11. Petaka Pesta

8.7K 591 177
                                        

TRIGGER WARNING!!
ABUSIVE CONTENT

Alisa berlari meninggalkan rooftop, dengan Dava yang masih disana. Alisa dengan cepat, menuruni tangga, menuju gedung utama, tempat diselenggarakan pesta. Sesampainya kembali ia ke pesta Marisa, Alisa masih merasa panik.

Apa yang baru saja ia lakukan? Ia mencium Dava tanpa peduli apapun. Tangan kanan Alisa, memegangi bibirnya, terus terbayang, apa yang terjadi di rooftop. Dava mungkin menganggapnya tidak waras, karena hal itu. Bagaimana ia bisa menemui Dava, di kantor besok? Ah sialannnn, bodoh sekali.

Setelah menyadari perbuatannya, Alisa langsung melepas ciuman panas mereka. Dengan wajah terkejut, dan tanpa sepatah katapun, Alisa langsung turun meninggalkan Dava, yang kebingungan. Kini Alisa terus berjalan tanpa arah, menyusuri acara pesta Marisa, dengan tangannya yang tidak lepas menyentuh bibirnya. Saat ini, Alisa seolah tidak mendengar suara musik yang berisik, atau orang-orang yang berlalu lalang didepannya. Otaknya hanya memikirkan ciuman itu.

Hingga tubuh Alisa, menabrak seseorang. Alisa tersentak, saat ia sudah berhadapan dengan tubuh tegap, yang sangat ia kenali. Walau sudah tau, siapa pria yang ia tabrak, Alisa tetap mendongak, untuk menatap wajahnya. Tampak wajah dingin Jefri, menatapnya tajam.

"Dari mana aja?" Tanya Jefri sengit.

Alisa diam, tidak menjawab apapun, hingga membuat Jefri jengkel. Jefri dengan kasar, menarik tangan Alisa, memaksa Alisa mengikuti langkah kakinya, yang lebar. Alisa setengah berlari, untuk mensejajari langkah Jefri.

Jefri kesal bukan main, saat ia meninggalkan Alisa, ia menunggu Alisa untuk mengejarnya, lalu meluruskan apa yang membuatnya marah. Dan sialan sekali, Alisa sama sekali tidak melakukan itu. Malah Jefri yang kebingungan, mencari Alisa kesana-kemari, dan baru menemukannya. Jefri heran, Alisa tidak biasanya, begini. Jefri tidak akan membiarkan Alisa, yang mulai mencoba mengabaikannya.

Jefri membawa Alisa ke luar gedung, menariknya dari keramaian. Jefri mendudukkan Alisa dengan paksa, di kursi yang terletak di taman gedung. Jefri mengunci Alisa, dengan meletakkan kedua tangannya, di sandaran kursi, di antara kepala Alisa.

"Minta maaf!" Perintah Jefri dingin, dengan tatapan tajam, yang bisa membunuh Alisa.

"Nggak mau, bangsat!" Jawab Alisa lantang. Lalu Jefri dengan murka, menampar mulut Alisa. Melempar tubuh Alisa hingga membentur pohon, menendangnya tanpa ampun, lalu membenturkan kepalanya ke batu, dan Alisa mati.

"MINTA MAAF, ALISA!" Bentak jefri. emosinya memuncak, saat tidak mendapat kata apapun, keluar dari mulut wanitanya.

Alisa terperanjat, ia tersadar dari bayangannya. Andai, andai saja, Ia bisa menjawab Jefri seperti itu, tanpa berakhir mengenaskan, Alisa mungkin akan melakukannya. "Maaf" ucap Alisa singkat, kata itu yang akhirnya, keluar dari mulutnya.

Jefri berdecak kesal, rahangnya mengeras, saat melihat cara Alisa minta maaf padanya, yang terlihat tidak tulus, tanpa merasa bersalah. Salah satu tangannya mencengkram lengan Alisa kuat, kilat matanya kini dipenuhi amarah. "Minta maaf yang bener, Anjing!" ujar Jefri pelan, tapi penuh penekanan, di setiap katanya.

Alisa memejam, menahan sakit, akibat cengkraman Jefri di tangannya. Alisa membuka matanya, menatap Jefri dengan matanya, yang mulai berkaca-kaca. Kenapa Jefri selalu berhasil membuatnya tunduk?

"Maaf, maafin aku, Jeff" ujar Alisa, sembari menahan sakit. kali ini ia benar-benar minta maaf, seperti yang diinginkan Jefri.

"Untuk apa?"

"Karena kencentilan" ujar Alisa lirih.

"Trus?"

"Sengaja cari perhatian" Alisa merasa sangat bodoh, mau mengakui kesalahan, yang tidak ia lakukan. tapi Ia tidak bisa, berbuat apa-apa.

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang