28. Puding

5.4K 423 25
                                    

"Hari ini Gue bikin puding lho" beritahu Alisa pada Dava, yang baru saja tiba ke tempatnya. Alisa benar-benar tampak antusias.

"Oh iya? Mana coba?" Melihat Alisa yang menyambutnya dengan senyum secerah matahari, malah menambah sakit, di hati Dava.

"Tunggu ya," Alisa berlari kecil menuju dapur, lalu membawakan puding pada Dava. Alisa memotongkannya untuk Dava, lalu memberikannya. "Cobain"

Dava mengigit puding buatan Alisa. "Lumayan lah," ujar Dava, sembari tersenyum jail. Pada kenyataannya, puding buatan Alisa memang enak sekali, Dava tidak heran, ia tau sejak dulu, Alisa memiliki bakat memasak.

Alisa tertawa, "sialan"

Alisa menatap Dava lagi, entahlah dari wajahnya Dava seperti menyimpan beban, yang tidak bisa diungkapkan. Setahunya, Dava tidak pernah seperti ini. "Dav, kenapa? lagi ada masalah?"

Dava tampak tertegun, ia kemudian menoleh pada Alisa. Andai Alisa tahu, bahwa yang sebenarnya sedang dalam masalah adalah, dirinya sendiri. Sekarang Dava tau, kenapa Jefri tidak berani mengatakan pada Alisa, kenyataannya. Wajah Alisa yang selalu tersenyum, Seolah tidak pernah menyimpan kesedihan, membuat siapapun enggan mengatakan hal buruk, yang akan membuatnya kecewa.

"Dav, kenapa?" Tanya Alisa lagi, saat Dava tidak kunjung menjawabnya.

Dava segera menggeleng, "nggak papa"

Alisa hanya mengangguk-angguk, ia tahu Dava sedang ada masalah, tapi ia tidak mau bercerita kepadanya. Alisa merasa tidak begitu berguna, karena tidak bisa membantu Dava sedikitpun, di saat Dava selalu bisa membantunya.

Alisa hendak berdiri, untuk mengambil minum, tapi tiba-tiba Ia meremas perutnya, saat merasakan nyeri di bagian itu. Sakit sekali, hingga membuat Alisa tidak sadar merintih. Dava yang melihat Alisa, tentu panik, karena tau kondisi Alisa yang sebenarnya.

"Alisa, kenapa?" Tanya Dava, cemas.

Alisa hanya menggeleng, sembari mengangkat salah satu telapak tangannya kepada Dava. Alisa memejamkan matanya, untuk menahan sakit di perutnya. Tapi tidak lama, perutnya kembali normal. Alisa menghembuskan nafas lega. Tetapi Dava masih tampak khawatir.

"Alisa, perut Lo nggak papa kan?"

Alisa menatap Dava aneh, karena respon Dava, yang sedikit berlebihan. "Nggak papa, ini biasa kok, akhir-akhir ini sering gitu, biasanya kalau mau datang bulan, emang gini"

Alisa memang akhir-akhir ini sering merasakan nyeri, di perutnya. Alisa menganggap hal ini wajar, dia tahu hal ini biasa terjadi, di saat dirinya akan datang bulan.

Alisa Baru menyadari, bahwa bulan ini menstruasinya sedikit terlambat, dari biasanya. Tapi Alisa tidak begitu memikirkannya, karena pada dasarnya, menstruasinya memang tidak teratur.

"Duduk aja" ujar Dava, lalu memaksa Alisa untuk duduk kembali, "mau ambil apa?"

Alisa kembali duduk di kursi. Ia mengernyit heran, kenapa Dava sangat berlebihan, "emm, mau ambil minum" jawab Alisa, bingung.

"Gue ambilin" Dava menuju dapur, mengambil minum, untuk Alisa.

Dava kembali dengan membawa segelas air putih, "ini," ujarnya sembari menyodorkan gelas, pada Alisa.

Alisa menerima dengan canggung, "makasih" Alisa lantas meminumnya.

"Alisa,"

"Kenapa?"

Dava terdiam, dan tidak langsung bicara, membuat Alisa kini menatapnya penasaran.

"Lo masih mau pulang, Al?"

LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang