22. Diamond Ring

6.5K 494 99
                                    

"Ayah pesan sama kamu, jaga Alisa baik-baik, jangan pernah sakiti Alisa, seujung kuku pun" peringat Ayah Alisa, setelah Jefri mengutarakan keinginannya untuk menikahi putrinya.

"Iya Yah, aku akan jaga Alisa sebaik mungkin" jawab Jefri, yang selalu meyakinkan.

"Apapun keputusan kalian, asalkan Alisa bahagia, Ayah dukung"

Alisa memutar bola matanya, Ia kesal, Ayahnya semudah itu, memberikan restu pada Jefri. Padahal Ia sudah tau, bagaimana perlakuan Jefri kepadanya. Alisa mendengus, mengingat ketika Ayahnya memukul Jefri, saat mengetahui Jefri sering memukulinya. Waktu itu, Alisa tersentuh, sekarang jika melihat respon antusias Ayahnya, mengetahui Alisa dinikahi pria mapan, dari keluarga kaya, Alisa jadi curiga apa yang Ayahnya lakukan kala itu, hanya akting.

Alisa kesal, karena secara realita, Ia harus menyetujui, pernyataan Jefri kala itu. Ayahnya tidak akan rela mati, demi anak tidak berguna seperti dirinya. Ayahnya terlihat rela, menyerahkan putri sulungnya, kepada seseorang yang kemungkinan besar, akan membuat putrinya menderita, daripada bahagia, demi mendapatkan sumbangan seumur hidup, dari pria itu. Alisa kesal, karena Ia tidak sekaya Jefri, dan menyadari dirinya saat ini tidak memiliki penghasilan, membuat Alisa merasa semakin menyedihkan.

Alisa, dan Jefri kembali ke apartemennya. Alisa menarik nafas panjang, begitu langkah pertamanya memasuki apartemen Jefri. Sejak menyadari Ia akan menikah dengan Jefri, Alisa terus mencoba berdamai dengan kenyataan. Sekuat apapun Ia menolak, pada akhirnya, Ia akan tetap menerimanya.

Seharusnya tidak buruk, mengingat, Ia akan menikah dengan pria yang Ia cintai, dan mencintainya. Semuanya akan baik-baik saja, jika Alisa sudah tidak mampu, Ia tinggal bunuh diri saja, Yaaa Alisa sudah merencanakannya dengan matang.

"Kamu nggak makan sayang?" Tanya Jefri, kini Ia tengah menyantap ayam bakar di depannya.

Alisa menggeleng, "enggak" jawabnya lemah.

Nafsu makannya menurun akhir-akhir ini, mungkin karena banyak yang Ia pikirkan, membuat Alisa selalu merasa kenyang setiap hari. Kadang Alisa juga merasa tiba-tiba seperti akan tidak enak badan, tapi Alisa tidak pernah mengatakannya, pada Jefri. Jefri hanya akan memperburuk keadaan, dengan mengkhawatirkannya secara berlebihan, atau malah menyalahkan Alisa, karena membiarkan dirinya sendiri sakit. Ini semua gara-gara pernikahan bodoh, yang selalu mengganggu pikirannya.

"Makan sayang! Berat badan kamu turun kan? Keliatan tau" protes Jefri, Jefri mengambil piring, meletakkan makanan diatasnya, lalu meletakkannya di depan Alisa.

Alisa tertawa garing, melihat Jefri memberinya porsi makan, yang sangat banyak. "Kebanyakan ini"

"Makan dulu aja, kalau nggak habis, aku habisin"

Alisa menghela nafas, lalu mulai menyendokkan makanan, ke mulutnya.

"Alisa, tutup mata kamu bentar" ujar Jefri, sembari tersenyum misterius.

"Hah?" Walau bingung, Alisa menutup matanya juga. Ia tidak tau akan ada pertunjukan apa, setelah Ia membuka mata. Jika mengingat Jefri yang sering memberinya kejutan, hal ini bukan hal yang mengherankan lagi, bagi Alisa.

"Sekarang buka"

Alisa membuka matanya, dan ia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya, begitu melihat cincin putih dengan hiasan seperti mahkota di tengahnya, yang tampak sangat menawan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOCKED (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang