dari genggamannya. Jefri memukuli pria mabuk itu, tanpa ampun. Karena kondisinya yang mabuk, pria itu tidak banyak melawan, saat mendapat lawan yang lebih kuat, darinya.

Alisa berlari kearah Jefri, menarik Jefri untuk menyudahi aksinya. Jika tidak dihentikan, Jefri mungkin bisa membunuhnya. "JEF, CUKUP!" Teriak Alisa.

Jefri berhenti, sekarang ia menoleh menatap Alisa. Ia sudah membuat pria gila itu, hampir sekarat. Jefri dengan kasar, menarik tangan Alisa, membawanya ke mobil. Jefri membuka pintu mobil untuk Aisa, setelah Alisa masuk, ia menutupnya dengan keras.

Alisa diam saja, sepanjang perjalanan Jefri terus memarahinya, atas kebodohan yang ia buat. "Dia bawa pisau, kamu bisa mati, Bego!" Omel Jefri. Selain Alisa yang hampir mati, Jefri juga hampir mati, karena panik. Ia tidak tau, kenapa Alisa seceroboh ini.

Saat kembali dari minimarket, dan mengetahui Alisa tidak ada di dalam mobil, Jefri panik bukan main. Lalu melihat keributan tidak jauh di depannya, jantungnya terasa mau copot, menyaksikan Alisa terjatuh di tanah, dengan seorang pria yang mengacungkan pisau, ke arahnya.

"Jangan sok jadi pahlawan deh, kamu nggak akan dapet rumah, sekalipun kamu mati, karena nolongin orang" Jefri tidak berhenti mencerca Alisa. "Lain kali, kalau bertindak apa-apa itu mikir" ujar Jefri sembari mnegetuk pelipisnya sendiri, dengan telunjuknya.

"Kalau kamu kenapa-kenapa, siapaa yang repot?" Jefri melirik Alisa sebentar, Alisa sama sekali tidak menjawabnya. "Aku! Ngerti?" Tegas Jefri, "Tolol banget, jadi cewek!"

"Kenapa kamu khawatir? Kamu mirip kok sama pria tadi" lirih Alisa keceplosan, tanpa menatap Jefri.

Rahang jefri mengeras, mendengar ucapan Alisa. Ia setengah mati menyelamatkannya, dan Alisa tidak tampak, ingin mengucap terimakasih.

Jefri sontak menghentikan mobilnya, tiba-tiba. Jefri mencengkram dagu Alisa, membuat gadis itu menatapnya. "Ngomong apa?" Tanyanya tajam.

Alisa menelan ludah. Sialan, kenapa ia harus bicara yang tidak-tidak. Alisa menggeleng, "enggak" jawabnya menciut.

"Jaga mulut kamu, kalau ngomong sama Aku!" Peringat Jefri pada Alisa. Jefri melepaskan dagu Alisa, lalu kembali menjalankan mobilnya.

Jefri, dan Alisa tiba di apartemen. Alisa menuju kamar mandi, untuk mencuci muka. Alisa menarik nafas panjang, lalu menghembuskan perlahan. Alisa tidak menyangka malam ini, ia akan mendapat pengalaman hampir dibunuh orang. Alisa menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan kejadian mengerikan, yang baru saja ia alami satu jam yang lalu.

Alisa mengelap mukanya dengan handuk, lalu keluar dari kamar mandi. Ia melihat Jefri di dapur, tengah mengeluarkan wiski dari laci. Tanpa bicara, Alisa hanya melewati Jefri, untuk segera tidur, Ia ingin segera bekerja besok.

"Alisa" panggil Jefri.

Alisa berhenti, menarik nafas pendek, lalu menoleh kearah Jefri, tanpa menjawab.

"Temenin aku minum"

Alisa tampak tidak berminat. Sudah hampir jam 12 malam sekarang, Alisa sedang tidak ingin minum. Alisa ingin segera tidur, supaya besok bisa bekerja. "Besok aku kerja Jef," ujar Alisa pelan.

Jefri memutar bola matanya, bekerja katanya. Membuat Jefri mengingat, bahwa besok Alisa akan bertemu, dengan Dava. "Semangat banget mau kerja"

"Ya kan, nggak bisa ambil libur lama-lama, Jef"

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang